Wawancara dengan Ayah Mursyid (Alim), Jaro (wakil jaro?) Cibeo, Baduy Dalam, Selasa 8 Desember 2009. 10.30-12.00.
Ayah Mursyid sedang duduk santai di Bale-bale kantor Desa Kanekes bersama Sarpin, H Sapin dan satu dua warga Baduy Dalam yang akan pulang sekembali dari berkebun atau menjual hasil kerajinan dari kota. Jaro Dainah yang saya tuju sedang membenahi kacang yang dijemur dengan sapunya. Ia memberi isyarat pada saya agar langsung saja menemui Ayah Mursyid dan H Sapin.
Saya mengawali dengan bercerita mengenai Suhada yang saya temui sebelumnya. Suhada adalah penulis buku Baduy dalam Rentang Sejarah yang diterima dengan baik di Baduy. Lalu saya menceritakan mengenai penelitian yang berencana menggali hukum pidana adat Baduy untuk dikaitkan dengan Pembaharuan Hukum Pidana Nasional. Ayah Mursyid menyambut antusias. Sebab katanya ini ada patula patali (berkaitan) antara hukum Baduy dan hukum nasional. Berikut petikan wawancaranya:
Bagaimana cara penyelesaian konflik di Baduy?
Rembugan keluarga, silih ngahampura. Lamun teu puas diteruskeun ka Kokolot Lembur, lamun teu puas diteruskeun ka jaro tujuh, lamun teu puas terus ka desa.
Dalam buku Suhada ada istilah Jaro Tangtu, Apa yang disebut Jaro Tangtu?
Jaro kapuunan.
Bagaimana pengaturan hukum pidana/ pelanggaran adat di Baduy?
Dibedakeun beurat jeung ringana perbuatan. Geus aya jalur penyelesaiana. Lamun warga Cibeo anu ngalanggar, dikaluarkeun heula ka Cihulu, lamun Cikartawana ka Sarokokod, Panyaweyan. Cikeusik ka Cibengkung.
Lamun aya pelanggaran adat di kami berarti kudu diurusan dua hal. Lahir jeung batina. Lahirna istilahna kudu dibersihan jalmana disadarkeun (habluminanas) batinna kudu dibersihan oge ku adat (habluminallah?).
Ngabersihan batin/adat anu teu berat teuing disebut ngabokoran.
Ngabersihan batin/adat anu berat misalna menghilangkan nyawa disebut serah pati.
Pelanggaran ringan misalna kata-kata bahasa, pakaian, nu kitu dipapatahan sakali dua kali bisi can nyaho ngalastarikeun adat, tapi lamun masih nya dikaluarkeun.
Bagaimana pertanggungjawabannya?
Secara lahiriah ditanya, dipertanggungjawabkeun sababna bisa ngalanggar.
Secara batiniahnya sumpah adat.
Lamun disumpah bohong biasana aya bae kajadian, boh gering, boh paeh kumaha sumpahna. Biasana 3 bulan kahareup kanyahoan aya bae kejadian.
Note: Foto di atas bukan milik saya. Unduhan. Saat saya sampaikan bahwa saya mengenal Ayah Mursyid dari foto di internet, ia tak menyangka fotonya bisa ada di internet. H Sapin, Sekretaris Desa Kanekes juga ternyata pernah membuka internet dan melihat foto Ayah Musrsyid bersama Jaro Sami. Kawasan Baduy Dalam: Cibeo, Cikeusik dan Cikartawana terlarang untuk difoto, namun di luar kawasan tersebut, kita leluasa mengambil gambar, termasuk warga Baduy Dalam yang sedang ada di luar kawasan Baduy Dalam.
(Diunduh dari http://internasional.kompas.com/read/xml/2009/12/21/08140168/eropa.makin.keras.terhadap.israel) AFP Senin, 21 Desember 2009 | 08:14 WIB
KOMPAS.com - Eropa, khususnya Inggris, yang selama ini memiliki citra buruk di dunia Arab karena dianggap berandil besar bagi berdirinya negara Israel pada tahun 1948, rupanya tidak selamanya sinkron menyangkut hubungannya dengan Israel.
Invasi Israel ke Jalur Gaza selama 22 hari (27 Desember 2008-18 Januari 2009) menjadi titik balik hubungan Eropa-Israel ke arah lebih buruk. Berita buruk tentang Israel dalam beberapa bulan terakhir ini selalu datang dari Eropa. Tak pelak, Israel pun dibuat gerah.
Sebuah pengadilan di Inggris hari Senin (14/12) mengeluarkan surat penangkapan untuk mantan Menteri Luar Negeri Israel Tzipi Livni dengan dakwaan kejahatan perang.
Livni menjabat menteri luar negeri saat invasi Israel ke Jalur Gaza yang menyebabkan sekitar 1.400 warga Palestina tewas, yang sebagian besar adalah warga sipil, dan sekitar 5.000 orang luka-luka. Livni kini menjadi Ketua Partai Kadima yang beroposisi di Israel.
Surat penangkapan itu memang kemudian dicabut setelah pengadilan menyadari bahwa Livni, yang semula dijadwalkan berpidato dalam satu pertemuan di London akhir pekan lalu, tidak berada di Inggris.
Meski surat penangkapan tersebut dicabut, kasus Livni itu merupakan sebuah sinyal bahwa para pejabat Israel yang bertanggung jawab atas invasi ke Jalur Gaza tersebut tidak aman di Eropa.
Pada September lalu beberapa kelompok pro-Palestina juga membujuk sebuah pengadilan di London agar mengeluarkan surat penangkapan bagi Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak yang juga mereka tuduh melakukan kejahatan perang. Namun, upaya kelompok pro-Palestina itu mengalami kegagalan.
Pengadilan tersebut berdalih, Barak yang menghadiri konferensi tahunan Partai Buruh dan bertemu dengan Perdana Menteri Inggris Gordon Brown memiliki kekebalan diplomatik.
Peristiwa penting lagi yang membuat gusar Israel adalah hasil sidang Uni Eropa tingkat menteri luar negeri pada 7 Desember lalu di Brussels, Belgia. Sidang tersebut menegaskan bahwa Jerusalem adalah ibu kota bersama dua negara, Israel dan Palestina, kelak.
Sikap Uni Eropa tentang Jerusalem itu mulai diketahui sejak bulan Maret. Perdana Menteri Palestina Salam Fayyad saat itu mengungkapkan adanya kertas kerja Uni Eropa tentang konflik Israel-Palestina menyangkut permukiman Yahudi dan status kota Jerusalem.
Dalam kertas kerja itu termaktub usulan Swedia yang kini menjabat ketua bergilir Uni Eropa agar ditegaskan bahwa Jerusalem Timur sebagai ibu kota negara Palestina kelak.
Namun, Israel marah besar setelah mengetahui sikap Uni Eropa yang digalang Swedia tentang status kota Jerusalem Timur itu. Israel melakukan lobi luar biasa membujuk Uni Eropa agar mengubah sikapnya. Akhirnya Uni Eropa bersedia mengambil jalan tengah dengan menegaskan kota Jerusalem sebagai ibu kota dua negara, Israel dan Palestina.
Selain itu, berita buruk lain tentang Israel dari Eropa adalah Otoritas Palestina memuji keputusan Kementerian Lingkungan Hidup Inggris terakhir ini yang melarang komoditas produk wilayah permukiman Yahudi di Tepi Barat dan Jerusalem Timur diekspor ke Inggris.
Pemerintah Inggris menganggap komoditas produk permukiman Yahudi adalah ilegal karena diproduksi di wilayah yang ilegal.
Menurut Fayyad, sikap Inggris itu bertitik tolak dari sikap masyarakat internasional yang semakin kuat menolak pembangunan permukiman Yahudi di Tepi Barat dan kota Jerusalem Timur.
Ia menyerukan agar masyarakat internasional mengikuti jejak langkah Inggris untuk memboikot barang-barang produk wilayah permukiman Yahudi di Tepi Barat dan Jerusalem Timur karena permukiman itu ilegal dan produknya juga ilegal.
Peristiwa terkenal
Peristiwa terkenal lainnya adalah hasil sidang khusus Dewan Hak Asasi Manusia PBB pada pertengahan Oktober lalu di Geneva, Swiss, yang menyetujui laporan tim pimpinan jaksa internasional asal Afrika Selatan, Richard Goldstone, yang menuduh Israel melakukan kejahatan perang di Jalur Gaza. Lolosnya laporan Goldstone itu berkat dukungan sejumlah negara Eropa atas laporan tersebut.
Berita buruk lainnya dari Eropa adalah investigasi yang dilakukan wartawan lepas Swedia, Donald Bostrom, yang dipublikasikan salah satu koran terbesar di Swedia, Aftonbladet, pada pertengahan Agustus lalu.
Koran tersebut mengungkapkan adanya aksi pembunuhan oleh tentara Israel atas warga Palestina, kemudian menjual organ tubuh mayat warga Palestina tersebut. Organ tubuh mayat warga Palestina itu dijual seharga 100.000 dollar AS di pasar Israel dan dijual seharga 160.000 dollar AS di pasar AS.
Koran Swedia itu memperlihatkan mayat pemuda Palestina bernama Bilal Ghanem yang tampak ada jahitan di sebagian besar tubuhnya setelah tubuh itu disayat-sayat. Kasus tersebut sempat membuat buruk hubungan Swedia-Israel.
Menurut PM Fayyad, sikap positif Eropa itu membuka jalan bagi Uni Eropa untuk memainkan peran penting dan efektif dalam proses politik di Timur Tengah.
Uni Eropa dalam memainkan perannya, lanjut Fayyad, bisa bekerja sama dengan mitra internasional lain, seperti kuartet perdamaian (AS, Rusia, Uni Eropa, dan PBB), khususnya AS, untuk bisa mencapai tujuannya, yaitu mengakhiri pendudukan Israel atas tanah pada tahun 1967.
”Sikap Eropa itu bisa menjadi pintu pembuka jalan bagi masyarakat internasional untuk memikul tanggung jawab langsung mengakhiri pendudukan Israel atas tanah tahun 1967, termasuk Jerusalem Timur, serta rakyat Palestina bisa menentukan nasibnya sendiri dan mendirikan negara Palestina dengan ibu kota Jerusalem Timur,” kata Fayyad kepada harian Asharq Al Awsat. (MTH
(Diunduh dari http://internasional.kompas.com/read/xml/2009/12/15/15021897/israel.kecam.inggris)
Selasa, 15 Desember 2009 | 15:02 WIB
JERUSALEM, KOMPAS.com - Israel, Selasa (15/12/2009), mengecam perintah penangkapan yang dikeluarkan oleh sebuah pengadilan Inggris kepada mantan Menteri Luar Negeri Tzipi Livni atas perannya selama perang melawan kelompok Hamas yang mengendalikan Jalur Gaza pada permulaan tahun.
"Situasi saat ini telah berubah menjadi tidak dapat ditolerasi, ini adalah waktunya perubahan," kata duta besar Israel untuk Inggris Ron Prosor kepada radio militer.
"Saya yakin jika pemerintah Inggris akan memahami bahwa ini adalah waktunya untuk bereaksi dan tidak puas dengan deklarasi," imbuhnya.
