Saturday, January 25, 2014

Catatan Alm Uswatun Hasanah

Jangan pernah ragu untuk melangkah dalam kebaikan hanya karena takut kententuan-Nya, tak sesuai berpijak sesuai harapan kita. Yakinlah Allah SWT Maha Tahu yang terbaik bagi Hamba-Nya. Berusahalah dan serahkan semua hasil padaNya.

Sahabat, jangan pernah mundur memberi pengorbanan untuk orang lain. Jangan pernah berhenti memberi dan berusaha untuk meahirkan kebahagiaan untuk orang lain, karena itulah bukti cinta kita kepadaNya.

Sahabat, burung tak pernah diajari untuk terbang, dan ikan tak perah belajar berenang, semuanya alami, semuanya berasal dari naluri begitupun cinta, ia akan hadir pada setiap mahluk yang percaya akan kebesaran Allah SWT.

Kehidupan kian terasa indah apabila kita tidak banyak keinginan, selalu bersyukur dan bersabar. Sebagai hamba kita hanya bisa berikhtiar dan bertawakal, Allah SWT jualah yang menentukan, dan Allah tidak akan mebiarkan hamba-Nya dalam kesulitan.

Buku Harian,

Medio Juli 2004

TTD

Uswatun Hasanah

Alm Uswatun Hasanah (10 Juni 1982-7Oktober 2004) adalah Mahasiswi FMIPA Biologi Universitas Lampung angkatan 1999. Aktivis kampus. Wakil ketua HIMSAC (Himpunan Mahasiswa Serang dan Cilegon) Bandar Lampung, KAMMI, BEM KBM Unila.        

Thursday, January 23, 2014

Babah Pulang, hari ini, Jumat 24 Januari 2014

Ela BBM, hari ini babah pulang, Peppy dan Adi yang akan menjemput. Jam 4 sore harus sudah di sukamiskin. 
Alhamdulillah.

Makin tak Jelas antara Kompas dan Kompasiana. Ini Kompas tapi mirip Kompasiana.

Dalam tulisan ini, Kompas melalui Jodhi penulisnya 
 menuliskan "TV one Ical banget". Tentu ini benar
Tapi disaat yg sama Kompas menunjukkan 
bahwa "Kompas Jokowi Banget"

http://megapolitan.kompas.com/read/2014/01/24/0111336/Jakarta.Banjir.Jokowi.Hilang

Sunday, January 12, 2014

Cokelat Belgia dari Perancis

Pagi hari ada cokelat di atas meja belajar kampus. Segera saja saya tahu ini dari Youn Hi, kawan Korea yang pergi ke Jerman dan Perancis. Semoga suatu saat saya bisa ke sana. 

Jangan Menjawab Jika Pertanyaan Tidak Ditujukan Pada Kita (Seri Etika dalam Forum)

Seringkali dalam sebuah forum kajian bernarasumber ada pertanyaan yang kita sebagai peserta, bukan narasumber, mengetahui jawabannya. Pada situasi seperti itu, jangan sekali-kali menjawab pertanyaan si penanya tersebut. Sebab boleh jadi ia juga memiliki jawaban yang sama atas pertanyaannya tetapi menginginkan jawaban yang lebih mengingat narasumber memiliki ilmu yang lebih luas. Jadi kita harus cerdas menganalisa sebuah pertanyaan. Kita baru boleh membantu menjawab jika si narasumber tak bisa menjawab atau narasumber bingung mencerna pertanyaan, maka sebaiknya dibantu memahami pertanyaannya. 
Saya mengerti jika ada yang ingin menjawab seketika. Pada umumnya karena menganggap pertanyaan tersebut sepele dan khawatir waktu terbuang percuma maka dengan menjawab cepat berharap tanya bertemu jawab. Padahal seringkali tidak sesederhana yang kita kira. Kita harus menahan diri, jangan menganggap pengetahuan orang lain lebih rendah dari kita, ini berbahaya, berpotensi mematikan rasa ingin tahu peserta yang lain. Secara tidak sadar memupuk malas untuk bertanya, membuat forum jadi tak hidup dan tak sehat.


