Sunday, August 15, 2010

Kumpulan Ceramah Ramadhan Prof Dr Barda Nawawi Arief SH

Note: Kumpulan Ceramah Ramadhan ini telah mendapatkan izin dari penulisnya untuk dimuat dalam blog ini, semoga mendapat Ridho Allah SWT dan bermanfaat. Serang, 16 Agustus 2010 M / 6 Ramadhan 1431 H




 

KATA PENGANTAR


 

KUMPULAN CERAMAH RAMADHAN ini merupakan himpunan pokok-pokok uraian ceramah Ramadhan yang tercecer pada tahun 1987 – 2001 di berbagai forum kegiatan Ramadhan. Khususnya dalam forum Tarling (Tarawih Keliling) yang diselenggarakan oleh Koordinator Kegiatan Islam (KKI) Fakultas Hukum UNDIP, Badan Amalan Islam (BAI) Kodya Semarang, dan berbagai masjid di Semarang.

"Kumpulan Ceramah Ramadhan" ini berasal dari arsip naskah tercecer dalam file komputer pribadi. Awalnya tidak dimaksudkan untuk diterbitkan, karena materi ceramah/kuliah ramadhan ini bukan bidang keahlian saya. Namun dalam perkembangannya, naskah tercecer itu semakin bertambah walaupun dalam satu tahun, umumnya hanya satu-dua kali diminta memberikan "kuliah tujuh menit" ("Kultum). Oleh karena itu, dirasakan sangat disayangkan apabila naskah yang tercecer itu tidak dihimpun dan diedit. Muncullah kemudian ide untuk melakukan "inventarisasi dan dokumentasi da'wah", khususnya untuk kalangan keluarga sendiri (baik keluarga pribadi penulis maupun lingkungan intern di Fakultas Hukum dan Program S2 Hukum Undip). Rintisan ide ini telah dimulai pada tahun 2000-2001, dan terbitan kali ini bersumber dari naskah itu.

Materi yang dihimpun tidak jauh berbeda dengan pokok materi pada saat disampaikan. Oleh karena itu kebanyakan singkat-singkat dan terkadang terulang-ulang (karena umumnya berbentuk KULTUM). Materinyapun bervariasi, disesuaikan dengan forumnya; ada forum masyarakat umum, forum mahasiswa, dan forum campuran.

Semoga upaya inventarisasi dan dokumentasi da'wah ini diridhoi Allah swt. dan diharapkan ada manfaatnya untuk berbagai kalangan. Khususnya bagi mahasiswa, diharapkan dapat menjadi bagian integral dan kelengkapan materi "kurikulum pendidikan tinggi".

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadhirat Allah swt, penulis sangat berterima kasih kepada Saudara M. Yusuf Khummaini, SHI (dosen STAIN Salatiga) yang telah memeriksa naskah ini dan masih sangat mengharapkan saran dan kritik dari berbagai kalangan atas segala kekurangan dalam penerbitan ini.


 

Semarang, Ramadhan 1430 H - Agustus 2009 M

Barda Nawawi Arief


 

DAFTAR ISI


 


 

I 

RAMADHAN: BULAN PENUH BAROKAH DAN MAGHFIROH

1 

II 

RAMADHAN: BULAN MULTI IBADAH

6

III 

PUASA : SARANA MELATIH SABAR

17

IV 

AGAMA DAN KEHIDUPAN MANUSIA

26

V 

MEMAHAMI MAKNA KEIMANAN DALAM MENGHADAPI ERA INFORMASI

44

VI 

RAMADHAN: BULAN PENINGKATAN KUALITAS MUSLIM DAN LINGKUNGAN HIDUP

62

VII 

SYUKUR KEPADA ALLAH

(Ramadhan: Bulan Yang Patut Disyukuri)

68

VIII 

RAMADHAN : BULAN PENINGKATAN KUALITAS KAJIAN AL-QURAN

75

IX 

AL-QURAN DAN CINTA ILMU PENGETAHUAN

84

X 

AL-QURAN DAN UPAYA PENEGAKAN/ KEADILAN HUKUM

89

XI 

AL-QUR'AN : SUMBER HUKUM, SUMBER "HUDAA", SUMBER "BAYAAN" DAN SUMBER "MAW'IDHOH"

93

XII 

MANFAAT RAMADHAN BAGI UPAYA TEGAKNYA KEADILAN

98


 

Ceramah Ramadhan I

RAMADHAN: BULAN PENUH BAROKAH DAN MAGHFIROH *)


 

Assalamu'alaikum wr. wb.;


Para jamaah Tarawih/qiyamur Ramadhan;

  • Marilah kita bersyukur dapat memasuki dan menyambut Ramadhan, "tamu agung, penghulu segala bulan" yang telah lama kita tunggu-tunggu kedatangannya. Sepatut-nya kita sambut datangnya Ramadhan ini dengan penuh rasa syukur, karena :
    • kita masih diberi kesempatan untuk memasuki dan menyambut bulan ini, padahal mungkin ada di antara kita yang tidak berkesempatan menemui bulan Ramadhan ini (karena telah mendahului kita/mening-gal dunia);


 

  • kita masih tergolong orang-orang beriman, yang terpanggil hatinya untuk melaksanakan perintah wajib puasa sebagaimana disebutkan dalam Q.S. Al-Baqoroh: 183; sepatutnya hal ini disyukuri, karena ada orang yang hatinya/imannya tetap beku, tidak mau menjalankan perintah puasa. Bulan puasa (tamu agung) itu memang telah datang, tetapi tidak datang di rumahnya; tidak datang di hatinya dan di tengah-tengah keluarganya!;
  • tamu yang datang bukan sekedar tamu biasa, tetapi tamu istimewa/tamu agung yang "sangat pemurah" ("bloboh"); bulan penuh keberkatan ("syahrun mubarok") dan penuh pengampunan ("syahrul maghfiroh");


 

  • Ramadhan : Syahrun Mubarok

    Dikatakan demikian, karena bulan Ramadhan menjanji-kan banyak barokah, pahala, ganjaran :

