Wednesday, July 02, 2008

Gitaris Sultan itu Bernama Angga!


Saya mengatakan pada Anis bahwa pengalaman riset di Tangerang bulan Januari 2008 lalu akan tidak efektif kalau dilakukan dengan PP (pulang-pergi, round trip). Saat saya mendapat tugas Januari 2008 lalu di Tangerang, dibutuhkan waktu sekitar 3-4 hari untuk mengambil 20 orang responden. Beberapa kawan yang berdomisili di Tangerang saya kontak saat kemalaman. Ahmad Firdaus, sedang berada di Jakarta. Ahmad Fauzi masih di kantornya di Jakarta dan baru pulang agak larut. Jadilah riset itu saya lakukan dengan cara PP. Berangkat pagi dari Serang, pulang sekitar pukul 9 malam dari Tangerang, sangat tak efisien. Maka saat Anis mendapat tugas survey di Tangerang Juni 2008 ini, saya menyarankan untuk mencari tempat menginap. Anis sudah menghubungi mahasiswanya yang berdomisili di Cipondoh Tangerang, dekat dengan kelurahan Karang Timur, wilayah survei yang terpilih secara acak. Angga Ferdian namanya. Anak sulung dari pasangan Nurhalim dan Nani Mulyani. Kedua orangtuanya masih muda. Nurhalim bercerita bahwa ia menikah setelah lulus SMA dan diberi dua anak.

“Baru dua atau sudah dua pak?” tanya saya.
“Ya baru dua, Angga dan adiknya yang perempuan di SMA, saya gak KB, memang dikasihnya dua.”

KB adalah singkatan dari keluarga berencana, sebuah program pemerintah di era Soeharto yang menghimbau agar memiliki anak cukup dua dalam sebuah keluarga. “Dua anak cukup” adalah jargon pemerintah yang sangat terkenal saat itu.
Nurhalim senang berusaha. Ia membuka warung kelontongan di depan rumahnya. Di ruang tamunya ada sekitar sepuluh stok air mineral kemasan galon. Nurhalim juga memiliki bedengan --bangunan kontrakan beberapa lokal yang menyambung bersebelahan satu sama lain di belakang rumah. Saya dan Anis menginap di bedengannya. Kebetulan ada satu kamar yang kosong. Satu kamar terdiri dari dua ruang: kamar tidur dan kamar mandi yang bisa dibagi dua untuk dapur. Bedengan seperti ini mengingatkan saya pada asrama lima saudara, tempat indekost dulu saat kuliah di Bandar Lampung. Anis berencana membayar sejumlah uang yang pantas untuk kamar kost ini. Saya menyetujuinya.

Kami beruntung bisa mendapat tumpangan menginap di rumah Angga. Angga adalah Mahasiswa FISIP (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik) Untirta (Universitas Sultan Ageng Tirtayasa) semester VI. Tinggi kurus, rambutnya gondrong ikal setengkuk, memakai beberapa gelang hitam berbahan karet di tangan. Gaul, beberapa orang di pom bensin (SPBU) depan mengenalnya. Angga orang yang ramah dan sopan. Dan yang tak saya sangka, Angga adalah gitaris Sultan. Kalau anda pemerhati musik Indonesia, anda akan mengenal Sultan sebagai grup band yang muncul di tahun 2007 dengan hits lagu Aku Bukan Untukmu yang telah dibuat video klipnya. Ini berawal dari obrolan di ruang tamu. Ayahnya bercerita Angga senang bermusik. Angga menambahkan dirinya pernah membuat album rekaman.
“Indi lebel,” tanya saya.
“Mayor lebel.”
“Lho, apa grup bandnya?”
“Sultan.”
“O, Sultan, Sultan sih terkenal, sempet ada video klipnya kan?”

Angga bercerita ongkos produksi albumnya menghabiskan satu milyar. Tentu saja disupport oleh manajemen. Sultan dikontrak tiga tahun oleh manajemen. Launching Sultan bertempat di Crown, semacam diskotik di Glodok Plaza, Jakarta. Band pembukanya adalah D’Massiv. D’Massiv? Ya, D’Massiv yang saat ini sedang naik daun, the rising star. Saat itu D’Massiv belum terkenal tapi sudah sering ikut festival dari panggung ke panggung.
“Ya itu rezekinya D’Massiv,” kata Angga.
Sayang belakangan ada persoalan internal dalam manajemen Sultan. Terakhir kabarnya, vokalis dan sebuah stasiun televisi swasta digugat lima milyar oleh produser karena sang vokalis menampilkan lagu Sultan untuk sound track sebuah sinetron.
Sst... barusan ibunya Angga mengucapkan salam, Assalamualaikum. Dua cangkir teh manis hangat diantarkannya untuk Anis dan saya. Cocok sekali, kenikmatan tersendiri, ngetik pagi-pagi ditemani secangkir teh manis. Dari semalam kami diperlakukan ramah sekali. Kopi, kacang, biskuit keluar menemani obrolan. Setengah dus air mineral kemasan gelas disediakan di kamar. Keluarga ini tahu bagaimana memuliakan tamu. Amanat yang dipesankan nabi. Kami jadi malu dan bersepakat tak berlama-lama disini. Begitu pekerjaan selesai kami kan pamit dan semoga semua kebaikan yang ada dibalas oleh pemilik bumi ini.

1 comment:

Anonymous said...

Whoever owns this blog, I would like to say that he has a great idea of choosing a topic.