Wakunami di pagi hari, sebuah terapi catatan untuk sebuah forum. 

Saturday, January 11, 2014

Nabi Muhammad SAW dalam Injil

Ini bermula saat saya menghapal surat Asshaf empat tahun lalu. Di surat itu, di ayat enam ada kalimat yang membuat saya berhenti. Ayat itu menceritakan bahwa Nabi Isa Alaihi salam, memberitakan bahwa akan ada nabi setelahnya.

Arti ayat enam surat AsShaff adalah sebagai berikut:

Dan (ingatlah) ketika Isa putra Maryam berkata: "Wahai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu yang membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi kabar gembira dengan seorang Rasul yang akan datang setelahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)." Namun ketika rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata "Ini adalah sihir yang nyata."

(Untuk penelusuran lebih lanjut harap membuka Alqur'an pada surat ini, lalu mencermati terjemahan ayat-ayat berikutnya).

Baiklah, di Alqur'an Allah menjelaskan bahwa Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Salam pernah disebut oleh Nabi Isa Alaihisalam. Tapi apakah saat Allah menurunkan Injil juga mencantumkan nama Muhammad? Saya ingin menanyakan ini pada kawan kristen saya sebenarnya, tapi negara kami mendidik kami untuk menghindari hal-hal sensitif, padahal di sisi lain, ini memadamkan rasa ingin tahu, membuat tidak kritis. Tapi ada persoalan lain, Injil di Indonesia berbahasa Indonesia. Penerjemahan adalah salah satu yang sering menimbulkan miskonsepsi, tak terkecuali penerjemahan Al-Quran. Oleh karenanya Alquran harus selalu dengan bahasa Arabnya, agar jika terjadi perbedaan penerjemahan bisa saling menkroscek, terjemahannya terbuka untuk dikoreksi apakah sdah sesuai dengan kaidah bahasa Arab dalam Alqur'an, dikaitkan dengan asbabunnuzul (sebab-sebab (latar belakang) turunnya ayat Alqur'an) dan kaidah lainnya yang berkaitan. Injil tentu tidak diturunkan dalam bahasa Indonesia. Pertanyaan saya kemudian, dalam bahasa apa? pertanyaan ini lama tak berjawab.  

Sampai pada setahun lalu, saya menonton sebuah tayangan youtube, tentang Yusuf Estes, pendeta asli Texas yang masuk Islam. Ia penasaran menelusuri bahasa Injil asli, karena di Amerika Injil berbahasa Inggris demikian halnya di negara lain, berbahasa negara setempat. Lalu setelah ditelusuri, Ia ketahui injil berbahasa Ibrani, (atau Hebrew dalam Bahasa Inggrisnya). Di Injil berbahasa Ibrani itulah kemudian Ia temukan bahwa Tuhan itu satu. Ini selaras dengan apa yang ada dalam Surat Al-Ikhlas bahwa Tuhan tidak beranak dan diperanakan.

Pagi ini saya kembali menemukan tayangan youtube yang menyatakan nama Muhammad dalam Injil berbasa Ibrani (Hebrew).
Nabi Muhammad dalam Injil berbahasa Ibrani (Hebrew)

Lalu apakah persoalannya selesai? Tentu tidak, kita akan jumpai orang-orang yang tetap menyangkal dalam komen youtube tersebut. Apakah saya heran? Awalnya iya, tapi dalam ayat berikutnya dalam AsShaff ayat 7 menjelaskan sesuatu yang membuat saya mengerti. Petunjuk, hidayah adalah hak Allah semata. Berjuta bukti tak akan membuat seorang mendapatkan hidayah kecuali dikehendakiNya, bukan saya, bukan tulisan ini, bukan pula youtube.