    • Hadits Anas bin Malik, menyatakan antara lain, bahwa dalam bulan Ramadhan
      • mendatangi majlis ilmu : 1 langkah = 1 tahun ibadah;
      • sholat berjamaah : tiap rakaat = 1 kota kenikmatan;
      • taat pada orang tua: mendapat kasih sayang Allah dan Nabi menanggung dalam surga;
      • istri mencari keridloan suami : pahalanya seperti Siti A'isyah dan Siti Maryam;
      • mencukupi kebutuhan saudaranya : akan dicukupi 1000 kebutuhannya di hari Qiyamat;
    • Di dalam hadits lain dinyatakan a.l. :
      • tidurnya orang berpuasa = ibadah;
      • diamnya orang berpuasa = tasbih;
      • amalnya orang berpuasa, dilipatgandakan;
      • do'anya orang berpuasa, dikabulkan; dan
      • dosanya orang berpuasa, diampuni.
    • Di dalam HR Bukhori a.l. dinyatakan :
      • 1 hari puasa = dijauhkan 7 th. dari api neraka;
      • Di dalam Al Qur'an (Q.S. Qodar) : malam qodar (di bulan puasa) nilainya lebih dari 1000 bulan (lebih dari 83 tahun);


 

  • Ramadhan : Syahrul Maghfiroh
    • HR (Hadits Riwayat) Bukhori-Muslim :


       

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ اِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَلَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ.


 

"Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadhan dengan keimanan dan keikhlasan, akan diampuni segala dosa-dosanya".


 

Jadi jelas, bulan ramadhan merupakan "bulan Amnesti/Pengampunan" besar-besaran!


 

  • "Maghfiroh/ampunan" merupakan kebutuhan fital manusia, karena dalam 11 bulan yang lalu mungkin tidak terasa kita telah banyak melakukan dosa dan kelalaian, antara lain:
    • melalaikan sholat dan puasa (mendahulukan yang lain atau bahkan meninggalkannya sama sekali);
    • segan membaca Al Qur'an, bahkan lebih suka ngobrol, ngrasani, melukai hati orang atau terbiasa mengeluarkan kata kata kotor;
    • lupa bersyukur akan nikmat Allah yang demikian banyak;
    • segan beramal, menolong fakir miskin atau orang tua/saudara/ kerabat yang kekurangan;
    • banyak melakukan maksiat-maksiat lainnya, a.l. : durhaka/melawan orang tua; sering dusta; makan/minum yang haram; perbuatan tidak senonoh dalam pergaulan (misal "tangan gratil"); mencari rizki dengan cara-cara kotor dan tidak terpuji; dsb.

    Jadi pada intinya, terlalu banyak mungkin dosa yang telah kita lakukan, baik sebagai hamba Allah, sebagai anak, sebagai orang tua, sebagai suami/istri, sebagai tetangga, sebagai buruh, sebagai majikan, pejabat/ pimpinan dsb. Oleh karena itulah kita butuh "maghfiroh".

  • Namun patut dicatat, bahwa "maghfiroh" itu hanya dapat diperoleh lewat puasa dan sholat yang dilakukan dengan "iimanan wah tisaaban" yaitu :
    • dengan penuh kesungguhan/keyakinan (iman); dan
    • dengan kesabaran/keikhlasan, semata-mata menca-ri keridhoan Allah.

    Di dalam Q.S. Ar-Ra'd: 22 dinyatakan, bahwa orang-orang yang "bersabar karena mencari keridhoan Allah"


     

("walladziina shobarub tighooa wajhi robbihim")


 

termasuk salah satu dari "mereka yang mendapat tempat kesudahan yang baik"


 

("ulaaika lahum 'uqbad daar")


 

Oleh karena itu, marilah kita bersabar di dalam menjalankan ibadah puasa dan sabar di dalam menjalankan ibadah shalat, termasuk tarawih (sholatul lail), dan amalan-amalan puasa lainnya. Semoga kita termasuk "orang-orang yang mendapat tempat kesudahan yang baik" sebagaimana dijanjikan Allah di dalam surat Ar-Ra'd di atas. Amiin.


 

-v-

Ceramah Ramadhan II

RAMADHAN: BULAN MULTI IBADAH *)


 

  • Pengantar

Bulan Ramadhan merupakan :

  • bulan ibadah yang sangat komplit, multi dan simultan;
  • tidak hanya meningkatkan iman dan taqwa, tetapi juga ilmu dan amal;
  • tidak hanya bulan melatih pengendalian hawa nafsu, menahan lapar/haus dan merasakan penderitaan orang lain (yang berarti bulan untuk mengasah/ mempertajam kepekaan rasa kemanusiaan dan kemasyarakatan), tetapi juga merupakan bulan untuk mengasah akal/ilmu; dengan kata lain : melatih kematangan kejiwaan/kerokhanian/emosional/ethika dan kematangan intelek;
  • tidak hanya kematangan intelektual/rasional, tetapi yang penting "membersihkan dan memberi/mena-namkan nilai-nilai rukhaniah/ kejiwaan pada akal".
  • Jadi, bulan Ramadhan "sarat/penuh dengan kuri-kulum dan silabi pendidikan manusia seutuhnya" (yang merupakan tujuan/sasaran pendidikan nasional; lihat GBHN dan UU tentang Sistem Pendidikan Nasional), yaitu mencakup kurikulum/kegiatan untuk :
    • Kematangan kejiwaan/rukhaniah, ("emotional/ethi-cal maturity") : antara lain dengan kegiatan sholat lima waktu & tarawih; puasa itu sendiri dengan segala amalannya, pada hakikatnya pengendalian emosi/hawa-nafsu; tadarus, pendalaman nilai-nilai Qur'ani;
    • Kematangan intelek (intellectual maturity):

      antara lain dengan kegiatan pengajian/diskusi ilmiah mengenai berbagai aspek ilmu keislaman, khusus-nya kajian ilmiah mengenai berbagai aspek dari "puasa" dan "malam lailatul qadar";

      Patut dicatat, bahwa salah satu karakteristik Ramadan adalah "diturunkannya Al-Qur'an" (Kitab/Bacaan/ILMU Allah) sebagaimana tersebut dalam Q.S. Al-Baqoroh: 185 :


 

Jadi jelas Ramadhan mengandung karakteristik keilmuan atau kematangan intelektual. Bulan Ramadhan, bulan "gerakan MEMBACA/menuntut ILMU"; jadi merupakan bulan "memberantas kebodohan".

  1. Kematangan sosial (social maturity) :

    yaitu dengan kegiatan beramal, infaq, zakat dsb.