Perintah penangkapan terhadap Livni, saat ini pemimpin oposisi, diyakini dikeluarkan oleh Pengadilan London pada akhir pekan dan laporan media menyebutkan bahwa hal itu menyebabkan Livni membatalkan perjalanannya ke Inggris. Kantor Livni mengatakan bahwa lawatan itu ditunda akibat masalah jadwal.
Seorang juru bicara bagi Kementerian Luar Negeri mengatakan bahwa adalah penting untuk mempelajari dampak dari perintah itu. "Inggris Raya bertujuan untuk melakukan semua yang diperlukan guna mempromosikan perdamaian di Timur Tengah, dan menjadi mitra strategis dari Israel," katanya.
"Untuk melakukan itu, pemimpin Israel perlu untuk dapat datang dan berunding dengan pemerintah Inggris. Kami melihat dengan cermat dampak dari kasus ini," ujarnya.
Peristiwa itu menjadi insiden terbaru tatkala pengadilan Inggris mengeluarkan, atau telah diminta untuk mengeluarkan sebuah surat perintah penangkapan bagi pejabat Israel.
Pada September, aktivis pro-Palestina berusaha agar Menteri Pertahanan Ehud Barak ditahan atas perannya dalam perang di Gaza, namun pengadilan menolak permintaan itu.
Pada 2005, seorang mantan jenderal Israel, Doron Almog, menghindari penangkapan di Inggris dengan kembali ke Israel tanpa meninggalkan pesawat yang telah membawanya mendarat di London setelah dia mengetahui adanya perintah penahanan terhadapnya.
(Diunduh dari http://internasional.kompas.com/read/xml/2009/12/24/09291560/Satu.Tentara.Ditukar.dengan.1.000.Pejuang.Hamas) AFP
Kamis, 24 Desember 2009 | 09:29 WIB
GAZA CITY, KOMPAS.com - Israel mengambil langkah yang mengejutkan, yakni bersedia menukarkan 1.000 tahanan Palestina dengan satu tentara Israel yang sudah tiga tahun ditawan Hamas. Pejuang Hamas pun menawarkan gencatan senjata setahun lebih jika rivalnya, Israel, mau membuka seluruh blokade perbatasan di Gaza.
Israel memberikan jawabannya melalui seorang penengah dari Jerman yang berperan sebagai perantara perundingan dengan Hamas. Dikatakan, jawaban Israel disampaikan dalam perundingan cepat di kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu yang kemudian diteruskan ke Hamas, Selasa (22/12/2009).
Nama tentara Israel yang ditahan Hamas tersebut ialah Gilad Shalit. Dia ditangkap pada tahun 2006 dan menjadi salah satu alasan bagi Israel menyerang Jalur Gaza, sekalipun gagal. Bahkan Shalit dilaporkan terluka akibat serangan Israel di kota Gaza.
Sebelumnya orangtua Shalit, yakni Noam dan Aviva Shalit, menulis surat berisi desakan kepada Benjamin Netanyahu untuk segera bersepakat dengan Hamas untuk pembebasan anaknya itu. ”Kami yakin beberapa hari lagi amat menentukan nasib putra kami tercinta,” kata Noam dan Aviva Shalit dalam suratnya itu.
Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak ketika bercerita kepada sekelompok mahasiswa, Rabu, menjelaskan, pembebasan Gilad Shalit menjadi prioritas utama. Upaya itu merupakan harga mati yang tidak bisa ditawar-tawar. Shalit akan ditukar dengan sekitar 1.000 tawanan Palestina.
Sementara itu, delegasi Hamas untuk pembicaraan damai di Kairo, Mesir, Ayman Taha, seperti dilaporkan kantor berita China, Xinhua, yang dikutip Press TV, Selasa, mengatakan, pihak Israel sudah menyatakan bersedia menukarkan 1.000 tahanan Palestina dengan Shalit yang sudah tiga tahun ditawan Hamas.
Meski demikian, belum dapat diketahui secara pasti kapan kesepakatan tersebut akan dieksekusi. Selain itu, Taha juga menambahkan, Hamas akan menawarkan gencatan senjata kepada Israel jika pihaknya berkomitmen membuka seluruh blokade di perbatasan. Waktu gencatan senjata yang ditawarkan ialah selama setahun.
Kata Taha, Israel mengisyaratkan mau menerima tawaran gencatan itu. Namun sayangnya, Israel hanya mau membuka separuh blokade di perbatasan dan Hamas keberatan jika blokade tidak dibuka seluruhnya.
Sebelum sampai pada kesepakatan menukarkan 1.000 tahanan dengan satu tentara Israel, pejuang Hamas mengajukan tuntutan agar Israel terlebih dahulu membebaskan tokoh-tokoh senior Hamas yang masih ditahan. Namun, Israel keberatan untuk melepas para tahanan penting Palestina itu.
Situs Hamas, al-Risalah, mengatakan, seorang mediator Jerman akan bertemu dengan Hamas di Gaza. Mereka akan mengambil keputusan final dan konklusif tentang apa yang menjadi topik utama dalam perundingan menuju gencatan senjata. Namun, belum bisa dijelaskan kapan kesepakatan pertukaran tahanan itu diwujudkan.
Menurut pejabat Israel dan Palestina, Israel akan membebaskan tahanan secara bertahap. Tahap pertama sekitar 450 tahanan, lalu diikuti sekitar 500 tahanan lagi untuk menggantikan Shalit. Saat ini ada sekitar 8.000 tawanan Palestina di penjara-penjara Israel. (AFP/AP/REUTERS/CAL) Sent from Indosat BlackBerry powered by
Note: Setiap orang tua menyayangi anaknya seperti halnya orang tua Shalit. Tidakkah zionis itu berfikir berapa ribu anak-anak, para hafiz kecil, yang nyawanya telah mereka rampas dalam pembantaian-pembantaian yang dilakukannya. Nafsu berperang yang tak berkesudahan.
Prof Barda dan Mahasiswa SPP MIH Undip Angkatan 2008
Senin 15 Juni 2009. Jam dinding kelas menunjukan pukul 10.15 WIB saat Prof Dr Barda Nawawi Arief SH masuk kelas kami pagi itu, Kapita Selekta Hukum Pidana. Ia mengenakan batik berlengan panjang meskipun sebenarnya ia seorang Minang.
"Awaludiin mana? Nggak masuk ya? Masya Allah, Awaludin di sebelah Dike, gondrong sih kirain perempuan, aku nggak berani ngelirik,"katanya saat memulai kelas.
"Politikus itu prof." Eko Soponyono SH MH, asisten Prof Barda menimpali.
"Awaludin itu lebih cocok menjadi filsuf,"lanjut Prof Barda.
Awaludin adalah teman Abi dalam kelas Sistem Peradilan Pidana Program Pasca Sarjana Magister Ilmu Hukum Undip. Pendiri Democratie Watch Organization (Dewa Orga), sebuah LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) di Semarang. Ia amat menyenangi filsafat, lengkungan hitam dibawah matanya menandakan ia melahap banyak buku.
Notebook Acer berlayar 14 inci milik Prof Barda dibuka, dinyalakan. Kabel dihubungkan pada proyektor Infocus. Prof Barda kemudian menceritakan pada kelas tentang email Awaludin yang dikirimkan kepadanya.
"Waktu itu Awaludin kirim email ke saya."
Dua paragraf email Awaludin ditampilkan dalam slide power point. Sebuah kalimat terpampang di layar depan kelas "Saya ingin kuliah di STF Driyakara, ingin mendalami filsafat, sehingga ketika saya pulang saya akan memadukannya dengan ilmu hukum dan akan menggelutinya sampai akhir hayat."
Pada intinya email tersebut berisi curahan hati Awaludin atas kesulitannya mengikuti perkuliahan Prof Barda. Awal mencurahkan kegelisahannya. Kukira wajar, ia lebih menyukai filsafat dari pelajaran apapun. Ia lelaki gondrong yang bersandal di kampus.
Prof Barda meminta izin Awaludin untuk memunculkan seluruh emailnya. Teman kelas menimpali meminta untuk ditampilkan semuanya. Awaludin tidak mengiyakan. Email versi penuh tak jadi ditampilkan.
Prof Barda kemudian memberikan nasihat pada Awal. Ia mengerti kesulitan Awal. Ia mengerti bagaimana tak mudahnya bekerja di LSM. Apalagi LSM yang didirikan Awal bermodalkan semangat, belum begitu besar dan dilirik lembaga donor.
Entah kenapa suasana kelas menjadi hening. Prof Barda lalu menyitir AaGym, da'i asal priangan. "Jangan kau risaukan apa yang belum kau dapatkan, risaukanlah apa yang sudah kau dapatkan. Kalau melihat email Awaludin ia memiliki kegelisahan. Apakah hanya anak muda yang memiliki kegelisahan? Apakah sebagai orang tua saya tidak punya kegelisahan? Saya juga punya kegelisahan. Kegelisahan saya adalah apakah nanti saya akan mati dengan husnul khotimah (akhir yang baik)?
Prof Barda tahu bahwa dirinya akan mati, dan sesungguhnya setiap orang menanti kematian. Meski masih enerjik, tahun ini Prof Barda genap berusia 66. Saya tiba-tiba teringat ucapan Nabi Muhammad SAW "orang pintar/cerdas adalah orang yang mengingat kematian." Pada dasarnya kita semua sedang menunggu kematian. Hanya persoalan waktu. Semoga kita termasuk orang yang mempersiapkan kematian.
Lalu Prof Barda menampilkan slide ayat yang telah diterjemahkan "setiap orang yang bernyawa pasti mati." Slide itu dilatari sebuah kereta kuda yang bergerak, siap menjemput siapa saja yang hidup. Lagu Opick tentang kematian menjadi lagu latar slide tersebut. Mata Prof Barda berkaca. Perlahan air matanya jatuh mengalir.
Seisi kelas hening, lalu menangis perlahan. Awaludin bersikeras menahan tangis namun kemudian pipinya basah. Air matanya keluar begitu saja tanpa dapat dibendungnya. "Saya nggak mau nangis, tapi tiba-tiba pipi saya basah, saya usap hapus, tapi basah lagi tak berhenti," paparnya suatu siang pada abi,Eko dan Ihsan yang serius mendengarkan di kosan rumah pohon. Kami bertiga terpaksa membolos siang itu untuk menyelesaikan hutangan sebuah tulisan.
Dike yang paling emosional tak dapat membendung air matanya yang deras. Lama hingga kemudian Dike bersuara sambil menahan tangis "Prof, saya ini bingung pertama kali masuk pidana, karena awalnya saya hukum internasional, tapi di Udayana saya ditempatkan di pidana, kemampuan saya menurun setelah menikah dan punya anak dua dalam waktu yang dekat, tapi berkat ketelatenan prof, saya kini bisa memahami."
"Jangan terlalu tergantung saya, tidak akan berakibat apa-apa, nanti frustasi lagi, punya anak lagi," Prof Barda mencairkan suasana. Dike tersenyum.
Bagus, alumni Brawijaya membuka suara. "Nama Prof Barda selama ini hanya saya ketahui dari buku, tapi kini saya bisa bertemu dan belajar langsung."
