Friday, July 16, 2021

Sampai Bertemu Lagi Mid.

Ini hari kedua kau berpulang Mid, tadi malam adalah malam pertamamu berada di pemakaman keluarga Majasari Pandeglang. Aku tidur seharian setelah menemuimu di pemakaman. Kemarin sepulang penguburan, di dalam mobil, Firman, Aku dan Anis beberapa kali keceplosan memangil Mid, padahal yang kumaksud adalah Nis, Anis. Di kepala kami, kamu masih ada Mid. Mungkin itu sebabnya aku tiduran, lelah dan berharap terbangun bahwa kemarin hanyalah mimpi. Membuka HP dan menemukan Firman bernyanyi Ali Topan Anak Jalanan lewat aplikasi smule. Suaranya sangat bagus, sangar dan jantan. Sedihnya tetap terlihat meski berusaha disembunyikannya, ada lirik yang ia lupa dibalut senyum seadanya.   

***

1 Maret 2021

Bismillah. Mid apa kabarmu disana? Ada apa disana? Bagaimana rasanya? Aku benar-benar tak ingin menulisimu, tak ingin menyelesaikan tulisan tentangmu. Tapi pada akhirnya mungkin hidup harus tetap berlanjut. Aku di Teluk Palu Mid, Pantai Talise, tempat gempa, tsunami dan liquifaksi pernah bertemu dalam satu waktu. Menanti mentari berganti rembulan, bumi mulai meredup, mungkin tulisan ini berlanjut di bawah sinar rembulan, atau temaramnya lampu taman.

Aku bahkan tak tahu akan menjuduli apa tulisan ini mid. Terlalu banyak kepingan memori bermunculan. Tadinya akan kujuduli Abdul Hamid, Soe Hok Gie dari Banten. Karena teringat sebuah tulisanmu tentang persahabatan Ayahmu dengan seorang Cina yang kerap membantu keluargamu, sebagai upaya mengurai kebencian yang membabi buta. Tapi kurasa memang cocok, banyak irisannya, sama-sama UI, sama-sama aktifis, sama-sama benci ketidakadilan, berani diasingkan dari pada menyerah pada kemunafikan. Prinsip yang kebanyakan orang bisa ucapkan tapi tak bisa jalani, simbolik semata.   

 

***

Cipocok,  7 Juli 2021

Dan Kita Membicarakan Idealisme (untuk Abdul Hamid)

kita bicara di kamar kosku
jalan nangka raya 20 semarang
tentang idealisme, tentang kebenaran, tentang keyakinan hati

kita bicara tentang masa depan
tentang kemungkinan bertahan pada idealisme
mengingat keresahan istri, ketakutan mertua, sekolah anak dan gaji pembantu

ada kebahagiaan kecil di rumah
duduk di sofa depan tivi menonton berita sore
ada kudapan, teh manis, anak-anak, dan istri yang menyiapkan makaroni lafonte
sofa belum lagi kubeli mid, istriku sedang menabung tuk mendapatkannya
ia mengidamkan sofa di depan tivi

ada ketidakberesan di luar rumah
kecurangan, keculasan, korupsi, penindasan, anak yang diperkosa, dosen penjual nilai, mahasiswa yang diam saja,
kita diajari turun ke jalan, kita diajari tak tinggal diam
kita menjalaninya mid, di dua kota yang berbeda
berkelana kesana kemari demi sesuatu yang kita yakini

aku tak tahu mid
aku belum mengalami masa depan yang kita bicarakan
sebentar lagi akan kumasuki ia
tapi kurasa kita telah tidak menyertakan sesuatu dalam obrolan pagi itu
kita melewatkan pemilik bumi
tentunya sofaku nanti adalah pemberianNya, mungkin lewat gaji ke 13
bukankah abu bakar pernah menitipkan keluarga pada Allah dan nabinya
kenapa tak juga kutitipkan padaNya?
membuat puisi itu mudah mid, percayalah.
(mungkin chairil akan marah padaku)

 

Rumah Pohon, Kosan Belakang Java Mall antara akhir 2009 dan awal 2010.  