  • Jadi bulan Ramadhan mengandung TRILOGI Kurikulum/Silabi yang mencakup masalah : (1) Iman dan Taqwa; (2) Ilmu; dan (3) Amal;
  • Itulah "kurikulum lengkap" (KURKAP) atau "kuriku-lum utuh" (KURTUH) yang disebutkan di dalam Q.S. Al-Fathir ayat 29 sebagai "perniagaan yang tidak akan merugi" ("tijaarotan lan tabuur"). Jadi jelas merupakan KURMINTU (kurikulum jaminan mutu).

    Surat Al-Fathir:29 itu lengkapnya berbunyi sbb. :


     


 

"Sesungguhnya orang-orang (1) yang membaca Kitab Allah dan (2) mendirikan shalat dan (3) menafkahkan sebagian dari rizki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terangterangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi".


 

Perhatikan ketiga unsur kurikulum yang terkandung di dalam Q.S.. Al-Fathir di atas, yaitu :

  1. "Yatluuna kitaballah" à ILMU.
  2. "aqoomush sholaah" à IMAN & TAQWA
  3. "anfaquu mimma rozaqnahum" à AMAL


 

  • Ramadhan : bulan pendalaman agama.

    Setelah uraian umum/pengantar di atas, bahwa bulan Ramadhan merupakan bulan yang sarat dengan berbagai kegiatan, maka dalam kesempatan ini uraian akan difokuskan pada thema "Ramadhan sebagai bulan pendalaman agama/ilmu agama".

  1. Pertama-tama patut dicatat, bahwa janganlah di-"dikhotomi"-kan, bahwa :

- ilmu untuk "dunia", dan

- agama untuk "akhirat",

karena Agama Islam (Al-Qur'an) pada hakikatnya tidak hanya ilmu/petunjuk untuk akhirat, tetapi juga mengandung ilmu/petunjuk untuk dunia (tegasnya: untuk "bagaimana seharusnya hidup di dunia"). Oleh karena itu agama/ilmu agama pun harus dipelajari/ digali. Hadist Nabi:


 

man arodad dunya fa 'alaihi bil ilmi wa man arodal akhirota fa alaihi bil ilmi faman aroda humaa fa alaihi bil ilmi

("Barangsiapa menghendaki kebahagiaan (hidup) di dunia maka dengan ilmu, dan barangsiapa menghendaki kebahagiaan (hidup) di akhirat maka dengan ilmu, maka barangsiapa menghendaki kebahagiaan keduanya maka dengan ilmu).


 

Penjelasan :


 

Allah tidak hanya "menciptakan manusia" ("kholaqokum"), tetapi juga "memberinya rizki" ("rozaqokum"), kemudian "mematikannya" ("yumiitu-kum") dan kemudian "menghidupkannya kembali" ("yuhyiikum").


 

"Dan Kami telah menjadikan untukmu di bumi keperluan-keperluan hidup, dan (Kami menciptakan pula) makhluk-makhluk yang kamu sekali-kali bukan pemberi rezki kepadanya".


 

Catatan :

Disinilah justru "ratio"-nya, mengapa di dalam Q.S. Ar-Rum:40 di atas dinyatakan bahwa setelah manusia diberi rizki (a.l. berupa "Dien", "hidayah/ petunjuk") dan kemudian "dimatikan", maka kemudian manusia akan "dihidupkan kembali" (untuk di-"pertanggungjawab"-kan). Artinya, apa-kah manusia itu telah menjalankan fungsi/misinya sebagai "kholifah fil ardl" (penguasa di bumi) itu sesuai dengan "petunjuk-petunjuk"- Nya atau tidak.

Jadi rationya adalah, tidak mungkin ada "pertanggungjawaban" kalau sebelumnya tidak ada "petunjuk/pedoman". Bandingkan dengan SK tugas/kepanitiaan yang dibuat manusia. Setelah keluar SK pembentukan panitia ("dihidupkan & diberi petunjuk akan tugas-tugasnya"), diakhiri dengan laporan pertanggungjawaban panitia.


 


 

"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)".


 

Diutusnya nabi Nuh, nabi Huud (kepada kaum "Aad), nabi Sholeh (kepada kaum Tsamud), nabi Syu'aib (kepada penduduk Madyan/'Aikah), nabi Luth, nabi Musa, nabi Ibrohim dan nabi 'Isa pada hakikatnya membawa misi yang sama, yaitu mereka semua menyerukan :


 

"Hai kaumku, sembahlah Allah; sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan, selain Dia". (Lihat antara lain surat Huud: 25-26, 50, 61 dan 84).


 


 

-v-

Ceramah Ramadhan III

PUASA : SARANA MELATIH SABAR*)


 


 


 


 

"Perintahkan keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu, Kamilah yang memberi rezki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa. ".


 


 

"Orang-orang yang mendapat tempat kesudahan yang baik ialah :


 


 

    "Manusia benar-benar dalam kerugian, kecuali :


 

  1. Surat Ali-Imron (3): 142


 


 

"Apakah kamu mengira, bahwa kamu akan masuk surga padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad diantaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar?".


 

Jadi menurut ayat di atas, orang yang masuk surga ialah orang-orang yang berjihad dan yang sabar.


 


 


 

"Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: "Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali oleh orang-orang yang sabar."


 


 

"Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. Bertak-walah kepada Tuhanmu." Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas ".


 

Jadi hanya dengan kesabaran, kita dapat memperoleh manfaat (pahala) dari bumi Allah yang maha luas ini.


 


 


 

"40. Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, 41. maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya)".


 


 

"Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar".