"Kami sebetulnya takut setiap Prof Barda masuk, karena keluasan ilmunya." Ridwan, dosen Untirta menambahkan.
"Jangan pujian semua, sampaikan kritiknya," pinta Prof Barda menengahi. Kukira apa yang disampaikan teman-teman bukanlah pujian, tapi memang begitu adanya. Bagus mengamini perkiraan saya.
Prof Barda kemudian menceritakan sepenggal kisahnya, menanamkan pada kami untuk bertekad sekuat tenaga menjadi 'orang'. "Saya pernah punya pacar sebelum saya menikah dengan istri saya. Tapi orang tuanya nggak setuju, karena saya belum jadi apa-apa. "Siapa itu Barda?" Keluarga besar saya juga banyak yang menyepelekan. Hingga akhirnya saya jadi orang, banyak yang menganggap keluarga."
Syifa, Aisyah, tak ada kuliah Kapita Selekta Hukum Pidana hari itu. Tapi kurasa pertemuan hari itu menjadi lebih bermakna. Kami jadi bisa memaknai hidup lebih dalam.
***
Ayah Prof Barda meninggal pada usia 45, saat Barda kecil baru berusia 7 tahun. Sakit jantung menjadi jalan meninggalnya. Seorang mayor. Agresi militer ke II Belanda mengharuskannya bertempur membela negeri ini. Entahlah, mungkin terlalu lelah membuat jantungnya harus bekerja cepat hingga akhirnya berhenti berdetak.
Seperti Umar bin Khattab, Prof Barda orang yang keras tapi juga berhati lembut. Abi sesekali pernah kena marahnya kalau tak bisa menjawab pertanyaan. Kekecewaannya terlihat jika abi tak bisa mengimbanginya berdiskusi. Berhadapan dengan Prof Barda seperti mau perang. Kita harus menyiapkan banyak amunisi. Maka jika kita tak membekali diri dengan membaca buku dan persoalan kontemporer, itu sama artinya dengan bunuh diri. Bisa habis kita ditembakinya tanpa bisa melawan.
Syifa, Aisyah, sebenarnya ada beberapa hal lagi tentang kebaikan Prof Barda yang ingin abi tuliskan, tapi ia minta abi merahasiakannya agar tidak banyak orang yang tahu. Abi rasa abi harus menghormati pesannya. Abi beruntung berkesempatan bertemu, mengenal dan menimba ilmu darinya. Mudah-mudahan abi bisa mengambil banyak pelajaran dan meneruskan pada yang lainnya.
(Tulisan ini didasarkan penuturan Bagus, Awal, Dike dan beberapa teman lainnya)
(Mengumpulkan yang terserak.red) diunduh dari http://www.himsac.co.cc/2009/06/story-of-himsac.html 6.19.2009 The Story Of HIMSAC
Himpunan Mahasiswa Serang dan Cilegon di Universitas Lampung dilahirkan pada tanggal 18 Mei 2000. Proses panjang telah dilalui sebelumnya untuk membentuk lembaga ini.. Dengan didasari atas semangat kekeluargaan antar mahasiswa yang berasal dari Serang dan Cilegon. Selain itu organisasi ini muncul bermula karena adanya niatan baik untuk membantu mahasiswa asal Serang dan Cilegon dalam menempuh studi di Universitas Lampung. Tentu pada akhirnya, tujuan organisasi ini bermuara pada pembentukan Sumber daya manusia Serang dan Cilegon yang berkualitas. Cikal bakal terbentuknya
lembaga ini dimulai pada tahun 1998, berawal dari pertemuan Mahasiswa Unila asal SMUN 1 Serang (HIMA SMUNSA) pada tgl 17 April 1999 dengan hasil kesepakatan untuk mengadakan pertemuan antar mahasiswa UNILA asal Serang dan Cilegon. Dalam pertemuan-pertemuan berikutnya yang diikuti oleh wakil-wakil dari SMUN 1 Serang, SMUN 1 Cipocok Jaya, SMUN Krawat Watu, SMUN 1 Cilegon, SMUN Ciruas dan MAN 2 Serang disusunlah Panitia Pelaksana Pembentukan Himpunan Mahasiswa asal Banten. Ide dasar dibentuknya Himpunan Mahasiswa asal Banten adalah untuk menumbuhan rasa solidaritas persaudaraan dan persatuan sebagai wahana Silaturahmi antar Mahasiswa satu daerah.
Arief Kautsar (FT Sipil’95), koordinator HIMASMUNSA dipercaya menjadi ketua pelaksana. Hingga akhirnya tepat tanggal 9 mei 1999 bertempat di Gedung E Fakultas Ekonomi terbentuklah suatu lembaga bagi Mahasiswa asal Serang dan Banten, wadah kebersamaan dan Silaturahmi yang bersifat paguyuban. Bernama Keluarga Mahasiswa Banten Raya (KEMBARA) yang diketuai oleh Zulhaidir (FE ’96). Dibawah kepemimpinan Zulhaidir, KEMBARA lebih diarahkan untuk membantu Mahasiswa Unila asal Serang dan Banten dalam mengatasi permasalahan akademis dikampus, sehingga dapat menyelesaikan studi dengan baik, meningkatkan penalaran dan kemampuan analisis sebagai Mahasiswa dalam menghadapi permasalahan sosial dilingkungannya, sekaligus mencari solusinya, serta ikut memberikan sumbangan pemikiran demi pembangunan di daerah Banten . Menjelang akhir kepungurusan, KEMBARA dibekukan dan diganti dengan Forum Mahasiswa Banten.
Kemudian pada tanggal 18 Mei 2000 diselenggarakan MUBES I Mahasiswa Asal Serang dan Cilegon, yang kemudian dikenal sebagai hari jadi HAMAS (Himpunan Mahasiswa Asal Serang dan Cilegon), jabatan Ketua dipegang oleh Ahmad Baidowi (Fisip IP ’98), dan Achdi Supratman (Fisip Kom’98) sebagai Sekretaris Umum.
Selanjutnya pada tanggal 6 Mei 2001, bertempat di Wisma Dahlia Bandar Lampung, kembali digelar MUBES HAMAS II. Dalam Mubes ini terdapat beberapa perubahan dari AD/ART HAMAS antara lain: perubahan nama organisasi HAMAS menjadi HIMSAC (Himpunan Mahasiswa Serang dan Cilegon), kepengurusan periode 2001-2002 HIMSAC dipimpin oleh Achdi Supratman (Fisip Kom’98) sebagai Ketua Umum, dan Jazuli Ramdhan (Teknik Elektro, 98) sebagai Sekretaris Umum. Pada kepengurusan ini, kegiatan-kegiatan yang telah terlaksana seperti pengajian Rutin, Ifthor Jama’i, Rihlah (rekreasi), Bakti Sosial , dan Try Out SPMB 2002 di GOR Maulana Yusuf Serang dll.
Pada tanggal 19 Mei 2002 di Aula Balai Bahasa kembali diadakan agenda tahunan HIMSAC yaitu MUBES HIMSAC III yang berhasil memilih Ferry Fathurohman (FH ’99) sebagai Ketua Umum, dan Uswatun hasanah (FMIPA, ’99) sebagai Wakil ketua Umum. Kepengurusan ini memiliki 5 departemen : Departemen Agama, PSDM , Keilmuan , Dana Usaha & Kesejahteraan Sosial , dan Kreatifitas yang akan mencoba menggulirkan beberapa progja diantaranya Seminar Daerah , Diklat Jurnalistik, Try Out SPMB, dan beberapa progja yang akan meningkatkan solidaritas dan ukhuwah antara mahasiswa asal Serang dan cilegon.
(Mengumpulkan yang terserak.red) (diunduh dari http://www.jurnalnet.com/konten.php?nama=BeritaUtama&topik=12&id=43) Alumni pers kampus Unila dirikan perusahaan Jurnalnet.com (Bandar Lampung) Eril Sutasena
Bersamaan peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-28 pers kampus mahasiswa Surat Kabar Mahasiswa (SKM) Teknokra Universitas Lampung (Unila) dengan dukungan para lulusan Unila yang pernah aktif di sana, sepakat mendirikan Perseroan Terbatas (PT) Teknokra Cendekia Utama.
Menurut Pemimpin Umum SKM Teknokra, Abdul Gofur mendampingi Rektor Unila, Prof Dr Muhajir Utomo yang juga salah satu pendiri Teknokra di Bandar Lampung, Selasa, PT Teknokra Cendekia Utama ("TCU") yang sepakat didirikan bergerak dalam bisnis jasa pendidikan dan pelatihan SDM, informasi dan komunikasi dalam arti luas.
"Rintisannya cukup lama, sekitar tujuh tahun yang lalu," kata Gofur yang belum lama menggantikan Ferry Fathurrachman memimpin pers mahasiswa yang masih eksis hingga sekarang ini.
Rektor Unila, Muhajir Utomo berpendapat, kemampuan para mantan aktivis SKM Teknokra dalam mengembangkan bidang jurnalistik dan pekerjaan lain yang terkait kemampuan itu, sudah tidak diragukan lagi.
Terbukti banyak lulusannya yang bekerja di media massa nasional dan lokal, penulis, LSM, bisnis dan pengusaha yang memiliki kemampuan jurnalistik melebihi lulusan Unila yang lain.
"Dengan dukungan alumni Unila yang pernah aktif di SKM Teknokra, kami sepakat mendorong didirikannya unit bisnis tersebut," kata Muhajir lagi.
Diharapkan, keberadaan PT Teknokra Cendekia Utama dapat memanfaatkan jaringan alumni Unila yang mantan aktivis SKM Teknokra di pelosok tanah air terutama yang telah berkiprah di dunia bisnis, pemerintahan maupun profesional media.
"Semula rencananya hanya akan membentuk Yayasan, tapi melihat perkembangan perguruan tinggi negeri seperti Unila harus mandiri dan otonom, akhirnya pilihan membentuk PT lebih realistis," kata Muhajir pula.
Para pengelola SKM Teknokra pada peringatan HUT ke-28 secara sederhana di markasnya di Kampus Gedongmeneng-Bandar Lampung, Senin (28/2) malam, mengharapkan keberadaan PT Teknokra Cendekia Utama itu dapat menopang pembiayaan penerbitan SKM Teknokra Unila.
"Kami terus menerbitkan tabloid yang segera diubah formatnya menjadi majalah dan penerbitan newsletter yang biayanya masih bersumber dari subsidi mahasiswa Unila," kata Pemimpin Umum SKM Teknokra Unila, Abdul Gofur lagi.
Dia juga berharap keberadaan PT Teknokra Cendekia Utama dapat menjadi salah satu sandaran pekerjaan yang layak ditekuni bagi para lulusan Unila yang pernah aktif di pers mahasiswa itu, agar tidak mesti bersusah payah menjadi PNS atau mencari pekerjaan lain di luar.