   

Saturday, January 04, 2014

Ongkos Jasa di Jepang Mahal




Ban belakang motor saya sudah lama botak memang. Belakangan ini kempes, sudah dua kali isi angin. "Ini pasti bocor halus," batin saya.
Jadi saya mampir lah ke Bike On, toko motor sekaligus bengkel. Montirnya bilang sekitar 8000 yen (sekitar 840 ribu rupiah) untuk ganti ban baru. Agak mahal memang, tapi begitulah Jepang. Karena perlu saya jadikan saja. Ongkos jasa dihargai tinggi di sini. Belakangan dari bonnya kemudian saya ketahui harga bannya 4725 yen, sekitar 500 ribu rupiah, busyet bukan? Jasa mengganti bannya sendiri dihargai 3150 yen, ketrampilan manusia dihargai tinggi di sini. 
Setelah ngecek motor si montir laporan 
Satu, oli samping kurang, sensornya tampak menyala, tambah oli sekitar 1000 yen. Biasanya saya beli di kahma dan isi sendiri, mudah, harganya kurang dari 500 yen, murah. Tapi berhubung menjaga citra dan harga diri bangsa, saya iyakan saja dengan gaya orang kaya pada umumnya, "ya bolehlah, isi!"
Dua, soal aki yang saya keluhkan karena tak bisa elektrik starter dan klakson, ternyata soak, jadi perlu distrum  dengan biaya 3000an yen, aki baru mahal sekitar 18000 yen, sekitar 2 juta rupiah. Tentu saya masih ingat harga diri bangsa, tapi saya juga teringat saldo di tabungan. Meski ini sudah Januari, tapi beasiswa baru akan cair Februari mendatang. Jadi masih dengan gaya kebanyakan uang saya tidak kan "hmm gitu ya, ya sudah yang penting ban dulu, atode, lain waktu."
Tiga, setelah isi oli si montir laporan lagi, lampu tanda kurang olinya masih menyala, nampaknya sensornya rusak, kurang lebih 2000 yen, kalau tidak diperbaiki harus sering-sering cek manual . Saya terpaksa mengeluarkan jurus atode yang kedua agar tetap elegan hahay. Mungkin ia tidak tahu dahsyatnya orang Indonesia dalam "memaksimalkan" kemampuan kendaraannya. Kalau orang Jepang mengetahui kurangnya oli samping dari lampu, orang Indonesia mengetahuinya dari suara mesin dan tarikan motor yang melemah, keren bukan? 

Thursday, January 02, 2014

Keakraban dalam Sepotong Cheese Cake

Makan siang bersama kenshusei dari Komatsu shi. Abi Jakarta, Iwan Brebes, Heru Jakarta/Cilacap, Taufik Klaten, Deni Bekasi.
Kesemuanya berasal dari Lembaga Pelatihan Kerja  yang berbeda dengan dua keahlian masing masing : las (welding) dan cat (painting). 
Kontrak 2 tahun dengan perusahaan Daikyo, anak perusahaan Komatsu yang membuat kabin alat berat Komatsu. 
Menurut Taufik, kerja di perusahaan Jepang termasuk berat, cat terlalu tipis salah terlalu tebal juga salah dengan akurasi yang sangat ketat.
Abidin di bagian pengelasan menunjukkan tangannya yang bentuknya tak seindah dahulu. "Nih lihat tangan saya mas," curhatnya.
Kebanyakan kerja-kerja berat seperti itu menurut Taufik tidak banyak dikerjakan orang Jepang. "Mereka tidak mau jika menangani yang baru ke luar yang platnya masih panas," ungkap Taufik dalam obrolan sambil menikmati kopi dan cheese cake buatan Pak Matsui, suami dari Hikmah, seorang Indonesia yang kebetulan jadi guru/sensei bahasa Jepang mereka.