 

Kesimpulan :


 


 

-o0o-


 

Ceramah Ramadhan IV *)

AGAMA DAN KEHIDUPAN MANUSIA MODERN


 

  1. Dalam mengisi acara pengajian tarawih ini, Panitia Ramadhan Masjid Diponegoro meminta kepada saya untuk membicarakan masalah "agama dan kehidupan manusia modern". Sebenarnya agama tidak mem-persoalkan atau membedakan antara kehidupan manusia itu modern atau tradisional (tidak modern), karena pada hakikatnya agama (yang diturunkan Allah lewat Nabi) diperuntukkan sebagai pedoman/tuntunan bagi manusia dalam segala bentuk kehidupannya, baik dalam kehidupan modern maupun tidak modern. Jadi secara dogmatis seolah-olah memang dapat dikatakan, bahwa agama (tuntunan Allah/dari "atas") yang diturunkan lewat nabi terakhir, diperuntukkan bagi kehidupan manusia segala zaman. Namun demikian kehidupan manusia yang selalu tumbuh berkembang dan berubah-ubah memang dapat menimbulkan permasalahan dalam "membumikan dan mengapli-kasikan" ajaran-ajaran agama. Oleh karena itu saya dapat memaklumi permintaan panitia untuk dalam kesempatan ini membicarakan masalah "agama dalam kehidupan manusia modern"; walaupun dengan catatan bahwa masalah ini sebenarnya bukan masalah baru. Saya katakan demikian, karena makna dari istilah "kehidupan modern" itu sendiri sebenarnya sangat relatif. Kalau kehidupan masa kini dikatakan sebagai "kehidupan modern", itu karena dibandingkan dengan kehidupan masa lalu (beberapa puluh/ ratus tahun yang lalu). Dalam beberapa puluh/ratus tahun yang akan datang, mungkin kehidupan sekarang yang dikatakan "modern" ini tidak lagi dinyatakan sebagai "modern" karena sudah ketinggalan zaman sehingga dinyatakan sebagai "kehidupan yang tertinggal". Dengan demikian, kalau makna atau kriteria kehidupan modern hanya dikaitkan/diorientasikan pada adanya perubahan dan perkembangan kehidupan masyarakat secara lahiriah, maka sebenarnya pada setiap perubahan zaman dapat dikatakan ada "kehidupan modern". Tetapi apabila makna dan kriteria "modern" diorientasikan pada ada/tidaknya perubahan pandangan dan sikap hidup, maka belum tentu kehidupan masa kini dikatakan sebagai "kehidupan modern". Banyak hal dalam kehidupan masyarakat modern saat ini yang sebenarnya merupakan pandangan dan sikap hidup yang bersifat "jahiliyah".


 

    Konsep ketuhanan di dalam Islam (yaitu konsep tauhid/mengesakan Tuhan) jelas merupakan konsep pembaharuan, karena sebelumnya berpandangan bahwa tuhan itu banyak atau bisa lebih dari satu dan yang dijadikan tuhan itu bukannya Allah sebagai "chaliq" (pencipta) tetapi "machluq" (ciptaan Allah) yang dijadikan tuhan.

    Islam mengajarkan, bahwa manusia dilahirkan suci dan tidak mengenal "dosa warisan". Hal ini terlihat di dalam tuntunan sbb. :


       

      "bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul

      dosa orang lain".


       

      "bahwasanya seorang manusia tidak memperoleh selain apa yang telah diusahakannya".


       


      1.  

        "tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya".


 

Islam mengajarkan, semua orang berkedudukan sama; tidak membedakan jenis kelaminnya (laki-laki/wanita), bangsa, suku/ras, warna kulit, asal keturunan, pangkat maupun kedudukannya. Yang membedakan tinggi rendahnya kedudukan manusia di mata Allah hanyalah taqwanya (lihat Q.S. Al-Hujurat ayat 13). Di dalam hadits pun dinyatakan, bahwa tidak berbeda antara orang Ajam (budak belian yang hitam) dengan orang Arab.


 

Terlalu banyak ajaran Islam yang memberi tempat sangat tinggi pada kedudukan ilmu/akal. Hal ini jelas sangat sesuai dengan salah satu karak-teristik kehidupan modern yang antara lain meng-utamakan akal/rasionalitas.

Beberapa catatan :


 


 

"Jika mereka yang kamu seru itu tidak menerima seruanmu (ajakanmu) itu maka ketahuilah, sesungguhnya Al Quran itu diturunkan dengan ilmu Allah, dan bahwasanya tidak ada Tuhan selain Dia, maka maukah kamu berserah diri (kepada Allah)? ".


 

"Innahuu laquraanul kariim"

(sesungguhnya Al Qur'an itu adalah "bacaan yang sangat mulia").


 

Misal :


 


 

"Innii a'lamu ma laa ta'lamuun"

(Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui). Lihat Al-Baqoroh : 30 s/d 33.


 

(Al-Waqiah :81).


 

(Al-Qomar: 17,22,32,40)


 

(Al-Anbiya': 10).


 

Terlalu banyak ayat-ayat di dalam Al-Qur'an tentang keadilan. Beberapa di antaranya ialah :


 

"apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil".


 


 

"Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi Karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu.


 


 

Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran/keadilan dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.


 


 

"Hai orang-orang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan".


 

Memperhatikan tiga ayat di atas saja sudah jelas betapa tingginya konsep Islam mengenai keadilan, yaitu :

Konsep baru/modern tentang keadilan yang diajarkan Islam hampir 15 abad yang lalu itu, jelas bersifat universal, dan di abad modern sekarang ini justru terlihat semakin melemah atau mengalami erosi.


 

Salah satu ciri "modernisme" adalah sikap mental yang berorientasi ke masa depan. Hal ini jelas terlihat di dalam ajaran Islam yang menyatakan :


 

Demikianlah beberapa butir konsep Al-Qur'an yang dapat dikatakan "modern" pada zamannya, dan saat inipun masih dapat diuji ke-"modern"-annya. Masih banyak lagi konsep Al-Qur'an yang relevan dengan ciri-ciri sikap mental yang diperlukan dalam kehidupan modern, seperti menghargai waktu atau dapat memanfaatkan peluang sebaik-baiknya, tekun, rajin dan bersungguh-sungguh (berjihad), sederhana dan tidak boros dsb.


 

  1. Telah sama dimaklumi, bahwa kehidupan modern saat ini ditandai oleh semakin meningkatnya kehidupan yang lebih berorientasi pada nilai-nilai materialistik, individualistik dan semakin berkembangnya pengaruh globalisasi di bidang informasi, komunikasi dan teknologi. Tidak jarang persaingan hidup yang sangat materialistik dan individualistik, menyebabkan orang mengalami "stress", tekanan kejiwaan yang sangat berat, melakukan perbuatan-perbuatan nekad atau menempuh jalan-jalan pintas ("budaya menerabas") untuk mencapai tujuan. Jelas di sini diperlukan pendekatan/tuntunan agama. Mengenai "tuntunan agama" ini dapat dikemukakan antara lain hal-hal sbb. :


     

    "Dan janganlah kamu irihati terhadap apa yang ditetapkan/ dilebihkan/dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu lebih dari sebagian yang lain, (karena) bagi orang laki-laki/perempuan ada bagian dari apa yang mereka usahakan".