Untuk pertamakalinya, pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT Teknokra Cendekia Utama, Senin (28/2) telah ditetapkan Dewan Komisaris dan Direksi, dengan Juwendra Asdiansyah sebagai Direktur Utama, Agus Sahlan Mahbub (Direktur Keuangan), dan M. Fahruriza Pradana (Direktur Operasional).***
(diambil dari milis facebook Hadist Rasulullah SAW) Sepasang suami isteri – seperti pasangan lain di kota-kota besar meninggalkan anak-anak diasuh pembantu rumah sewaktu bekerja. Anak tunggal pasangan ini, perempuan cantik berusia tiga setengah tahun. Sendirian ia di rumah dan kerap kali dibiarkan pembantunya karena sibuk bekerja di dapur. Bermainlah dia bersama ayun-ayunan di atas buaian yang dibeli ayahnya, ataupun memetik bunga dan lain-lain di halaman rumahnya.
Suatu hari dia melihat sebatang paku karat. Dan ia pun mencoret lantai tempat mobil ayahnya, tetapi karena lantainya terbuat dari marmer maka coretan tidak kelihatan. Dicobanya lagi pada mobil baru ayahnya. Ya… karena mobil itu bewarna gelap, maka coretannya tampak jelas. Apalagi anak-anak ini pun membuat coretan sesuai dengan kreativitasnya. Hari itu ayah dan ibunya bermotor ke tempat kerja karena ingin menghindari macet. Setelah sebelah kanan mobil sudah penuh coretan maka ia beralih ke sebelah kiri mobil. Dibuatnya gambar ibu dan ayahnya, gambarnya sendiri, lukisan ayam, kucing dan lain sebagainya mengikut imaginasinya. Kejadian itu berlangsung tanpa disadari oleh si pembantu rumah. Saat pulang petang, terkejutlah pasangan suami istri itu melihat mobil yang baru setahun dibeli dengan bayaran angsuran yang masih lama lunasnya. Si bapak yang belum lagi masuk ke rumah ini pun terus menjerit, "Kerjaan siapa ini !!!" …. Pembantu rumah yang tersentak engan jeritan itu berlari keluar. Dia juga beristighfar. Mukanya merah adam ketakutan lebih-lebih melihat wajah bengis tuannya. Sekali lagi diajukan pertanyaan keras kepadanya, dia terus mengatakan ' Saya tidak tahu..tuan." "Kamu dirumah sepanjang hari, apa saja yg kau lakukan?" hardik si isteri lagi. Si anak yang mendengar suara ayahnya, tiba-tiba berlari keluar dari kamarnya. Dengan penuh manja dia berkata "Dita yg membuat gambar itu ayahhh.. cantik …kan!" katanya sambil memeluk ayahnya sambil bermanja seperti biasa.. Si ayah yang sudah hilang kesabaran mengambil sebatang ranting kecil dari pohon di depan rumahnya, terus dipukulkannya berkali-kali ke telapak tangan anaknya . Si anak yang tak mengerti apa apa menagis kesakitan, pedih sekaligus ketakutan. Puas memukul telapak tangan, si ayah memukul pula belakang tangan anaknya. Sedangkan Si ibu cuma mendiamkan saja, seolah merestui dan merasa puas dengan hukuman yang dikenakan. Pembantu rumah terbengong, tidak tahu harus berbuat apa… Si ayah cukup lama memukul-mukul tangan kanan dan kemudian ganti tangan kiri anaknya. Setelah si ayah masuk ke rumah diikuti si ibu, pembantu rumah tersebut menggendong anak kecil itu, membawanya ke kamar.
Mbok Narti sang pembantu terperanjat melihat telapak tangan dan belakang tangan si anak kecil luka-luka dan berdarah. Pembantu rumah memandikan anak kecil itu. Sambil menyiramnya dengan air, dia ikut menangis. Anak kecil itu juga menjerit-jerit menahan pedih saat luka-lukanya itu terkena air. Lalu si pembantu rumah menidurkan anak kecil itu. Si ayah sengaja membiarkan anak itu tidur bersama pembantu rumah. Keesokkan harinya, kedua belah tangan si anak bengkak. Pembantu rumah mengadu ke majikannya. "Oleskan obat saja!" jawab bapak si anak. Pulang dari kerja, dia tidak memperhatikan anak kecil itu yang menghabiskan waktu di kamar pembantu. Si ayah konon mau memberi pelajaran pada anaknya. Tiga hari berlalu, si ayah tidak pernah menjenguk anaknya sementara si ibu juga begitu, meski setiap hari bertanya kepada pembantu rumah. "Dita demam, Bu"…jawab pembantunya ringkas. "Kasih minum panadol aja ," jawab si ibu. Sebelum si ibu masuk kamar tidur dia menjenguk kamar pembantunya. Saat dilihat anaknya Dita dalam pelukan pembantu rumah, dia menutup lagi pintu kamar pembantunya. Masuk hari keempat, pembantu rumah memberitahukan tuannya bahwa suhu badan Dita terlalu panas. "Sore nanti kita bawa ke klinik.. Pukul 5.00 sudah siap" kata majikannya itu. Sampai saatnya si anak yang sudah lemah dibawa ke klinik. Dokter mengarahkan agar ia dibawa ke rumah sakit karena keadaannya susah serius. Setelah beberapa hari di rawat inap dokter memanggil bapak dan ibu anak itu. "Tidak ada pilihan.." kata dokter tersebut yang mengusulkan agar kedua tangan anak itu dipotong karena sakitnya sudah terlalu parah dan infeksi akut…"Ini sudah bernanah, demi menyelamatkan nyawanya maka kedua tangannya harus dipotong dari siku ke bawah" kata dokter itu. Si bapak dan ibu bagaikan terkena halilintar mendengar kata-kata itu. Terasa dunia berhenti berputar, tapi apa yg dapat dikatakan lagi. Si ibu meraung merangkul si anak. Dengan berat hati dan lelehan air mata isterinya, si ayah bergetar tangannya menandatangani surat persetujuan pembedahan. Keluar dari ruang bedah, selepas obat bius yang disuntikkan habis, si anak menangis kesakitan. Dia juga keheranan melihat kedua tangannya berbalut kasa putih. Ditatapnya muka ayah dan ibunya. Kemudian ke wajah pembantu rumah. Dia mengerutkan dahi melihat mereka semua menangis. Dalam siksaan menahan sakit, si anak bersuara dalam linangan air mata. "Ayah.. ibu… Dita tidak akan melakukannya lagi…. Dita tak mau lagi ayah pukul. Dita tak mau jahat lagi… Dita sayang ayah..sayang ibu.", katanya berulang kali membuatkan si ibu gagal menahan rasa sedihnya. "Dita juga sayang Mbok Narti.." katanya memandang wajah pembantu rumah, sekaligus membuat wanita itu meraung histeris. "Ayah.. kembalikan tangan Dita. Untuk apa diambil.. Dita janji tidak akan mengulanginya lagi! Bagaimana caranya Dita mau makan nanti ?… Bagaimana Dita mau bermain nanti ?… Dita janji tidak akan mencoret-coret mobil lagi, " katanya berulang-ulang. Serasa hancur hati si ibu mendengar kata-kata anaknya. Meraung-raung dia sekuat hati namun takdir yang sudah terjadi tiada manusia dapat menahannya. Nasi sudah jadi bubur. Pada akhirnya si anak cantik itu meneruskan hidupnya tanpa kedua tangan dan ia masih belum mengerti mengapa tangannya tetap harus dipotong meski sudah minta maaf… Tahun demi tahun kedua orang tua tersebut menahan kepedihan dan kehancuran bathin sampai suatu saat Sang Ayah tak kuat lagi menahan kepedihannya dan wafat diiringi tangis penyesalannya yg tak bertepi…, Namun…., si Anak dengan segala keterbatasan dan kekurangannya tersebut tetap hidup tegar bahkan sangat sayang dan selalu merindukan ayahnya..
Ada apa dengan penyidik dan penuntut kasus Minah? Tidakkah pemikiran hukum progesif dan restorative justice sampai pada mereka? Tidakkah mereka memahami nilai dasar hukum? terjebak dalam kepastian hukum?
diunduh dari Kompas.com.
RASA KEADILAN Elegi Minah dan Tiga Buah Kakao di Meja Hijau... KOMPAS/ MADINA NUSRAT credit foto: Madinah Nusrat/Kompas
Minah (55), petani dari Dusun Sidoharjo, Desa Darmakradenan, Kecamatan Ajibarang, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Kamis (19/11), dihukum percobaan 1 bulan 15 hari karena mencuri tiga buah kakao di kebun PT Rumpun Sari Antan 4 di desanya. Persidangan di Pengadilan Negeri Purwokerto ini menyedot perhatian masyarakat karena benda yang didakwakan dicuri hanya tiga buah kakao yang akan digunakan Minah sebagai bibit. Artikel Terkait:
* Duh... Tiga Buah Kakao Menyeret Minah ke Meja Hijau...
Jumat, 20 November 2009 | 08:09 WIB
Madina Nusrat
Minah (55) hanya dapat meremas kedua belah tangannya untuk menepis kegalauan agar tetap tegar saat menyampaikan pembelaan atau pleidoi di hadapan majelis hakim di Pengadilan Negeri Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Kamis (19/11).
Tanpa didampingi pengacara, ia menceritakan bahwa alasannya memetik tiga buah kakao di kebun PT Rumpun Sari Antan 4, pertengahan Agustus lalu, adalah untuk dijadikan bibit.
Nenek tujuh cucu yang buta huruf ini sesekali melemparkan pandangan kepada beberapa orang yang dikenal guna memperoleh kekuatan. Ia berusaha memastikan bahwa pembelaannya dapat meyakinkan majelis hakim.
Dengan menggunakan bahasa Jawa ngapak (dialek Banyumasan) bercampur bahasa Indonesia, Minah menuturkan, tiga buah kakao itu untuk menambah bibit tanaman kakao di kebunnya di Dusun Sidoharjo, Desa Darmakradenan, Kecamatan Ajibarang, Kabupaten Banyumas. ”Kalau dipenjara, inyong (saya) enggak mau Pak Hakim. Namung (cuma) tiga buah kakao,” ujar Minah kepada majelis hakim.
Minah mengaku sudah menanam 200 bibit pohon kakao di kebunnya, tetapi ia merasa jumlah itu masih kurang. Namun, belum sempat buah tersebut dibawa pulang, seorang mandor perkebunan, Sutarno, menegurnya. Minah lantas meminta maaf dan meminta Sutarno untuk membawa ketiga buah kakao tersebut.
Alih-alih permintaan maafnya diterima, manajemen PT RSA 4 malah melaporkan Minah ke Kepolisian Sektor Ajibarang, akhir Agustus lalu. Laporan itu berlanjut pada pemeriksaan kepolisian dan berakhir di meja hijau.
Minah sudah berusaha melepaskan diri dari jerat hukum. Tapi usahanya sia-sia. Hukum yang mestinya mengayomi masyarakat dengan menegakkan keadilan, bagi nenek Minah, ternyata tak punya nurani. Hukum kita rupanya tak memberi ampun bagi orang kecil seperti Minah. Tetapi, koruptor pencuri miliaran rupiah uang rakyat melenggang bebas dari sanksi hukum.