**

Bagaimana kabarnya Mid? Bagaimana keadaan kehidupan setelah kematian? Aku tahu jasadmu fana, pinjaman semata, tapi ruhmu abadi. Aku juga yakin kau bergelimang bekal baik di sana, kenapa kebanyakan orang baik cepat pulang menemui Sang Pencipta? Mati muda dengan limpahan pahala. Akhirnya aku menulisimu Mid, tak ada pilihan lain, aku harus melanjutkan hidup, dan kado terbaik untukmu kurasa tak lain adalah tulisan, hadiah terbaik sebagai bentuk penghormatanku.

Kita bertemu saat SMA, kelas satu dua tak begitu kenal, hanya selewat saja. Tapi saat kelas tiga di IPS 2 kita bertemu rapat tentang rencana ke Baduy, aku mewakili 3 IPS 4 bersama Andi Nurman. Dari SMA kau sudah tunjukkan tak ingin dipandang sebelah mata, termasuk ingin hilangkan stigma bahwa IPS adalah warga kelas dua setelah IPA. Tapi memang begitu adanya acara ke Baduy sukses bikin anak IPA nyengir ingin juga tapi tak bisa, sebab kita menggeluti dunia masing-masingnya, kita pelajari manusia dan budaya, sementara yang lain harus juga serius dengan angka-angka dan rumus kimia. 

Mid, makasih ya, untuk semuanya, untuk cerita malam di homestay Semarang tentang sebuah peristiwa pembunuhan di Baduy yang kemudian menjadi jalan menuju tema tesisku, untuk tumpangan transit di rumah mertua Jakarta, nginep di kosan Semarang, juga tumpangan apato di Kyoto. Untuk persabahatan Anis, Firman, Fitrullah dalam ikatan Mazhab Pakupatan. Perkawanan yang tanpa sengaja terbentuk di malam jelang ujian prajab, kita malah secara tak sengaja ngumpul di kamarmu. Aku sendiri baru beli cemilan untuk belajar sebagaimana yang lain tapi malah belok karena ramainya kamarmu, disitulah Firman, Fitrullah dan kita bertemu. Yang lain belajar, kita malah bahas kampus, dan negeri ini. Kita jugalah yang menentang saat sertifikat prajab kita akan dipungli. Akhirnya kita berangkat sendiri ke Sawangan, pakai mobil dengan bensin patungan untuk mengambil sertifikat prajab seluruh angkatan I. CPNS 2006 angkatan pertama berhutang budi padamu Mid, lolos dari pungli. Tapi seperti banyak peristiwa lainnya, kau selalu membantu dan berlalu.

Kami memantau terus perkembangan hari-hari terakhirmu, lewat Ulil lalu Anis atau Firman. Pada malam terakhirmu, saat saturasi oksigen semakin meredup, Anis menelpon menangis, Firman sudah berfirasat dan memutuskan menulis obituari. Maafkan aku tak menulisi antologimu. Aku tak mau mengenangmu beramai-ramai.

Makasih ya Mid, untuk banyak hal, untuk kenangan yang bisa ditulis berlembar-lembar. Tugasmu sudah selesai Mid, bergembiralah. Nampaknya  tulisan ini memang harus dibuat untuk bisa melangkah lagi. Biar kusiapkan bekalku Mid, sampai bertemu di keabadian.

 

Cipocok 16 Juli 2021, 11.37 PM   

   

Sunday, July 11, 2021

Berbagi Pengalaman Covid-19

Covid-19 mengganas, masuk gelombang kedua dengan varian yang lebih banyak, varian delta yang kabarnya lebih berbahaya, lebih cepat memutus hidup. Data dunia per 12 Juli 2021 menunjukan korban meninggal sudah mencapai 4.049.139, data sembuh jauh lebih banyak 171.596.359 yang sudah divaksin 1.963.086.645 hampir dua milyar orang, dan kasus aktif covid sebanyak 11.994.080. Itu data dunia. Di Indonesia angka kematian lewat Covid-19 tercatat 66.464, sembuh 2.084.724, tervaksinasi 51.162.406, dan angka aktif Covid-19 sebanyak 376.015 (data www.covidvisualizer.com per 12 Juli 2021, sinkron dengan data kemenkes). 