     

    Dalam ayat di atas digunakan kata-kata "fadhdho-lallaah" (yang ditetapkan/dilebihkan Allah). Kata "fadhola" atau "afdhol" secara harfiah dapat berarti "ditetapkan" (to remain) atau "lebih baik" (better than). Apa "yang ditetapkan" atau "dilebihkan" Allah itu dapat berupa "rizki harta atau kekayaan, derajat/ pangkat/kedudukan, ilmu/gelar, kecantikan/ketam-panan dsb.". Jadi menurut firman Allah di atas, kita janganlah iri hati terhadap kelebihan-kelebihan yang diberikan Allah kepada orang lain itu.

    Dengan memahami tuntunan agama yang demikian itu, diharapkan orang tidak akan mengalami "stress" dalam menghadapi kehidupan modern saat ini yang cenderung lebih materialistik dan individualistik.


 

"Dan Allah "melebihkan" sebagian kamu dari yg. lain dalam hal rizki, tetapi orang-orang yang dilebihkan (rizkinya) itu tidak mau memberikan kpd. budak-budak yang mereka miliki agar mereka sama (merasakan) rizki itu. Mengapa mereka mengingkari nikmat Allah?"


 


 

Pernah pula seorang Dosen wanita dari Surabaya yang mengambil program S2 di UI Jakarta, dalam thesisnya (mengenai tindak pidana pornografi) menyajikan data penelitian, bahwa acara-acara yang disajikan lewat stasiun TV (TVRI, TPI, dan SCTV) sebagian besar (85 %) dinilai "tidak sopan/tidak susila" menurut pandangan masyarakat tempat lokasi penelitian dilakukan (Bangkalan, Madura).

Menghadapi era informasi yang demikian itu, jelas diperlukan peningkatan kematangan kejiwaan/rohaniah, kematangan emosional dan kematangan "pengendalian diri" sebagai penangkal utamanya. Di sinilah arti pentingnya peranan nilai-nilai keagamaan dalam kehi-dupan modern, terutama lewat pemusatan pengendalian diri di bulan puasa Ramadhan. Marilah kita jadikan bulan Ramadhan ini sebagai sarana proses pemadatan dan peningkatan kembali energi kematangan kejiwaan/ rohani (kematangan iman dan taqwa), di samping kematangan ilmu dan kematangan sosial/amal, sebagaimana tersimpul dari tuntunan Al-Qur'an surat Al Fathir: 29.


 

-o0o-

Ceramah Ramadhan V

MEMAHAMI MAKNA KEIMANAN

DALAM MENGHADAPI ERA INFORMASI *)


 

  1. Memahami makna keimanan dalam dimensi luas, dapat diartikan melakukan "pengkajian terhadap nilai-nilai keagamaan/keimanan yang bertolak dari ajaran-ajaran/konsep-konsep Al-Qur'an", karena salah satu aspek keimanan adalah iman terhadap Kitabullah. Sehubungan dengan judul yang ditetapkan panitia, maka pengkajian/pemahaman nilai-nilai keimanan terhadap konsep/ajaran Al-Qur'an ini tentunya difokuskan pada hal-hal yang berhubungan dengan beberapa masalah/aspek yang ada di dalam era informasi saat ini.


 

    -     Al-Waqiah:81:


 

"Maka apakah kamu menganggap remeh saja Al-Qur'an ini?"

- Al-Qomar: 17,22,32,40 :


 

"Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur'an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?"


 

- Al-Anbiya':10 :


 


 

"Sesungguhnya telah Kami turunkan kepadamu sebuah Kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka apakah kamu tidak memahaminya?"


 

- Dan di dalam Q.S. Al-Fathir:29 Allah sendiri menya-takan bahwa "yatluuna Kitabullah" (membaca/mem-pelajari/melakukan telaah terhadap Kitabullah/Al-Qur'an) merupakan salah satu "bentuk kegiatan/ perniagaan yang tidak akan merugi".


 


 

Jadi Allah tidak hanya sekedar mencipta manusia, tetapi juga memberinya rizki atau "memberi dukungan" (karena kata "rozaqo" dapat berarti "to support") atau juga "memberi sarana/keperluan hidup" (karena kata rizki atau "rizqun" dapat juga mengandung arti "means of living"). Dukungan atau keperluan hidup yang diberikan Allah kepada manusia, tidak hanya yang bersifat materi (bumi/alam semesta dan segala isinya) tetapi juga yang bersifat immaterial yaitu berupa konsep/tuntunan hidup.

Oleh karena itu, manusia tidak hanya dituntut untuk "memahami/menggali bumi, alam semesta dan segala isinya", tetapi juga perlu "memahami dan menggali nilai-nilai konsep kehidupan/petunjuk hidup yang ada di dalam Kitabullah (Al-Qur'an)". Dengan perkataan lain, informasi yang perlu digali dan dipahami tidak hanya informasi tentang dunia dan alam semesta (informasi global dan planetal), tidak hanya informasi duniawi mengenai situasi politik, ekonomi/bisnis, perkembangan teknologi dsb., tetapi juga perlu di-gali dan dipahami informasi tentang konsep kehidupan (pedoman/petunjuk hidup).


 


 

Memperhatikan kondisi era informasi yang demikian itu, mungkin tidak mudah lagi membendung gelombang informasi global. Yang perlu diwaspadai adalah informasi yang dapat membawa dampak negatif. Dengan semakin berkembang pesatnya teknologi informasi dan komunikasi lewat teknologi satelit global, radar parabola, telepon genggam dan alat-alat lain nya yang sangat canggih, dapatlah dikatakan bahwa informasi negatif atau yang tidak benar dan menyesat-kan dapat merupakan gelombang virus yang sangat berbahaya bagi kehidupan pribadi dan keluarga, bahkan bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Betapa tidak, karena informasi yang semula dianggap tabu dan sangat tercela, atau setidak-tidaknya bersifat rahasia dan "belum saatnya diketahui" (a.l. bacaan/ film-film cabul, porno, adegan tidak sopan/ tidak susila dan merangsang, serta adegan-adegan kekerasan, sadis/brutal dan bersifat antisosial), sekarang dengan mudah informasi itu dapat diperoleh. Seberapa jauh jumlah dan pengaruh informasi negatif itu berada di sekitar kita memang memerlukan penelitian akurat. Namun beberapa informasi mengenai hal ini dapat diungkapkan sbb. :


 