Di Jawa Tengah, misalnya, empat bekas anggota DPRD dan aparat Pemerintah Kota Semarang yang menjadi terpidana kasus korupsi dana APBD Kota Semarang tahun 2004 sebesar Rp 2,16 miliar divonis bebas. Mereka bebas dari sanksi hukum setelah Mahkamah Agung (MA) mengabulkan permohonan peninjauan kembali mereka. MA menyatakan keempat terpidana itu tidak melakukan tindak pidana.
Muramnya penuntasan masalah hukum di Jateng masih ditambah lagi dengan putusan hakim yang hanya memberikan hukuman percobaan kepada pelaku tindak pidana korupsi. Salah satunya dijatuhkan kepada Ketua DPRD Jateng periode 1999-2004, Mardijo. Terdakwa korupsi dobel anggaran APBD Jateng sebesar Rp 14,8 miliar ini hanya diberi hukuman percobaan selama dua tahun.
Minah memang tak mengerti masalah hukum seperti para terpidana dan terdakwa kasus korupsi itu. Namun, dengan berkata jujur, ia memiliki keyakinan bahwa ia mampu menghadapi rimba hukum formal yang tidak dimengertinya sama sekali.
Terhitung tanggal 13 Oktober sampai 1 November, Minah menjadi tahanan rumah, yakni sejak kasusnya dilimpahkan dari kepolisian kepada Kejaksaan Negeri Purwokerto. Sejak itu hingga sekarang, ia harus lima kali pergi pulang memenuhi panggilan pemeriksaan di Kejaksaan Negeri Purwokerto, dan persidangan di Pengadilan Negeri Purwokerto.
Rumah Minah di dusun, di pelosok bukit. Letaknya sekitar 15 kilometer dari jalan utama Ajibarang-Wangon. Perjalanan ke Purwokerto masih menempuh jarak sejauh 25 kilometer lagi. Jarak sepanjang itulah yang harus ditempuh Minah setiap kali memenuhi panggilan Kejaksaan Negeri Purwokerto dan Pengadilan Negeri Purwokerto.
Satu kali perjalanan ke Purwokerto, Minah mengaku, bisa menghabiskan Rp 50.000 untuk naik ojek dan angkutan umum. Ditambah lagi untuk makan selama di perjalanan. ”Kadang disangoni anak kula (kadang dibiayai anak saya),” katanya.
Sebelum menyampaikan putusan, majelis hakim juga pernah bertanya kepada Minah, siapa lagi yang memberikannya ongkos ke Purwokerto. ”Saya juga pernah dikasih Rp 50.000 sama ibu jaksa, untuk ongkos pulang,” kata Minah sambil menoleh kepada jaksa penuntut umum Noor Haniah.
Noor Haniah yang mendengar jawaban itu hanya dapat memandang lurus ke Minah.
Elegi Minah tentang tiga kakao yang diambilnya melarutkan perasaan majelis hakim. Saat membacakan pertimbangan putusan hukum, Ketua Majelis Hakim Muslich Bambang Luqmono sempat bersuara tersendat karena menahan tangis.
Muslich mengaku tersentuh karena teringat akan orangtuanya yang juga petani.
Majelis hakim memutuskan, Minah dihukum percobaan penjara 1 bulan 15 hari. Jadi, Minah tak perlu menjalani hukuman itu, dengan catatan tidak melakukan tindak pidana lain selama masa percobaan tiga bulan.
Persidangan ditutup dengan tepuk tangan para warga yang mengikuti persidangan tersebut.
Kasus Minah bisa menjadi contoh bahwa penuntasan masalah hukum di negeri ini masih saja berlangsung tanpa mendengarkan hati nurani, yaitu rasa keadilan.... Sent from Indosat BlackBerry powered by
Syifa, Aisyah, 20 Juli 2009 lalu Kaum Tjipian melaunching sebuah buku. Kaum Tjipian adalah sebuah komunitas yang membedah dan mengembangkan pemikiran Hukum Progresif Prof Satjipto Rahardjo. Inisiatornya adalah Awaludin Marwan (Lulu), filsuf muda Semarang, penggiat LSM yang kuliah di Program Magister Ilmu Hukum Undip, satu angkatan dengan Abi, 2008. Ia gigih melakukan diskusi membahas pemikiran Prof Tjip sedari awal kuliah. Meski hampir semua buku Prof Tjip Abi beli, namun Abi sebenarnya tak pernah mengikuti diskusinya. Pemikiran abi pragmatis saja, menyelesaikan kuliah sesegera mungkin. Lulu dari awal memiliki ide membukukan makalah hasil diskusi. Abi juga dimintai tulisan mengenai hukum progresif, tapi abi tak segera mengiyakan, sebab saat itu abi banyak utangan tulisan.
Awal Juli rencana seminar Hukum Progresif dan Launching buku semakin mengerucut. Sharing dengan Prof Tjip digelar, kata sambutan untuk buku didapat. Bahan tulisan buku masih kurang, saat itulah Lulu dan Eko Mukminto meminta tulisan kembali, deadlinenya dua hari. Abi tak menjanjikan, sekiranya tulisan abi nggak selesai abi minta mereka tetap berangkat saja ke Genta Press Jogja agar tak menghambat, Lulu merayu dan meyakinkan "Kalau nggak ada pak Fer nggak seru," katanya. Ia memang punya bakat besar jadi pemimpin, memiliki energi besar untuk memotivasi orang.
Malam pertama abi kebut, terjadi tiga kali pergantian tema, gagal karena banyak hambatan, karena kamar kos abi memiliki TV, terkadang ada kawan yang numpang nonton. Malam berikutnya Eko dan Ikhsan menumpang di kamar Abi, rupanya tulisan merekapun belum rampung, puluhan buku mereka dibawa serta ke kamar. Nah, justru dengan kedatangan mereka suasana jadi kondusif, tiga orang fokus pada satu hal, menulis. Kopi, asap rokok , buku-buku berseliweran malam itu, kamar abi dipenuhi buku yang berserakan hingga berjalan pun agak susah. Sesekali kami berhenti mengetik, diskusi jika ada satu hal yang mengganjal mengenai tulisan.
Pagi menjelang, tulisan belum paripurna, Abi terpaksa melewatkan satu kuliah Prof Barda yang sangat berharga, sesi terakhir dimana Prof Barda Nawawi dan para mahasiswa menguraikan kesan dan pesan selama perkuliahan. Kabarnya hampir semua mahasiswa menangis. Prof Barda membahas email Lulu yang menceritakan kegelisahan. Ia lalu menjelaskan bahwa orang tua seperti dirinya juga memiliki kegelisahan, menantikan kematian! Usianya 66 tahun, dan Prof Barda memiliki banyak pertanyaan, yang terbesar adalah, apakah nanti akan berakhir dengan baik, husnul khotimah? Sebuah slide terpampang, sebuah kereta yang ditarik kuda muncul, dengan penggalan ayat Alquran yang menyertainya disertai latar lagu Opick yang mengingatkan kematian. Semua memahami slide itu, suatu saat kereta kuda itu akan menjemputnya, hidup di dunia tidak selamanya, suatu saat berakhir, dan bekal apa yang kita bawa untuk bertemuNya? Syifa, Aisyah, suatu saat Abi ceritakan khusus mengenai Prof Barda, guru dengan ilmu luas yang dilengkapi dengan kecerdasan spiritual.
Abi tentu sedih tak bisa mengikuti sesi Prof Barda, namun tulisan harus rampung. Siang hari, tulisan rampung, tinggal memperhalus, editing akhir. Lusa kemudian Eko dan Ikhsan berangkat ke Jogja menyerahkan draft buku. Buku itu ditulis oleh tujuh orang: Sulaiman (dosen Syiah Kuala Aceh), Rudolfus Tallan (advokat Kupang), Awaludin Marwan (Inisiator Kaum Tjipian), Abi (Ayah kalian), Eko Mukminto (filsuf muda Kendal, skateboarder), Ikhsan Alfarisi (filsuf muda Muara Bungo, Jambi, backpacker traveller), Agung (koordinator kaum Tjipian).
Saat seminar dan launching buku, teman-teman PMIH turut membantu sebagai panitia. Buku dicetak 200: 100 untuk kami, 100 untuk penerbit. Jadi begitulah, buku itu akhirnya terbit, mudah-mudahan bukan buku terakhir.
Sudah mulai siang abi harus ke kampus, abi sedang merintis belajar menjadi editor buku, proyek perdana didapat, tesis dosen abi yang baik di Unila yang akan dijadikan buku. Mau ke perpustakaan, ngedit disana, ngadem AC, cuaca Semarang mulai panas akhir-akhir ini.
Aisyah, hari ini (11/11/09) abi makan ketoprak di depan kampus Undip Pleburan Semarang. Belum waktunya makan siang memang, tapi perut abi mulai lapar. Penjualnya perempuan dengan seorang anak lelaki usia 7 tahun di sampingnya. Abi memesan satu piring, anaknya mulai merengek minta dibelikan susu indomilk botol plastik. Perempuan itu tampak sedikit repot meminta anaknya bersabar sambil cekatan meracik ketoprak pesanan abi. Ketoprak selesai, dan ia beranjak ke warung sebelah menyusul anaknya yang telah ada di warung. Dibelikannya susu. Susu seperti itu harganya kurang lebih dua ribuan, lebih dikit. Ketoprak yang abi makan seharga empat ribu. Si anak serta merta tenang. Ibu tadi masih muda Aisyah, belum kepala tiga, mungkin duapuluh enam. Memakai jin biru dan kaos biru langit tangan panjang. Baju anaknya pun terurus, tidak seperti gelandangan di pinggir jalan.
Abi menyadari betapa hebatnya perempuan. Dan berbagai pertanyaan muncul. Kemana suaminya? Alangkah hebatnya ia, bekerja sambil mengurus anak. Betapa mandirinya ia, seharusnya mental bangsa kita seperti itu. Mudah-mudahan dalam beberapa tahun ia menjadi enterpreuner, memiliki beberapa orang karyawan dalam bisnis ketopraknya. Ia membantu suaminya dalam memenuhi perekonomian keluarga.
Lalu abi teringat ibumu. Ia juga perempuan yang dahsyat Aisyah. Bangun pagi, masak, mandiin mbak Syifa, lalu dirimu, mengantar mbakmu ke sekolah. Mbakmu itu keras kepala Aisyah mungkin turunan dari kami berdua. Kalau yang lain nulis ia malah makan, dan banyak lagi hal lainnya. Ibumu sabar dalam mendidik meski menguras energi. Lalu pulang, mengondisikan kalian tidur siang, bangun asar siap-siap mandi sore hingga malam menjelang. Tiap hari seperti itu, tidakkah itu dahsyat. Oya satu lagi Aisyah, ibumu juga akhirnya memutuskan berjualan baju anak, antar keluarga dan teman-temannya saja. Itu ia lakukan dalam rangka membantu abi menafkahi kalian. Pernah ia berkata "sebenernya pengen jualan di alun-alun ahad pagi, tapi ibu jaga perasaan abi, sebab Abi kan dosen," katanya. Abi bilang tak apa-apa,nanti abi antar, tapi sebenarnya ada juga perasaan rikuh, eh tapi ini antar kita aja ya, ibumu tak perlu tahu. Ibumu memang punya cita-cita usaha perlengkapan bayi dan anak.