Wednesday, January 01, 2014

Kejahatan Golongan Tua di Jepang, Memahami Sisi Gelap Jepang

diunduh dari sini

Kejahatan Golongan Tua di Jepang, Memahami  Sisi Gelap Jepang

Ferry Fathurokhman1*
Graduate School of Human and Socio-Environmental Studies, Kanazawa University.



Abstrak

Jepang saat ini menghadapi permasalahan dalam hal populasi penduduk. Kecenderungan keengganan golongan muda untuk menikah dan memiliki anak bersinergi dengan tingginya angka harapan hidup di Jepang, menghasilkan populasi penduduk yang tidak seimbang antara generasi muda dan generasi tua Jepang. Kondisi ini menimbulkan patologi sosial di kalangan usia lanjut. Kejahatan menjadi jalan umum yang diambil sebagian usia lanjut di Jepang untuk ‘mengusir kesepian’. Tulisan ini berusaha memaparkan jenis kejahatan yang dilakukan usia lanjut di Jepang dan solusi yang dilakukan untuk mengatasi persoalan ini.

Kata Kunci: Kejahatan, Usia Lanjut, Jepang.     

©2013.Persatuan Pelajar Indonesia Jepang. All rights reserved.
 
Jepang adalah negeri utopia. Kalimat itu ada dalam sebuah draft buku seorang kawan yang saat ini dalam proses penerbitan. Sebuah kumpulan tulisan hasil pengalamannya selama satu tahun di Jepang.Ia tidak sedang bicara kosong. Negeri ini negeri yang aman. Barang hilang bisa kembali, menghargai proses, sopan, ramah, maju, tertib,  teratur, bersih dan segudang hal baik lainnya yang membuat kita berdecak kagum.

Tapi dari banyak hal terang  di Jepang, tentulah ada sisi gelapnya. Tulisan ini hendak mengupas salah satu sisi gelap tersebut. Kecenderungan kejahatan yang dilakukan usia lanjut di Jepang.

Saat berkesempatan ke Waseda University, saya bertemu dengan Yoko Hosoi, guru besar Toyo University. Ia cerita bahwa sedang meneliti tentang kecenderungan kejahatan yang dilakukan orang tua di Jepang. Saya memang sering mendengar salah satu masalah di Jepang adalah angka usia lanjut yang lebih tinggi dari usia muda. Tapi saya tak mengira bahwa hal tersebut berdampak pada meningkatnya kejahatan pada usia lanjut.

Adalah Minoru Yokoyama, guru besar pada Kokugakuin University di Tokyo yang menjelaskan hal ini dengan gamblang di sebuah konferensi internasional di India yang diselenggarakan Asian Criminological Society medio April lalu. Tulisan ini sejatinya adalah hasil riset yang telah dilakukannya (Minoru Yokoyama: 2013).

Menurutnya selama periode perang dunia kedua, pemerintah Jepang mengampanyaken untuk memiliki anak sebanyak mungkin. Angka kelahiran bayi meningkat  (baby boom) setelah perang dunia kedua. Peningkatan angka kelahiran bayi generasi kedua juga terjadi pada 1970-an. Seiring pertumbuhan ekonomi dan industrialisasi Jepang, usia harapan hidup di Jepang menjadi panjang. Situasi berubah, Jepang menjadi negara dengan angka kelahiran dan angka kematian yang rendah. Tidak banyak bayi yang lahir tapi tidak banyak juga orang tua yang mati. Ini menyebabkan populasi orang tua di Jepang semakin menumpuk, diperparah dengan anak muda yang tak terlalu berhasrat untuk menikah, jikapun menikah, kebanyakan mereka hanya akan punya anak satu atau dua.

Sekitar 1985, Pemerintah Jepang memprediksi angka usia lanjut akan meningkat menjadi 21,8% pada 2020.  Prediksi ini ternyata meleset. Sensus pada Oktober 2010 membuktikan bahwa angka usia 65 ke atas dalam total populasi 128.057.352 penduduk telah meningkat menjadi 23% (Ibid). 