 


 

  1. Kemajuan teknologi informasi dan telekomunikasi juga nampaknya berpengaruh pada perkembangan dunia kejahatan saat ini. Mudah dan cepatnya informasi/komunikasi saat ini sangat menunjang lajunya perekonomian dunia. Keterjalinan dan ketergantungan tata sosial ekonomi nasional dengan tata sosial ekonomi dunia/internasional, sangat mempengaruhi kecenderungan terjadinya interna-sionalisasi kejahatan. Ruang lingkup operasional dan dimensi kejahatan saat ini, terutama kejahatan ekonomi (economic crime) dan kejahatan yang menggunakan kemajuan teknologi (Hitech crime), sudah bersifat "transnasional", melampaui batas-batas negara. Keprihatinan terhadap perkembangan yang demikian selalu diungkapkan dalam Kongres-kongres PBB mengenai "The Prevention of Crime and the Treatment of Offenders". Misal dalam salah satu pertimbangan putusan Kongres ke-7 th. 1985 (khususnya putusan mengenai "Guiding Principles for Crime Prevention and Criminal Justice in the Context of Development and a New International Economic Order"), antara lain ditegaskan :

    ..... that the international and national economic and social orders are closely related and are becoming more and more interdependent and that, as a growing sociopolitical problem, crime may transcend national boundaries.


     

    Mengenai kejahatan yang berhubungan dengan teknologi komputer, Kongres PBB ke-8 (1990) antara lain menyatakan :

    "pertumbuhan pemanfaatan teknologi komputer dan jaringan telekomunikasi dan komputer yang sangat luas sebagai bagian integral dari operasi/kegiatan-kegiatan di bidang keuangan dan perbankan secara internasional saat ini, dapat juga menciptakan kondisi-kondisi yang menunjang aktivitas kejahatan di dalam maupun di antara berbagai negara;

    ("the growing utilization of computer technology and world-wide computer and telecomunication networks as an integral part of contemporary international financial and banking operations can also create conditions that greatly facilitate criminal operations within and between countries").


 

Sehubungan dengan kebutuhan serba cepat dan praktis, dunia perekonomian saat ini memanfaatkan teknologi komputer dan elektronik yang dikenal de-ngan EFTS ("Electronic Funds Transfer System"). Menurut August Bequai, EFTS ialah "pengiriman data yang berhubungan dengan pemindahan dana melalui jaringan komunikasi" ("the transmission of data regarding fund transfer over communication network"). Adanya EFTS ini, menurut August Bequai, juga membantu semakin berkembangnya internasionalisasi kejahatan (August Bequai, White-collar Crime: A 20th- Century Crisis, 1978, hal. 164 dan 169).

Jadi secara singkat dapat dikatakan, bahwa perkem-bangan kemajuan informasi bisnis/ekonomi dan informasi teknologi yang bersifat global/transnasional, juga dapat mempunyai dampak pada perkembangan kejahatan ekonomi dan kejahatan teknologi yang juga bersifat transnasional/internasional.


 

  1. Memperhatikan berbagai fenomena dampak negatif dari era informasi dan komunikasi seperti diungkapkan di atas, dapat dibayangkan betapa beratnya tantangan nilai-nilai keimanan (kematangan kejiwaan/emosional dan kematangan "pengendalian diri") saat ini. Menghadapi era informasi yang nampaknya sulit dibendung itu, jelas diperlukan peningkatan kema-tangan kejiwaan/rohaniah, kematangan emosional dan kematangan "pengendalian diri" sebagai penangkal utamanya. Tepatlah apabila bulan Ramadhan ini dijadikan sebagai sarana dan sekaligus pusat proses pemadatan dan peningkatan kembali energi kematangan kejiwaan/rohani (kematangan iman dan taqwa) yang akan membuahkan kematangan "pengendalian diri". Tepat pulalah tema kajian yang ditetapkan panitia untuk malam ini, yaitu "memahami makna keimanan dalam menghadapi era informasi". Apabila kita tidak memahami dengan baik (dalam arti menghayati dan memperteguh) nilai-nilai keimanan, tidak mustahil kita terbawa hanyut dan terjerumus ke dalam sisi-sisi dampak negatif dari era informasi yang antara lain telah dikemukakan di atas. Misalnya :
    1. Al-Hujurot: 12 :


     


 

Al-Baqoroh: 191 :


 

"wal fitnatu asyaddu minal qatl"

(dan fitnah itu lebih besar (bahayanya) dari pembunuhan);


 

Al-Baqoroh: 217 :


 

"wal fitnatu akbaru minal qatl"

(Fitnah itu lebih besar (dosanya) dari pembunuhan);


 

Fitnah dikatakan lebih besar/lebih keji dari pembu-nuhan karena melakukan fitnah itu dalam Al-Qur'an diidentikkan juga dengan "kafir" (Al-Anfal:39) dan "syirik" (An-Nisaa': 91). Di samping itu, korban fitnah dapat lebih banyak dan lebih luas daripada korban pembunuhan.


 


 

Dan janganlah kamu irihati terhadap apa yang dikaruniakan/ ditetapkan Allah kepada sebagian kamu lebih dari sebagian yang lain, (karena) bagi orang laki-laki dan perempuan ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu ".


 

Dalam ayat di atas digunakan kata-kata "fadhdho-lallaah" (yang ditetapkan/dilebihkan Allah). Kata "fadhola" atau "afdhol" secara harfiah dapat berarti "ditetapkan" (to remain) atau "lebih baik" (better than). Apa "yang ditetapkan" atau "dilebihkan" Allah itu dapat berupa "rizki harta/kekayaan, pangkat/kedudukan, ilmu/gelar, kecantikan/ ketampanan dsb.".

Jadi ajaran keimanan menuntun kita untuk tidak perlu iri terhadap kelebihan orang lain; dan oleh karena itu tidak perlu stress dan tidak perlu mengambil jalan pintas dengan melakukan perbuatan tidak terpuji.

Sebaliknya, bagi orang yang mendapat "kelebihan rizki" dari Allah, agama juga memberikan tuntunan untuk tidak terlalu individualistik, tetapi harus juga memberikan/meratakan rizkinya kepada orang lain yang berhak. Perhatikan misalnya tuntunan di dalam Q.S. An-Nahl: 71:


 

"Dan Allah "melebihkan" sebagian kamu dari yg. lain dalam hal rizki, tetapi orang-orang yg. dilebihkan (rizkinya) itu tidak mau memberikan kepada budak-budak yang mereka miliki (bisa dibaca: "karyawan", pen.) agar mereka sama (merasakan) rizki itu. Maka mengapa mereka mengingkari nikmat Allah?".