Maaf Abi tak hadirkan foto penjual ketoprak itu. Abi dan ibumu bertukar telepon genggam. N 73 yang biasa abi pakai ada di ibu untuk keperluan kalian, buat film, foto dll. Hati-hati di Serang, jaga ibu dan mbakmu ya. I love U.
(diunduh dari Antara) Minggu, 18 Oktober 2009 14:40 WIB | Mancanegara | Timur Tengah/Afrika | Dibaca 131 kali
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengangkat sehelai dokumen 1942 dari pertemuan pejabat nazi yang membicarakan rencana untuk pembasmian orang Yahudi, sewaktu dia menyapa majelis umum ke-64 Perserikatan Bangsa-Bangsa di markas besar di New York (REUTERS/Lucas Jackson/&)
Jerusalem (ANTARA News) - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berikrar akan berjuang kuat untuk mementahkan tuduhan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) bahwa Israel melakukan kejahatan perang di Jalur Gaza, kata seorang pejabat Sabtu seperti dikutip Reuters.
Dewan Hak Asasi Manusia (HAM) PBB secara khusus mengecam negara Yahudi itu dalam resolusi hari Jumat dan u mendukung laporan jaksa Afrika Selatan Richard Goldstone yang mengecam kedua pihak, Israel dan Hamas, karena melakukan kejahatan perang pada Desember-Januari lalu.
Netanyahu, yang mengatakan bahwa laporan Goldstone bisa merusak langkah perdamaian Timur Tengah yang disponsori Amerika Serikat, menyatakan Israel akan berjuang menghadapi kecaman itu.
"Israel harus mementahkan resolusi itu menjadi tidak sah," kata Netanyahu, menurut seorang pejabat Israel.
Dia mengatakan, perjuangan tersebut "bukan hanya perlu waktu seminggu atau dua minggu tapi mungkin beberapa tahun".
Wakil Menteri Luar Negeri Danny Ayalon Jumat mengatakan bahwa "Israel sepenuhnya" menolak pemungutan suara dewan PBB yang mengecam Israel dan bukan faksi Palestina Hamas.
Namun demikian, Ayalon menambahkan bahwa dia merasa Israel pada akhirnya tidak akan menderita konsekuensi besar dari tindakan itu.
Sebanyak dua puluh lima negara termasuk China dan Rusia mendukung resolusi yang diajukan oleh pertemuan dewan di Jenewa, sedangkan enam negara termasuk AS bersuara menentang, dan menuduh bahwa resolusi itu sepihak.
Sebelas negara lainnya dalam pengambilan keputusan itu bersikap absen. Empat negara, termasuk Prancis dan Inggris, tidak memberikan suaranya sama sekali.
Resolusi itu mendukung rekomendasi Goldstone, bahwa masalah kejahatan perang tersebut merujuk pada Dewan Keamanan PBB, jika pihak-pihak tidak bisa melakukan penyelidikan domestik dalam tempo enam bulan, masalah itu mungkin akan dilanjutkan ke Mahkamah Kejahatan Internasional.
Resolusi itu tidak menyebut Hamas, yang oleh Goldstone juga dikritik atas beberapa tindakannya dalam perang Gaza.
Palestina mengatakan, bahwa sebanyak 1.387 orang Palestina tewas, di antara mereka banyak penduduk sipil, sedangkan 13 serdadu negara Yahudi itu tewas dalam serangan tersebut.
Israel mengatakan bahwa pihaknya melancarkan serangan itu sebagai respon atas serangan-serangan roket Hamas yang meneror penduduk kota-kota Israel yang berbatasan dengan Jalur Gaza selama beberapa tahun, meskipun serangan roket tersebut hanya menyebabkan beberapa tewas.
Palestina mengimbau PBB agar menindaklanjuti penyelidikan atas tindakan-tindakan Israel itu.
"Masyarakat internasional harus meyakinkan bahwa keputusan ini akan menjadi satu preseden, yang akan menjamin perlindungan rakyat Palestina dari suatu serangan," kata Nabil Abu Rdaineh, seorang pembantu Presiden Palestina Mahmoud Abbas.(*)
Saya membuat janji dengan Suhada, penulis buku Baduy dalam Rentang Sejarah pada Ahad 13 September 2009 bertepatan dengan 23 Ramadan 1430 pukul 19.00 di rumahnya di Menes, Pandeglang. Maka sekitar setengah lima sore, saya berangkat menuju Menes menggunakan RX King pinjaman, milik Gema Advaita, pegawai Dinas Kependudukan Kota Serang yang telah menjadi saudara. Sampai pertigaan Menes magrib hampir tiba. Saya menyempatkan diri mampir membeli tajil beng-beng 2 buah.
"Rumah Uday Suhada dimana ya bu," tanya saya pada ibu warung.
"Yang kemaren meninggal, lurah?"
"Bukan, yang di Cimanying."
"Ooo yang LSM? Itu deket, sebelum gapura, sebelah kanan,"jelas si ibu.
"Kalau alun-alun Menes?" tanya saya lagi.
"Oo alun-alun empat kilo dari sini."
Magrib hampir tiba, saya putuskan ke masjid alun-alun Menes, janjian dengan Suhada masih satu jam lagi. Alun-alun Menes terlihat hidup. Ada makodim (markas komando distrik militer), Bank Jabar Banten cabang Menes berikut ATM (Automatic Teller Machine), warung pecel lele, bakso, pasar, dll.
Menara masjid tampak di depan saya. RX King kuparkir di pelatarannya. Azan magrib masih 10 menit lagi. Saya bergegas menuju toilet menyalurkan HIV (hasrat ingin vivis), berwudu dan kembali masuk masjid. Seorang lelaki tampak mencari saya di tempat wudu, belakangan saya ketahui namanya Ali.
"Hayu, bukana sasarengan bae (ayo buka puasanya bersama-sama saja)," pintanya.
Saya mengiyakan. Salah satu keindahan dalam Islam adalah kuatnya persaudaraan dan bertebarannya pahala yang disediakan dalam kebaikan. Bagi yang memberi makan orang puasa maka akan mendapatkan pahala orang yang berpuasa tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa tersebut. di lorong sebelah masjid telah berkumpul sepuluhan orang: empat anak-anak dan sekitar enam remaja dan pemuda. Segelas air mineral disuguhkan beserta sepiring bubur ayam buatan seorang haji lingkungan sekitar. Buburnya enak, aroma penyedap rasa tercium gurih. Seorang anak saya perhatikan, dua kakinya buntung membulat di bawah mata kaki, demikian kedua tangannya, hanya menyisakan lekukan pada bagian jari yang ia gunakan untuk menjepit sendok. Kalau berdiri badannya terlihat limbung. Saya membuka tas bodypack, menyerahkan beng-beng pada dua anak terdekat. Keduanya berbinar tapi juga bingung. Saya mengerti, beng-beng cuma dua, anak ada empat, mata dua anak yang tak kebagian sempat berbinar lalu meredup. Ali memecahkan kebingungan.
"Sasarengan,"katanya.
"Iya maaf cuma ada dua, bareng-bareng yah, setengah sewang," tambah saya, mendukung Ali.
Keempatnya akhirnya berbinar. Eh ini serius, saya tak mengada-ada, keempatnya benar-benar ceria, saya menangkap perubahan itu. Kebersamaan memang indah.
Seorang pemuda bernama Jinan mendekati saya, menawarkan kopi.
"gak usah, saya jarang ngopi," tolak saya. Dan segelas teh manis hangat kemudian datang di depan saya menggantikan kopi. Baru nyeruput teh sebentar, iqomat berkumandang. Jinan menawari saya mampir ke rumahnya bada sholat.
Sholat magrib usai. Pukul tujuh masih lama. Alquran dalam tas dibuka. Batas baca ada di surat Al Anbiya, kalau tak salah juz 16 (atau 17?). Tertinggal 6 juz dengan hari Ramadan. Dua halaman kubaca dan kuakhiri. Pamit pada Ali. Ia mengingatkan teh hangat yang baru kuminum sedikit. Teh hangat kuhabisi sambil ngobrol dengan Ali dan pemuda lain yang saling mengenalkan diri. Ali menawari menginap setelah selesai dari rumah Suhada, mengingat malam dan arah pulang saya yang jauh. Saya tidak mengiyakan. Pamit pulang dan berterima kasih atas makanan dan keramahan yang diberikan. Masyarakat pedesaan memang dikenal guyub, ramah dan tak individualis. Saya pernah kemalaman di Tangerang dan tanggung jika pulang ke Serang karena urusan di Tangerang belum selesai. Perasaan sendiri menyergap di sana, nelpon kawan-kawan masih pada belum pulang dari tempat kerjanya di Jakarta, lost in the city. RX King sudah menunggu di luar masjid. Saya berhenti sejenak di papan pengumuman masjid, tertera nama masjid: Amalussholihin, Kampung Kadu Bangkong, Purwaraja, Menes Pandeglang. Saya menyalinnya di block note.
Sebelum ke rumah Suhada saya sempatkan mengisi perut dengan intel, indomi telor, di warung alun-alun sambil ngecas hp yang batrenya habis. Gratis. Nggak seperti saat nyasar di terminal Bawen jam empat pagi, numpang ngecharge dicharge Rp 3000,- yang berhasil ditawar jadi Rp 2000 (waktu itu uang tinggal Rp 4000,-, ATM terdekat ada di Ambarawa, 45 menit perjalanan kaki).
Rumah Suhada tak sulit dicari. Kurang lebih 200 meter dari pertigaan Menes. Rumahnya ada di sebelah kanan sebelum gapura. Menurut Suhada, rumahnya bekas gudang PJKA (Perusahaan Jawatan Kereta Api). Rumah depan tampak sepi, kata pemilik warung bensin sebelahnya, Suhada biasa berada di belakang, di villa. Saya menuju belakang lewat samping rumahnya. Ada sebuah sedan DX dan beberapa sepeda motor terparkir. Rupanya Suhada membuat saung berdesain rumah Baduy. Sedang ramai. 'Pasukan' inti AMPM (Aliansi Masyarakat Pandeglang Menggugat) sedang makan bersama. Menunya ikan mas bakar yang digelar di daun pisang. Suhada rupanya sudah menunggu saya, ia menawari bergabung makan, saya menolak mengingat perut masih kenyang dan sesi makan hampir selesai. Suhada menjadi sesepuh AMPM. Hampir semua yang pamit mencium tangannya dan memanggilnya kang.