Sekarang, kita lihat lebih dalam jenis-jenis kejahatan yang dilakukan usia lanjut di Jepang. Data yang dikeluarkan Kementerian Kehakiman (Ministry of Justice) Jepang pada 2011 mencatat sebanyak 305.951 orang melakukan kejahatan non-lalulintas. Sebanyak 48.637 atau 15,9%nya merupakan orang dengan usia 65 ke atas. Data ini meningkat dari data 1983 dimana jumlah tersangka usia lanjut 60 tahun ke atas saat itu berjumlah 15.880 (Ibid). Tentu data itu tidak apple to apple, mengingat pengategorian usia lanjut dinaikkan menjadi 65 ke atas sejak 2008 seiring meningkatnya usia harapan hidup di Jepang (Ibid).

48.637 pelaku usia lanjut tersebut didominasi oleh laki-laki sebanyak 32.180 orang, sementara 16.457 lainnya adalah perempuan (Ibid). Dari 32.180 laki-laki usia lanjut tersebut, sebagian besarnya melakukan pengutilan (shoplifting) sebanyak 45,9%. Pencurian diluar pengutilan 17,2%, penggelapan (embezzlement) 16,7%, kejahatan kekerasan (violence) 7,5%, penipuan 2% dan lain-lain 10,7% (Ibid).

Di tahun 1983, pengutilan pada usia 60 tahun ke atas berjumlah 23,6%, kejahatan kekerasan juga meningkat jika dibandingkan data tahun 2011 (Ibid).

Saya tidak akan membahas lebih detail angka-angka kejahatan yang dilakukan kalangan perempuan usia lanjut dan sebagainya, ini bukan tesis, me-matematika-kan manusia terkadang terkesan tak begitu humanis, meski tentu saja sangat berguna untuk melihat kecenderungan, memahami pola dan menganalisa lebih jauh untuk mencari solusi, merumuskan kebijakan untuk menanggulanginya. Pertanyaan kenapa bisa demikian nampaknya akan lebih menarik untuk dibahas.

Yokoyama setidaknya memprediksi dua hal kemungkinannya. Pertama stres karena kesepian ditinggal anak-anaknya ke perkotaan seiring beranjak dewasanya anak-anak mereka. Kedua kemiskinan yang melanda karena krisis ekonomi sejak 1990. Dalam situasi demikian orang mudah melakukan kekerasan.

Hal menarik terjadi pada kasus pengutilan. Ada dua hal penyebabnya: kebutuhan dan ekspresi kesepian. Sebagian besar mereka hanya mencuri seperlunya seperti roti, tempat kotak nasi. Ini bukan berarti mereka tak sanggup membelinya, tetapi lebih kepada menghemat uang mereka. 
Hal kedua yang menarik adalah sebagiannya melakukan karena keisengan sebagai akibat kesepian yang dialaminya. Anak-anak beranjak dewasa, interaksinya dengan sesama semakin berkurang, pengutilan menjadi eskpresi dari kesepiannya. Ada perasaan senang saat melakukannya, sebagiannya berkembang menjadi kleptomania. Kekhawatiran ketahuan dan keberhasilan mengambil barang menghadirkan tantangan tersendiri, memacu adrenalin, menjadikannya ‘hidup’ kembali.

Residivisme
Data 2011 juga menunjukkan narapidana di seluruh penjara di Jepang berjumlah 25.499 terpidana, 2.028 atau 8 %nya adalah narapidana usia lanjut, tahun 1983 jumlah narapidana usia lanjut hanya 1,9% (Ibid). Dari 2.028 terpidana usia lanjut tersebut diantaranya adalah residivis, orang yang mengulangi tindak pidana, ada yang enam kali telah dipenjara, dua kali dan lima kali sebanyak 38,8%, 31%, dan 30,2% secara berurutan (Ibid).

