Thursday, February 16, 2017

Seri Tokoh Serang: Thohir Hanafi

Bismillah..., ini ide lama sebenarnya. Menceritakan tokoh-tokoh masyarakat kharismatik di Serang Banten.

Kalau anda orang Serang asli, anda atau orang tua anda pasti mengenal tokoh satu ini. Namanya Thohir Hanafi, dikenal sebagai kyai meski belum berhaji. Ia adalah ulama yg jg birokrat. Jabatan terakhirnya adalah Pati (Petinggi), setingkat wakil bupati jika dikonversi dengan masa kini. Anak-anaknya diberi nama Hanafi dibelakangnya, Lutfi Hanafi, Syadeli Hanafi dan Hanafi lainnya yang saya lupa. Cucu2 Kyai Hanafi inilah yg seangkatan dengan saya, kakak saya, atau adik saya. Serang sempit, mudah melacak silsilah seseorang.

Ayah saya, Aman Sukarso, beruntung pernah tinggal di rumahnya selama 3 bulan di sekitar tahun 1974-75. Darinyalah saya dapat cerita ini beberapa kali, termasuk malam ini.

Ada banyak kisah menarik dari Thohir Hanafi, salah satunya saat ia membidangi urusan haji. Sebagai pengurus haji, ada jatah untuk pembimbing haji untuk berangkat mendampingi para jamaah haji. Tapi ia tak pernah berangkat. Ia gunakan jatah itu untuk memberangkatkan stafnya berhaji sekaligus menjadi pembimbing.

Aman muda pernah menanyakan persoalan ini, kenapa dirinya tak pernah berhaji dengan jatah tersebut. Jawabannya sederhana.

"Man, bapakmah gajinya besar, bisa berhaji sendiri, yang staf-staf ini gajinya kecil, sulit untuk berhaji," jelasnya

"Lalu kenapa bapak belum berhaji juga kalau begitu?" penasaran Aman.

"Haji itu urusan panggilan Allah, sekarang bapak kan ada kewajiban lain menyekolahkan anak-anak, nanti jika saatnya berangkat ya Insya Allah berangkat," paparnya.

Aman mengira jawaban tadi hanya bercanda, tapi ternyata benar, setelah pensiun sang Kyai berangkat haji.

Cerita lainnya adalah saat ada seorang haji yang meninggal. Ada asuransi untuk ini. Sang Kyai mengantar sendirj ke Waringin Kurung, ditemani seorang supir dan Ayah saya. Akses jalan mobil terbatas, sisanya harus dijalani dengan jalan kaki. Ia datang, dipanggilnya lurah, dikumpulkan keluarganya, dijelaskan hak-haknya. Ditegaskannya bahwa jni hak ahli waris, tidak ada yang boleh meminta.

Menjelang akhir hayatnya, Aman menengok. Paru-parunya terendam air. Sang Kyai menyiapkan kematiannya.
"Man, tugas saya mungkin sudah selesai, kalau Allah minta saya kembali, saya kembali. Kalau masih muda ya pantaslah orang berusaha untuk kembali sehat," pasrahnya.

"Makin kesini, orang2 seperti ini (Kyai Hanafi) semakin jarang," tutup Aman pada saya dalam perjalanan pulang makan nasi sum-sum bersama.

Saya mengerti, orang-orang semakin gila belakangan ini. Beberapa tahun lalu seorang mahasiswa sebuah perguruan tinggi bercerita bahwa seorang dosen menawarkan beasiswa mahasiswa di depan kelas dengan catatan mau dipotong. Ia pasti sedang gila atau mabuk saat bicara.

Ayolah, sepertinya seru menjadi orang baik.
Akan selalu ada orang baik dan orang jahat di bumi ini. Kalau kita bukan bagian dari solusi, berarti kita bagian dari masalah. Pilihlah dengan bijak mau menjadi yang mana.

MH.Thamrin 14,
16 Februari 2017.
 
(diterbitkan ulang dari notes facebook, Cipocok, 17 Januari 2015)

Telepon dari New York

Tadi malam, pukul 10 lebih sekian, istri terbangun, mendengar handphone saya berdering, bingung mau bangunkan saya atau tidak, mengingat penelpon teridentifikasi dari New York. Dibangunkannya lah saya, nomor asing, berasal dari negeri terpaut beda waktu 12 jam. Saya angkatlah (lebih tepatnya sentuh sih) telepon. Saya menduga penipuan, akhir2 ini banyak sekali yang ingin menipu saya sejak no telepon dipublish.

"Hallo, ini Ferry dari Sultan Ageng Tirtayasa University?"
"Ya"
"Saya ingin menanyakan beberapa hal terkait proposal anda."
"Oo iya iya, sy apply u program itu (baru ngeh)"
"Saya ingin tahu posisi anda sekarang."
"Saya dosen di Untirta."
"Bagaimana anda dapat memanfaatkan program ini setelah selesai nanti."
"Saya akan mengembangkan dlm perkuliahan, menuliskan di jurnal2, mempresentasikan di seminar nasional di mana Indonesian scholars berkumpul di sana, we have a regular meeting." 
"Baiklah terima kasih, it's very clear, kita akan umumkan dalam beberapa pekan ke depan, maaf telepon malam malam"
"That's okay" 
"Good bye"
"Bye" 
Klik. Apa itu tadi, what was that? Dan saya kembali tidur, setelah makan bakso komplek dalam kantuk. 

Duh Gusti, mudah2an jawabannya nyambung, bisa lebih dari itu sebenarnya apa daya ngantuk melanda. 

(Bersambung)