 

Di samping itu, banyak firman Allah di dalam Al-Qur'an (lihat a.l. Al-Baqoroh: 177, Ar-Rum: 38, Al-Isro":26) yang menyuruh kita menginfakkan sebagian harta/rizki kepada:


 


 

  1. Allahlah yang maha tahu bahwa kualitas kemanusiaan dan kemasyarakatan itu memang dapat "melemah/ memudar", oleh karena itulah diadakan Ramadhan (kewajiban puasa) sebagai suatu proses/mekanisme "Recycling/Rejuvenation/Regeneration/Re-inforcement/ Reconstruction/Reinjection/Re-formation"; bahkan seba-gai sarana reformasi total.

v

Ceramah Ramadhan VI *)

RAMADHAN: BULAN PENINGKATAN

KUALITAS MUSLIM DAN LINGKUNGAN HIDUP


 


 


 


 


  1.  

    "Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam".


 


 


 

  1. Maha besar Allah yang sangat mengetahui segala persoalan manusia ciptaan-Nya (termasuk masalah kualitas kehidupan manusia ini). Dan maha besar Allah yang juga mengetahui bagaimana mengatasi kemero-sotan kualitas lingkungan itu. Salah satu konsep/ sistem Allah untuk memelihara kualitas manusia dan lingkungan hidup ini ialah dengan diwajibkannya "puasa" selama bulan Ramadhan. Kegiatan dalam bulan Ramadhan sarat dengan kurikulum/silabi untuk menga-tasi lingkungan itu, yaitu kurikulum untuk meningkatkan IMTAQ, ILMU, dan AMAL. Ketiga karakteristik "trilogi" ini sangat melekat dalam kegiatan bulan Ramadhan, yang apabila diamalkan dengan baik, Allah menjamin di dalam Q.S. Al-Fathir:29, kita mendapatkan "perniagaan yang tidak akan merugi" (dengan istilah ekologi berarti Allah menjamin "kualitas manusia dan lingkungannya tidak akan merugi/mengalami kemerosotan").


 

  1. Bulan Ramadhan merupakan :


 

Maha Suci dan Maha Besar Allah yang sangat mengetahui, bahwa sifat/kualitas manusia yang dicipta-kan-Nya adalah makhluk yang sangat lemah/dhoif. Melalui Ramadhan ini, marilah kita gunakan kesempatan ini untuk menegaskan kembali nilai-nilai muslim kita. Dengan kita menjadi seorang muslim yang kaffah insya Allah kualitas lingkungan hidup akan terjaga dengan baik.


 

-v-

Ceramah Ramadhan VII

SYUKUR KEPADA ALLAH *)

(Ramadhan: Bulan Yang Patut Disyukuri)


 


 


 

34. Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguh-nya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).


 

Karena demikian banyaknya nikmat Allah itu, maka Allah mengingatkan (sekaligus "menantang") kita berulang kali dalam Q.S. Ar-rakhman ayat 13 dst. (31 kali) :


 

"Dan nikmat Allah manakah yang engkau dustakan?"


 


 


 

"wasykuruu ni'matallahi in kuntum iyyahu ta'buduun"

(Dan syukurilah ni'mat Allah, jika hanya kepadaNya kamu menyem-bah).


 

"Ingatlah kepada-KU, niscaya AKU ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-KU, dan jangan kamu mengingkari (nikmat)-KU".


 

"Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguh-nya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".


 


 

Semoga kita semua termasuk orang yang pandai bersyukur.


 


 


 


 


 

Ramadhan VIII

RAMADHAN : BULAN PENINGKATAN

KUALITAS KAJIAN AL-QUR'AN *)


 


     

    "syahru romadhonal ladzi unzila fiihil quran, hudal linnaas wa bayyinatim minal hudaa wal furqon"

    "Bulan Ramadhan, bulan yg. dalamnya diturunkan Al- Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan mengenai petunjuk-petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan bathil)".


 


 

"Dan sesungguhnya Al-Qur'an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan Semesta Alam".


 

"Dia dibawa turun oleh Ar- Ruh Al-Amin (Jibril)".


 

"Dan Al Qur'an itu bukanlah dibawa oleh syaitan-syaitan".


 

"Dan tidaklah patut mereka (setan) membawa Al Qur'an itu dan tidak akan kuasa".


 


 


Jika mereka yang kamu seru itu tidak menerima seruanmu (ajakanmu) itu maka ketahuilah, sesungguhnya Al Quran itu diturunkan dengan ilmu Allah, dan bahwasanya tidak ada Tuhan selain Dia, maka maukah kamu berserah diri (kepada Allah)?


 


 

Dan kamu tidak pernah mengharap agar Al Quran diturunkan kepadamu, tetapi ia (diturunkan) karena suatu rahmat yang besar dari Tuhanmu, sebab itu janganlah sekali-kali kamu menjadi penolong bagi orang-orang kafir.


 


 

Dan apakah tidak cukup bagi mereka bahwasanya Kami telah menurunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) sedang dia dibacakan kepada mereka? Sesungguhnya dalam (Al Quran) itu terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman.


 


 

Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.


 


 


 

"(1) Alif laam miim; (2) Inilah ayat-ayat Al-Qur'an yang mengan-dung hikmah; (3) menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang berbuat kebaikan".


 


 

Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.


 


 

Dan Kami turunkan (Al Quran) itu dengan sebenar-benarnya dan Al Quran itu telah turun dengan (membawa) kebenaran. Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan.


 


 

"Kami tidak menurunkan Al-Qur'an ini kepadamu agar kamu mendapat kesusahan".


 


 

"Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur'an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?"


 


 

"Sesungguhnya telah Kami turunkan kepadamu sebuah Kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu; maka apakah kamu tidak memahaminya?"

     - (Ayat 50) :


 

"Dan Al-Qur'an ini adalah suatu Kitab (peringat-an) yang mempunyai berkah yang telah Kami turunkan; maka mengapa kamu mengingkari-nya?".


 


 

"Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa".


 

Allah bersumpah (ay. 75), dengan sumpah yang besar (ay.), bahwa :


 

"Diturunkan dari Tuhan    Semesta Alam" (ay.80)

.