Masalah residivisme di kalangan usia lanjut di Jepang menjadi semakin serius manakala ditemukan fakta banyaknya kesengajaan yang dilakukan mantan narapidana hanya untuk dapat kembali ke penjara. Dalam sistem penjara di Jepang, narapidana bisa bekerja di dalam, penghasilannya selama di dalam penjara akan diberikan menjelang hari kebebasannya, meski demikian jumlahnya tidak dapat mengalahkan tingginya biaya hidup di Jepang, belum lagi jika yang bersangkutan memiliki gaya hidup mewah.  Ini menjadi lingkaran setan di Jepang. Masalah tak berkesudahan. Ambil contoh Sato Hag, perempuan berusia 79 tahun. Juli 2011 ia baru saja keluar dari penjara, tetapi polisi menguntitnya dan harus kembali menjadikannya tersangka saat 6 November 2011, ia merogoh tas seorang tua 62 tahun yang akan membeli makanan, polisi segera meringkusnya. Ini adalah penangkapan yang ke 23 kali! Hag adalah sebutan yang disematkan polisi padanya yang berarti perempuan tua jelek (Ibid).

Berbagai kebijakan dilakukan untuk menanggulangi masalah ini. Salah satunya didirikannya lembaga yang fokus menangani orang tua pasca penghukuman. Lembaga ini didirikan tahun 2009 dan disebar di seluruh Jepang.  Celakanya terkadang tak semua elemen pemerintah sejalan, Taro Aso misalnya, Menteri Keuangan Jepang yang pernah ‘menyakiti’hati para lanjut usia dengan mengatakan agar warga lanjut usia di Jepang disarankan untuk cepat mati karena alat medis yang menyokong hidupnya menjadi beban keuangan negara. Pernyataan ini semakin memperburuk para lanjut usia di Jepang (Japan Daily Press, 22 Januari 2013).

Di Jepang orang dididik untuk mandiri. Ada anggapan bahwa jika kita memanjakan orang tua di Jepang itu sama artinya kita tak sayang dan menyuruh mereka cepat mati. Itu sebabnya kita akan sering melihat orang lanjut usia di Jepang berjalan, naik bis sendirian dan sebagainya, sebab dengan banyak berjalan kesehatannya akan terjaga. Tapi orang tua tetaplah manusia, sama di mana saja. Ia juga butuh kasih sayang. Arif, seorang teman perawat di Kobe, pernah berbagi pengalamannya saat merawat pasien usia lanjut di Jepang.
“Rif, bagaimana kamu melihat fenomena ini,” tanya pasiennya.
“Kalau di Indonesia ini sudah kurang ajar, bisa disumpahi orang se-kampung,” paparnya.
“Begitu juga dengan kami, sedih dengan hal ini, tapi kami tak bisa berbuat banyak,” ungkapnya lirih.

Sebagus-bagusnya Jepang sisi gelap masihlah ada. Demikian dengan Indonesia, banyak kabar melelahkan di negeri kita, tapi selalu ada sisi terang, diantaranya penghormatan terhadap orang tua. Budaya dan agama memegang peranan penting dalam memuliakan orang tua. Bahkan dalam sebuah agama, seorang anak dijanjikan surga jika ia menemukan kedua orangtuanya lemah dan berakhir dalam pemeliharaan dan kasih sayangnya.

Referensi

Minoru Yokoyama. Increase in Crimes by Old People in Japan How are They Treated. Makalah pada Annual Meeting of Asian Criminological Society, 14-16 April 2013. Mumbai India.


Tragedi Kekuasaan Banten (2): Surat Terbuka untuk Pak Aman

Hasil browsing acak

diunduh dari sini


Tragedi Kekuasaan Banten (2): Surat Terbuka untuk Pak Aman

September 22, 2011 at 12:15pm
Pak Aman Sukarso. Apa kabar Pak?

Semoga Bapak sehat dan baik2 di penjara.

Perkenalkan, kami bukan siapa2 pak. Kami hanya satu dari sekian juta warga pembayar pajak di Banten.