Suhada masih muda, ramah dan bersemangat. Wajahnya tirus berkumis, berkaus biru dan sarungan. Perokok kretek berat. Selama wawancara rokoknya tak pernah putus. Sebuah laptop toshiba tipe satelite keluar untuk pegangan wawancara. Sesekali ia membuka dokumen dalam laptop jika ada yang ia lupa tentang Baduy. Beberapa data bahkan dikirimkan pada email saya saat itu juga via modem IM2. Saya mewawancarainya sekitar dua jam, ditemani secangkir kopi dan senampan jojorong (kue khas Pandeglang) berikut petikan wawancaranya:
Ferry (F): Ada dua versi hukuman adat Baduy yang diterima Sadim, diasingkan selama 40 hari dan dikeluarkan dari Baduy dalam selama tujuh turunan (versi putusan PN Rangkasbitung), mana yang benar? Suhada (S): Dua-duanya, Sadim segera diasingkan selama 40 hari di rumah Jaro Dangka Cibengkung pasca putusan PN. Pada hari ke tiga puluh Sadim meninggal. Diasingkan itu bukan hukuman, tapi semacam masa penahanan, hukumannya ditentukan setelah 40 hari diasingkan. Jadi sekiranya Sadim hidup, ia akan diserahkan pada jaro 12 oleh jaro pamarentahan (jaro Dainah) meminta maaf dan hukumannya dimusyawarahkan di forum itu. Di Baduy dikenal Bela Pati, artinya keluarga si pelaku juga terkena hukuman, diasingkan juga.
F: tentang tujuh turunan nggak boleh jadi Baduy dalam? S: Ya, itu dengan kata lain dia nggak akan bisa lagi jadi warga Baduy dalam, tapi mereka punya mekanisme penghitungan sendiri sehingga nanti turunan ke delapan mesti diketahui dan dibolehkan lagi masuk Baduy Dalam.
Sanksi bagi pelaku pidana di Baduy juga berlaku bagi keluarga pelaku?
Ya, namanya Bela Pati, jadi keluarga juga ikut bertanggungjawab atas perbuatan yang dilakukan pelaku.
Bagaimana anda menemui Sadim pertama kali?
Saya menemui pertama kalinya di penjara,Sadim tidak mau bicara, kaki ke atas kepala di bawah. Alhamdulillah saya datang bersama psikolog dari UI, Dra. Sugiarti Mkes ia mau cerita, katanya ia tidak sadar saat melakukan pembunuhan, baru sadar ketika ada di Bui.
Apa hukuman untuk Sadim dalam hukum pidana adat Baduy?
Orang Baduy sendiri bingung menentukan hukuman bagi Sadim, sebab kasus pembunuhan baru kali ini terjadi di Baduy dan Baduy tidak memiliki ketentuan tertulis. Dalam bahasa mereka bingung teu manggih tungtung, susah teu mendak lebah (bingung tak menemukan ujung, susah tak menemukan awal). Maka saat itu Sadim diasingkan di rumah Jaro Dangka Cibengkung, setelah itu seharusnya disidang. Jadi sekiranya Sadim hidup maka Jaro Pamarentahan (Jaro Dainah) akan menyiapkan seluruh tokoh adat (Jaro tanggungan 12) dan meminta maaf karena warganya telah melakukan kesalahan barulah kemudian disidangkan.
Jadi diasingkan 40 hari itu bukan hukuman?
Bukan, itu semacam masa penahanan, dalam masa penahanan tersebut si pelaku dinasehati oleh Jaro Dangka Cibengkung. Setelah 40 hari selesai baru diserahkan pada seluruh jaro dan disidang.
Jika tidak ada ketentuan tertulis bagaimana orang Baduy mengetahui hukum mereka?
Mereka punya aturan main karena punya keteladanan. Misalnya selalu diingatkan jangan lewat jalan sini (ulah kadinya pamali),yang memberi nasihat memberi teladan dengan tidak pernah melalui jalan tersebut.
Ada banyak aturan yang mereka pegang teguh dan diketahui secara umum seperti foto misalnya, apakah orang Baduy memang tak boleh difoto?
Pada dasarnya mereka tidak mau difoto karena takut dieksploitasi. Maka pernah kejadian Trans TV yang mengambil gambar kemudian disiarkan, padahal sebelumnya telah dilarang. Ishadi dari Trans TV sampai turun ke Baduy, Taufikurahman Ruki (mantan ketua KPK asal Lebak)jadi mediatornya.
Bagaimana dengan menaiki kendaraan bagi orang Baduy Dalam?
Mereka (Baduy Dalam) yang diketahui menaiki kendaraan akan diasingkan ke Baduy luar selama 40 hari namun tidak dikeluarkan dari warga Baduy Dalam.
Apa yang dimaksud (jaro) dangka?
Struktur adat yang ada di Baduy Luar.
Bagaimana dengan sasaka Domas?
Sasaka Domas adalah wilayah terlarang yang merupakan daerah ‘keramat’ Baduy. Sasaka Domas berada di daerah hulu sungai Ciujung. Suasananya hening dan aneh, pohon buah yang ada di sana tidak pernah berbuah.
Dalam amar putusan hakim disebutkan bahwa Sadim tidak mengikuti upacara kapitu, tapi dalam tulisan blog anda Sadim tidak ikut upacara ngaseuk serang, mana yang benar?
Kapitu itu salah satu nama bulan dalam perhitungan kalender Baduy. Ngaseuk Serang adalah upacara awal saat mulai masa tanam, seluruh warga Baduy Dalam harus mengikutinya, semacam penanaman simbolis di lahan ¼ hektar. Ngaseuk Serang selalu diadakan pada bulan kapitu. Jadi yang dimaksud kapitu dalam amar putusan adalah ngaseuk serang. Perhitungannya berbeda dengan kalender kita. Saat saya mengikuti ngaseuk serang terjadi pada September 1996. Pada saat peristiwa Sadim, Ngaseuk Serang terjadi pada 17 Agustus 2005.
Sanksi dalam Baduy apa saja?
Detailnya lebih baik ditanyakan pada Jaro Dainah dan Ayah Mursyid, namun yang jelas ada sanksi sosial dengan bela pati (keluarga korban yang turut bertanggungjawab), jadi ada semacam sanksi psikis/batin.
Berapa lahan Baduy seluruhnya?
5.185 hektar, 3000 hektar diantaranya adalah lahan tutupan.
Urutan Baduy Dalam terdekat dan terjauh?
Cibeo –Cikartawana- Cikeusik.
Ketiganya punya spesialisasi
Cibeo : ketahanan hegara hubungan dengan Baduy luar.
Cikartawana : Urusan Batin, adat.
Cikeusik: Merawat alam.
Nama Jaro ditiap kampungnya?
Cibeo : Jaro Sami, wakilnya Alim (Ayah Mursyid)
Info lainnya dari Suhada
Ada orang bernama Serat Samin yang berusia 88 tahun. Ia menghitung usianya berdasarkan masa kepemimpinan Puun.
Ngalaksa: Upacara melaporkan jumlah anggota keluarga (cara Baduy menyensus penduduknya) setiap kepala keluarga menyerahkan/menyetorkan ikatan Padi berdasarkan jumlah keluarganya tiap tahun, misalnya seseorang menyerahkan 5 ikat dan tahun berikutnya 6 ikat, maka diketahui anggota keluarganya bertambah satu.
Kawalu Mitembang, Kawalu Tengah, Kawalu Tutug/Akhir.
Di Baduy Rondanya siang, pada saat orang-orang ke ladang dan kampung sepi. Tidak ada Ronda Malam.
Sarmedi : rumahnya di Ciboleger, adanya di Rangkas jadi pengusaha tiap minggu pulang ke Ciboleger.
Cicakal Girang, Baduy luar yang telah menganut Islam, ustad Abdul Rasyid.
Penulis-penulis tentang Baduy : Ade Makruf, Cecep Permana, Amir Jati Sunda.
Haji Kasmin (Cisaban) di Aweh, 1992 masuk Islam anggota DPRD Banten dari Golkar, dari terminal ke arah Baduy, sebelum pertigaan dari Mandala.
Kang Asep (guru) suami bidan Ros yang berencana menerbitkan buku putih Baduy (klarifikasi atas kesalahan persepsi orang tentang Baduy)
Bidan Ros, Bidan di Ciboleger, mendedikasikan membantu perempuan hamil, ditandu dari Baduy ke Ciboleger,pernah dikunjungi Nurani Dunia milik Imam Prasodjo yang dalam tulisan blog Firman Venayaksa saya ketahui mas Imam spontan memiliki ide untuk membuatkan tandu yang mudah untuk dipakai naik turun bukit Baduy.
Beberapa hasil wawancara lain dengan Suhada sengaja tak ditampilkan, confidential.
Ps. Wawancara ini dilakukan sebelum Suhada dieksekusi oleh Kejari Pandeglang. Setelah Suhada berada di dalam Rutan Pandeglang, saya dan Abdul Hamid (Koordinator Mazhab Pakupatan) menyempatkan diri menjenguk Suhada. Suhada adalah aktivis AMPM (Aliansi Masyarakat Pandeglang Menggugat) yang menjadi (semacam) whistle blower dalam kasus penyuapan anggota DPRD Pandeglang guna memuluskan pinjaman 200 Milyar ke Bank Jabar yang diduga dilakukan Bupati Pandeglang, Dimyati Natakusumah. Suhada dieksekusi atas kasus lain dalam pengadaan toga wisuda di Universitas Matlaul Anwar. Banyak pihak menilai pidana 5 bulan penjara yang dijalaninya terkait dengan kevokalan dalam menyuarakan kasus suap pinjaman 200 milyar.
Jum'at, 31 Juli 2009, jam di telpon genggam saya menunjukkan pukul sembilan lebih beberapa menit. Saya menuju sebuah rumah di belakang kampus IAIN SMHB (Institut Agama Islam Negeri Sultan Maulana Hasanudin Banten). Saya telah membuat janji dengan Devi Naufal Halwany, putera bungsu almarhum Halwany Michrob untuk melihat koleksi perpustakaan Halwany. Ada sebuah buku tentang Baduy yang ditulis (alm) Halwany yang saya perlukan untuk penulisan tesis saya. Judul tesis telah disetujui pembimbing, saya berencana menulis tentang hukum pidana adat Baduy, khusus hukum pidana adat materilnya, pemicunya adalah kasus pembunuhan yang terjadi Agustus 2005 di Lebak yang melibatkan warga Baduy, Sadim.
Indonesia memiliki hukum yang unik, ada dua hukum yang berlaku di negeri kami, hukum adat yang dibeberapa tempat masih berlaku dan hukum warisan kolonial yang ditransplantasikan/'dicangkokan' ke negeri kami.
Ternyata tak sulit menemukan rumah Devi Naufal Halwany, baru kali ini saya menemukan alamat yang belum saya ketahui tanpa bertanya pada orang sekitar, saya hanya berbekal informasi bahwa rumahnya berada di belakang kampus IAIN SMHB.
Sebuah bangunan rumah dua lantai saya temukan dengan tulisan "wisma purbakala" "mesti ini rumahnya,"pikir saya. Halwany Mihrob dikenal luas sebagai sejarawan Banten, saya mengetahui pertama kalinya dari Aman Sukarso, ayah saya. Ia beberapa kali bercerita tentang Halwany Mihrob dalam kesempatan makan malam atau saat santai lainnya di rumah ketika saya masih SMP (Sekolah Menengah Pertama) dan SMU (Sekolah Menengah Umum).