 


 


 

"Dan sekali-kali bukanlah dia (Al-Qur'an) senda gurau (bukan main-main)".


 


 


 

Allah berfirman: "Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan."


 


 


 


 

"Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca Kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rizki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi".


 

Ceramah Ramadhan IX

AL-QUR'AN DAN CINTA ILMU PENGETAHUAN*)


 

  1. "Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara haq dan bathil)".

Jadi karakteristik Ramadhan terfokus pada dua hal :


 

  1. Karakteristik Ramadhan itu (kewajiban puasa dan kewajiban mempelajari Al-Qur'an), pada hakikatnya merupakan "metode Allah" untuk memelihara dan meningkatkan kualitas manusia dan kehidupan. Maha Besar Allah yang sangat mengetahui kualitas manusia yang diciptakannya, yaitu sebagai makhluk yang "dhoif"/lemah ("wa khuliqol insaanu dhoifaan"; Q.S.. An-Ni-saa':28). Oleh karena itu, Maha Besar Allah pulalah yang mengetahui cara/metode bagaimana untuk meningkatkan kualitas manusia yang lemah itu. Caranya yaitu dengan menjadikan bulan Ramadhan sebagai bulan untuk proses daur ulang ("recycling") dalam rangka meningkatkan kembali kualitasnya. Jadi Ramadhan dijadikan bulan untuk melakukan "rejuvenation", "reinjection", "regeneration", "reinforce-ment", "renovation", dan "reformation" kualitas kema-nusiaan dan sekaligus kualitas kehidupan/kemasya-rakatan.


 


 


 


 

"Maka apakah kamu menganggap REMEH saja Al-Qur'an ini?"


 


 

"Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur'an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?"


 


 

"Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca/mempelajari Kitab Allah (Al-Qur'an) dan mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rizki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi".


 

-v-

Ceramah Ramadhan X

AL-QUR'AN DAN UPAYA PENEGAKAN/KEADILAN HUKUM *)


 


 


  1.  

    "Apabila kamu menghukum (menetapkan hukum) di antara manusia, maka hukumlah dengan adil".

    Ayat ini mengandung prinsip persamaan/tidak diskri-minatif ("equality/indiskriminatif").


     

    "Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu".

    Ayat ini mengandung prinsip "tidak pilih kasih" ("non-favoritisme dan anti nepotisme") dan prinsip "tidak berpihak" ("fairness/ impartial");


     

    "Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran/keadilan".

    (Dengan istilah lain : "Janganlah karena mengikuti hawa nafsumu, kamu menyimpang dari kebenaran/ keadilan").


     

    "Janganlah kebencianmu kepada suatu kaum (golongan), mendo-rong/menyebabkan kamu berlaku tidak adil".


     

    Prinsip yang terkandung dalam sub c dan d di atas adalah, prinsip objektivitas (tidak subjektif).


     


 

"Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan".


 

Kesimpulan :


  1.  


 


  1.  

-v-

Ceramah Ramadhan XI

AL-QUR'AN : SUMBER HUKUM, SUMBER "HUDA", SUMBER "BAYAN" DAN SUMBER "MAW'IDHOH"*)


 


 

(Al Quran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. (Ali Imron:138)

Jadi singkatnya, Al Q merupakan sumber "hudaa" (petunjuk), sumber "bayaan" (penerang), dan sumber "maw'idhoh" (pelajaran).


 


 


 


 

(afabihadzal hadiitsi antum mudhinuun).

"Maka apakah kamu menganggap REMEH saja Al Qur'an ini?"


 


 


 

"Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur'an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?"


 


 

"Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca/mempelajari Kitab Allah (Al-Qur'an) dan mendirikan shalat, dan menafkahkan secara diam-diam dan terang-terangan sebagian rizki yang Kami anuge-rahkan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi".


 

-v-


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

Ceramah Ramadhan XII

MANFAAT RAMADHAN BAGI UPAYA TEGAKNYA KEADILAN *)


 


 


 

"Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada Kaum kerabat, dan melarang perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran."


 


 

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.


 


 

Intinya :


  1.  


 

"Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.".


 


 

Maka karena itu serulah (mereka kepada agama ini) dan tetaplah sebagai mana diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka dan katakanlah: "Aku beriman kepada semua Kitab yang diturunkan Allah dan aku diperintahkan supaya berlaku adil diantara kamu. Allah-lah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-amal kamu. Tidak ada pertengkaran antara kami dan kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-Nyalah kembali (kita)."


 

Dari ayat di atas, khususnya yang berbunyi:

"Aku beriman kepada semua Kitab yang diturunkan Allah dan aku diperintahkan supaya berlaku adil di antara kamu. Allah lah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Bagi kami amal-amal kami, dan bagi kamu amal-amal kamu. ......",

jelas terlihat bahwa perlakuan adil wajib ditegakkan terhadap siapa saja, kendati terhadap orang yang tidak seagama (berlainan agama).


 


 


 


 


 

Dengan terus menerus melakukan kajian Al-Quran selama Ramadhan, termasuk memahami dan mengha-yati tuntunan Tuhan tentang keadilan sebagaimana dikemukakan di atas, jelas diharapkan dapat menunjang tegaknya "Keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa" (seperti ditegaskan dalam Pasal 4 UU Kekuasaan Kehakiman No. 14/1970 jo. No. 35/1999, yang saat ini telah diganti dengan UU No. 4/2004). Terlebih apabila selama Ramadhan dapat diraih nilai-nilai kejujuran, ke-imanan, dan ketaqwaan yang menjadi inti tujuan dan hakikat puasa. Dengan kejujuran, keimanan, dan ketaqwaanlah, keadilan berdasarkan tuntunan Tuhan di atas itu baru dapat dilaksanakan.

Dalam tuntutan Allah di atas antara lain dinyatakan : "tegakkan keadilan walaupun terhadap dirimu sendiri, ibu bapakmu dan kaum kerabatmu" (An-Nisaa':135). Ini berarti harus ada "kejujuran" dalam menegakkan ke-adilan. Insya Allah nilai/sikap jujur ini dapat diraih melalui puasa, karena orang berpuasa dilatih untuk selalu jujur di hadapan Allah bahwa dirinya berpuasa (tidak makan/ tidak minum dsb.) pada hari itu, walaupun sebenarnya bisa saja dia berlaku tidak jujur dalam berpuasa.


 

-v-