Kami hanya satu dari pemegang hak dari dana Rp 9,5 milyar yg menyebabkan Bapak meringkuk di penjara.
Pelan-pelan, kami mulai sadar dan ikut sedih dan menyesal dengan tragedi yg Bapak dan keluarga alami. Bapak harus kehilangan ibu, dan juga harus hidup 5 tahun meringkuk di penjara.
Kami ikut membayangkan perih dan sedihnya putra-putri dan cucu Bapak. Sungguh sebuah tragedi kekuasaan yg membuat sedih kami semua.
Dari penuturan Ferry, putra Bapak, kami jadi mengerti apa sesungguhnya yg terjadi.
Kami jadi tahu bahwa awal dari semua tragedi yg Bapak alami ini berasal dari kepentingan kekuasaan dan bisnis keluarga Rau, penguasa Banten.
Ferry, putra Bapak menuturkan, Bapak terpaksa mengucurkan uang milyaran di bawah tekanan dan ancaman. Kalau Bapak tidak segera mencairkan uang waktu itu, menurut Ferry, akan ada darah keluar.
Sungguh kami mengerti situasi menekan dan mencekam yg Bapak alami. Golok, darah, dan ancaman kekerasan belakangan kami tahu ternyata memang sudah biasa dilakukan oleh keluarga penguasa Banten.
Bagi kami, Bapak betul-betul telah menjadi korban kepentingan bisnis dan kekuasaan yg sekarang juga sedang bertarung untuk menguasai Banten, 5 tahun ke depan..
Betapa tidak. Kisah bapak berawal dari kepentingan Kadin Banten untuk mengundang Presiden meresmikan Rau Trade Canter. Siapa penguasa Kadin Banten? Siapa pemilik Rau Trade Center? Bukankah Kadin dikuasai Hasan Sochib? Bukankah Rau Trade Center juga milik Hasan Sochib?
Lalu, agar Rau Trade Center tampil molek, jalan dan drainase di sekitarnya perlu dibangun. Pemkab Serang sudah menyatakan tidak punya uang untuk membangun, tapi jalan dan drainase toch tetap dibangun. Siapa kontraktor yang bangun? Lagi2, kontraktor milik Hasan Sochib juga.
Untuk melayani semua kepentingan bisnis ini, Bapak lah akhirnya yang harus pusing tujuh keliling. Bapak harus melobby sana-sini, mencari celah aturan, mencari peluang otak-atik anggaran. Pokoknya, kami mengerti dan bisa membayangkan, bagaimana pelik dan rumitnya situasi yang Bapak dan kawan-kawan Bapak alami. Bukan hanya ketika Bapak harus memutuskan mencairkan, tapi juga jalan panjang dan berliku Bapak ketika mengikuti persidangan demi persidangan untuk mempertanggung-jawabkan pencairan itu.
Sekarang, keluarga yg menjebloskan Bapak ke penjara ini akan maju lagi untuk menjadi gubernur kami, untuk 5 tahun lagi.
Sungguh kami percaya: Tuhan berada dekat dengan mereka yang teraniaya.
Jadi, sambil berharap Bapak selalu dalam lindungan-Nya, kami mohon bantuan Bapak..
Tolonglah kami..
Mohon Bapak ikut mendoakan kami..
Agar kami dan rakyat Banten yg kami tahu Bapak juga cintai..
Doakan mereka,
Agar diberi kekuatan dan keberanian untuk bersikap..
Dan tidak salah pilih!
Mumpung masih lebaran,
Atas nama teman-teman dan warga Banten yang bersimpati kepada Bapak dan keluarga, kami ucapkan:

Fi kulli 'am wa antum bikhair..
Minal Aidin Waf Faizin
Mohon Maaf Lahir dan Batin
Salam kami untuk Bapak dan keluarga..

Pamulang, 22 September 2011
Aman Sukarso, mantan Sekda Kab. Serang (Tengah)
Aman Sukarso, mantan Sekda Kab. Serang (Tengah)