Data terpapar Covid-19 terakhir 376.015 itu dalam hitungan menit akan berubah menjadi 376.016. Ya, saya baru saja test swab antigen 30 menit lalu dan dinyatakan positif. Sudah dua hari belakangan memang saya demam dan putuskan mengisolir diri. Saya tidak tahu terpapar dari mana, tapi memang Covid-19 sedang viral, di berbagai grup WA kabar meninggal mulai ramai, demikian juga masjid di kompleks tetangga sudah berkali mengabarkan "innalillahi..", bersahutan dari masjid tetangga kiri kanan yang mengapit RT kami. Hingga tadi malam akhirnya Mushola Nurul Hidayah kami menoakan pengumuman, bahwa tetangga kami meninggal, tetangga gang, orang dekat keluarga kami. Beberapa hari sebelumnya memang ia dijemput ambulan, covid. Saya tak bisa menengoknya bahkan saya tak bisa mengantarnya ke tempat pemakamannya di Petir hari ini. Saya demam, khawatir menularkan, meski saya belum tahu pasti apakah Covid. Istri yang kemudian berinisiatif lakukan test swab, meski saya sudah merasa baikan, hingga akhirnya hasil diketahui, semua obat diberi termasuk antibiotik, hanya ada satu yang tidak ada kata dokternya, obat antivirusnya, sedang kosong di pasaran. Istri saya juga test dadakan, alhamdulillah negatif, tapi di sisi lain ia sedang positif, ia sedang mengandung anak ke-5, alhamdulillah.  

Nah saya mau berbagi pengalaman tentang apa yang saya rasakan. Entah bagaimana ceritanya saya merasa tidak enak badan. lalu terasa demam, saya putuskan mengurung diri di kamar buku. Adalah istri yang bolak balik siapkan makan, obat dll. Saya menerapi diri saya juga dengan banyak minum air hangat cenderung panas, agar panas badannya terurai lewat urin. Nampaknya berhasil, demam mulai turun hari kedua, tapi saya merasa semua persendian linu semua, juga seluruh organ badan sakit terasa, ya tidak terlalu, tapi terasa, seperti jantung terasa ada yang aneh, kadang sedikit sakit. Setelah demam mereda, timbul hal lain agak sakit kalau menelan, tidak sakit-sakit amat, tapi terasa tidak normal. Pagi ini saya paksakan mandi, air hangat, memaksa diri bergerak. Ajaib badan terasa segar dan menurut saya rasanya menjelang sembuh. Nyeri sendi berkurang, susah menelan masih ada sedikit. hingga akhirnya tadi pagi istri menawarkan untuk test swab.

Saya tidak tahu bagaimana akhirnya, kemana data saya akan bermuara ke yang sembuhkah atau ke angka sebelahnya. Tapi sekiranya ke sebelah, mohon dimaafkan atas kesalahan-kesalahan saya. Sesungguhnya yang saya khawatirkan hanyalah bekal untuk menghadapNya, saya belum sampai pada titik percaya diri sebagaimana Gus Baha.

Jadi tips dari saya, semangat, jangan terlalu stres, serius ini, menurut saya, kecuali ada sesaknya, Covid-19 mirip demam pada umumnya, nyeri sendi, susah nelan, cepat lelah dll. Jadi banyak2 suplemen, jahe merah campur madu, ramuan air kelapa, minyak kayu putihan dll . Begitu ya, bersamaan dengan ini juga saya umumkan bahwa saya dalam keadaan isolasi mandiri, lockdown paling tidak hingga 14 hari ke depan dari hari ini, mohon doanya.