Saya memarkir kendaraan di luar rumah. berjalan memasuki pagar yang didisain seperti gerbang kerajaan kesultanan Banten. Luas tanahnya kurang lebih 1000 m2. Terdiri dari 2 bangunan rumah, rumah induk berbebentuk huruf L dan anak rumah berlantai dua bertuliskan "wisma purbakala". Ada juga sebuah bangunan untuk pembakaran keramik kuno, seperti tungku pembakaran batu bata dan genteng di daerah Majalengka. Belakangan saya tahu dari ibu Yati Rumyati Michrob, tungku tersebut biasa dipakai almarhum untuk membakar guci, tembikar, keramik kuno.
Ada juga sebuah kolam dengan gazeebo di tengahnya. Berbagai kerajinan keramik dapat kita temukan di sana-sini, sebagian besarnya menempel di dinding rumah berlantai dua.
Seorang perempuan berusia 60-an sedang duduk di teras rumah bersama anak kecil dan seorang ibu muda. Saya mengucap salam, mengenalkan sebagai putera Pak Aman begitu saya tahu ibu tadi adalah istri dari Halwany Michrob. Ia segera mengenali dan menanyakan kabar ibu saya.
"Tos teu aya bu, tos ngantunkeun November 2008 kamari (sudah nggak ada bu, sudah meninggalkan November 2008 kemarin)" jawab saya.
Ia terlihat terkejut karena tidak ada yang mengabari. Kami akhirnya mengobrol hangat, ia menceritakan pengapuran tulang yang dialaminya dan baru beberapa hari pulang dari rawat inap rumah sakit, saya menceritakan penyakit yang diderita ibu saya.
"Iya ya, meninggal tuh harus sakit dulu, maunya langsung aja (tanpa harus sakit)," matanya menerawang, lalu tersenyum.
"Bapak meninggal di rumah sakit apa itu di Jakarta yang kanker? pulang dari haji setelah menyelesaikan S3nya di Jepang, Jadi bapakmah nggak sempat diwisuda, yang ngambil ijasahnya juga ibu ke kedutaan Jepang di Jakarta, yang ngasiinnya Pak Nakamura, kata Pak Nakamura,"sayang yah pak Halwany udah nggak ada padahal orangnya pintar,"" papar bu Yati menirukan Nakamura.
"Kalau pulang dari luar negeri oleh-olehnya selalu buku, dulu waktu pulang dari Amerika kata ibu ditanya, mana oleh-olehnya? Tuh di peti kata bapak, dibuka petinya, isinya buuuku semua sepeti, iii lain artos (uang), ya itu, perempuanmah artos bae,"lanjutnya menirukan Halwany, ada getar kekangenan dalam suaranya.
Lalu ia kembali fokus pada saya yang berencana mencari buku tentang Baduy dan mempersilahkan saya ke dalam rumah, menuju perpustakaan Halwany. Rumahnya terasa adem nyaman, disana-sini terdapat benda bersejarah seperti keramik, foto-foto Halwani di dinding bersalaman bersama beberapa pejabat penting seperti Presiden Soeharto dan lain lagi. Saya berbelok ke kiri, lebih terang karena ada sebuah ruangan di dalam rumah yang atapnya dibiarkan terbuka sebagai sumber cahaya mentari dalam rumah, berbelok lagi menuju sebuah kamar berukuran 4x4 meter yang ternyata merupakan perpustakaan Halwany. Sebuah meja besar dengan kursi berbahan kulit hitam besar yang dapat diputar di belakangnya.
Bu Yati mempersilahkan saya melihat-lihat dan duduk di kursi belakang meja, lalu ia pamit meninggalkan saya agar leluasa melihat koleksi perpustakaan. Kursi besar tua itu masih tampak gagah, sejenak saya membayangkan Halwany duduk di atasnya. Saya tak mendudukinya sekalipun telah dipersilahkan, rasanya tak pantas.
Kiri-kanan ruangan itu dipenuhi rak-rak buku, ada beberapa sarang laba-laba menghiasi. Menurut Bu Yati, yang meneruskan perpustakaan adalah Devi, namun karena Devi bekerja di Lampung (akhir Juli ini resign) maka perputakaan jarang dikunjungi. Di meja besar ada klipingan koran tentang Banten masa lalu (berita tentang mata uang Banten yang belum sempat beredar). Proyektor film dalam sebuah lemari kaca berikut mesin slide proyektor. Saya menemukan berbagai buku tua versi aslinya seperti: The Religion of Java karya Clifford Geertz yang ditulis tahun 1959, sebuah buku yang ditulis Jan Pieterszoon Coen (pernah manjadi Gubernur Jenderal di Hindia Belanda), A Critique of The Study of Kinship karya Schneider dan banyak lagi. Satu dua buku saya ambil dan baca sekilas "Ini harta yang berharga," saya membatin. Saya tak menemukan buku yang saya cari. 15 menit kemudian saya kembali ke teras menemui bu Yati dan kembali mengobrol.
"Yang tau perpus cuma Devi, banyak tamu yang datang ke sini tapi Devinya nggak ada nggak ngerti ibu, mungkin sebentar lagi datang," jelasnya.
Saya memang janjian dengan kang Devi Jumat pagi, namun tak saya tentukan waktu tepatnya. Kang Devi sedang berada di Banten Lama, kunjungan bersama jajaran Pemerintah Kota Serang. Saya mengenalnya dari internet, rupanya ia yang mengelola www.perpushalwany.blogspot.com, lewat situs itulah saya berkenalan.
M.Michrob dan Hj. Suhara mungkin tak pernah menyangka jika anaknya kelak menjadi seorang besar yang dihargai dan menjadi ikon sejarah di Banten. Anak itu bernama Halwany Michrob. Ia dilahirkan di Serang 14 Februari 1938. Kampung halamannya Kubang, Kaujon Serang. Ia kemudian menikah dengan seorang gadis Pandeglang Rd Yati Rumyati. Dari pernikahan tersebut keduanya dikaruniai enam anak: Dra. Fetin Hedrayatin, Eva Fagiah, SP., Agustiar, S.Ag., Ovi Hanif Iriana, SE (almarhum), Deni Hudaya, A.Md., Devi Naufal H, A.Md.
Masa Pendidikan dilaluinya mulai dari SR (Sekolah Rakyat) Negeri 2 Serang (1952), SMP Gontor Ponorogo (1957), SMA II Bag C Jakarta (1959), D-1 APPN Jurusan Administrasi Niaga di Jakarta (1975), S-1 IPPM Jurusan Sejarah & Budaya di Jakarta (1982), S-2 di University of Pennsylvania AS Judul Thesis “ A Hypothetical Reconstruction Of The Islamic City Of Banten Indonesia” (1987), dan S-3 di Chiba University Jepang Judul Disertasi “Historical Reconstruction And Modern Development Of The Islamic City Of Banten Indonesia” (1997).
Halwany orang yang mencintai ilmu, orang dengan rasa keingintahuan yang tinggi, berbagai kursus juga diikutinya seperti: Pouw’s College Bandung – Java (Bahasa Inggris) di Bandung 1958-1960, Under Water Archaeological di Irian Jaya 1971, Extension Course di Singapure 1973-1974, Permuseuman di Kuala Lupur Malayesia 1976, Cultural Heritage Conservation di Honolulu 1982, SPAFA di Thailan 1983, Philippine Institute Of Doctors In Low (PIDIL) di Philipina 1987, Urban Heritage And Evolutionary Neighbourhood Development At Our Institute IHS (Institute For Housing And Urban Development Studies) di Belanda 1991, Architectural Urban Conservation TuDelft (Delft University Of Technology) di Belanda 1991 dan Archaeological Work Shop & Seminar di Jepang 1992.
Karir: Wartawan Reporter & Photografer Selecta 1966, Pelaksana Kandep Pandeglang tahun 1967, Pegawai Negeri P dan K bagian Kesenian Di Pandeglang tahun 1968, Pengatur Muda Mendikbud Jabar tahun 1971, Penata Muda Kakanwil Jabar tahun 1982, Kepala Museum Banten Lama tahun 1988, Kepala Suaka PSP Provinsi Jawa Barat, DKI Jakarta dan Lampung di Serang tahun 1991 dan PUSLITARKENAS di Jakarta tahun 1994.
Karya yang ditinggalkan: Mendirikan Museum di Irian Barat tahun 1970, mendirikan Museum Banten Lama tahun 1987, mendirikan Museum Kerakatau tahun 1992, Pendiri Kantor Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala di Banten tahun 1991, mendirikan Museum Banten Girang tahun 1995, menggagas membuat gapura-gapura kaibon disetiap pintu gerbang kantor atau instansi, memberikan nama Griya Kaunganten pada gedung Darma Wanita Kab. Serang dan Motto yang ada di Kodim Serang “Gawe Kuta Baluwarti Bata Kalawan Kawis”.
Karyanya yang sudah dijadikan buku seperti; Ekspor-Impor Banten, Pengembangan Industri Keramik di Banten, Mengenal Peninggalan Sejarah dan Purbakala Banten, persepektif Budaya dan Bahasa Nusantara, Studi Banding Dalam konteks Kesamaan Akar Budaya Austronesia, Lebak Sibeduk dan Arca Domas di Banten Selatan, Kabupaten Serang Menyongsong Masa Depan (bersama Hasan M. Ambary), Pahlawan Nasional Sultan Ageng Tirtayasa dan Manfaatnya Terhadap pembangunan Banten, 30 Tahun Korem 064 Maulana Yusuf, Dokumen Historica Pohon Keluarga Besar pangeran Astapati, Temuan Perahu Kuno Tradisi Jawa Barat, Catatan Masa Lalu Banten, Katalogus Koleksi Data Arkeologi Banten (bersama Hasan M. Ambary dan John Miksich), Lompatan Waktu Mendahului Masa Keemasan Arkeologi di Indonesia, Situs Tirtayasa dan Situs Pagedongan, Sejarah Perkembangan Arsitektur Kota Islam Banten. Juga judul makalah dalam sejumlah seminar dan simposium, diantaranya; Bandar Banten, Penduduk dan Golongan Masyarakatnya, Kajian Historis dan Arkeologis serta Prospek Masyarakat Banten Masa Depan (bersama Hasan M. Ambary). Dan masih bayak karyanya yang belum dijadikan buku dan makalah yang belum diseminarkan.
Penghargaan: Festival Seni dan Pameren Benda-Benda Budaya di Irian Barat oleh Gubenur Irian Barat tahun 1972, Perjuangan Pembebasan Irian Barat dari Kolonial Belanda oleh Presiden RI tahun 1985, Penyaji Makalah Bahasa pada Kongres Bahasa Sunda tahun 1988, Panitia dan Penyunting Peringatan 100 Tahun Pahlawan Geger Cilegon tahun 1988, Penyaji Makalah dan Pameran Siliwangi di Bogor tahun 1990, Moderator dan Pembicara 100 Tahun Meletusnya Gunung Krakatau tahun 1991 dan Sebagai Pembicara Makalah dikalangan Mahasiswa diantaranya seperti; Univeritas Tarumanegara tahun 1988, Institut Teknologi Bandung tahun 1988, Univeritas Padjadjaran tahun 1993, Universitas Islam Bandung tahun 1994, Universitas Pasundan tahun 1994, Institut Agama Islam Negeri Fattahilah tahun 1994, Institut Agama Islam Negeri Sunan Gunung Djati tahun 1995 dan Universitas Tirtayasa tahun 1995, dll