Saturday, January 04, 2014

Ongkos Jasa di Jepang Mahal




Ban belakang motor saya sudah lama botak memang. Belakangan ini kempes, sudah dua kali isi angin. "Ini pasti bocor halus," batin saya.
Jadi saya mampir lah ke Bike On, toko motor sekaligus bengkel. Montirnya bilang sekitar 8000 yen (sekitar 840 ribu rupiah) untuk ganti ban baru. Agak mahal memang, tapi begitulah Jepang. Karena perlu saya jadikan saja. Ongkos jasa dihargai tinggi di sini. Belakangan dari bonnya kemudian saya ketahui harga bannya 4725 yen, sekitar 500 ribu rupiah, busyet bukan? Jasa mengganti bannya sendiri dihargai 3150 yen, ketrampilan manusia dihargai tinggi di sini. 
Setelah ngecek motor si montir laporan 
Satu, oli samping kurang, sensornya tampak menyala, tambah oli sekitar 1000 yen. Biasanya saya beli di kahma dan isi sendiri, mudah, harganya kurang dari 500 yen, murah. Tapi berhubung menjaga citra dan harga diri bangsa, saya iyakan saja dengan gaya orang kaya pada umumnya, "ya bolehlah, isi!"
Dua, soal aki yang saya keluhkan karena tak bisa elektrik starter dan klakson, ternyata soak, jadi perlu distrum  dengan biaya 3000an yen, aki baru mahal sekitar 18000 yen, sekitar 2 juta rupiah. Tentu saya masih ingat harga diri bangsa, tapi saya juga teringat saldo di tabungan. Meski ini sudah Januari, tapi beasiswa baru akan cair Februari mendatang. Jadi masih dengan gaya kebanyakan uang saya tidak kan "hmm gitu ya, ya sudah yang penting ban dulu, atode, lain waktu."
Tiga, setelah isi oli si montir laporan lagi, lampu tanda kurang olinya masih menyala, nampaknya sensornya rusak, kurang lebih 2000 yen, kalau tidak diperbaiki harus sering-sering cek manual . Saya terpaksa mengeluarkan jurus atode yang kedua agar tetap elegan hahay. Mungkin ia tidak tahu dahsyatnya orang Indonesia dalam "memaksimalkan" kemampuan kendaraannya. Kalau orang Jepang mengetahui kurangnya oli samping dari lampu, orang Indonesia mengetahuinya dari suara mesin dan tarikan motor yang melemah, keren bukan? 

No comments: