Friday, April 19, 2013

Surat Untuk Adik-adik Fossi FH Unila


Bersama Dr Kamlesh Kumar dan Ria Wierma Putri

Akhi Uhkti, kaifa haluk? Apa kabar semuanya? Barangkali kita belum pernah bertemu. Tapi ana pernah berada dalam organisasi yang sama dengan antum semua. Maka tidak menjadi soal apakah kita pernah bertemu atau tidak. Menjadi anggota Forum Silaturahmi dan Studi Islam (Fossi) Fakultas Hukum Universitas Lampung adalah salah satu hal yang terbaik dalam hidup saya, one of the best things.

Akhi, hari-hari ini menjadi tak biasa karena saya berada di Mumbai, India (14-16 April) dalam sebuah konferensi perhimpunan kriminolog se-Asia bersama Ria Wierma Putri, Ukhti Ria, untuk mempresentasikan makalah. Dan ini mengingatkan ana akan antum, akan Fossi. Kami pernah sama-sama di Fossi, rapat dan sebagainya, menebar dakwah, merajut ukhuwah. Fossi adalah titik balik bagi ana untuk menjalani hidup dengan penuh makna. Sebagian teman yang pernah di lembaga dakwah kampus sedikit rikuh mengakuinya dan memfasekannya sebagai masa pra-pencerahan agar terlihat cerdas dan objektif. Bagi ana pencerahan itu justru dimulai dari Fossi hingga menemukan pencerahan-pencerahan berikutnya. Menjadi Fossi menjadikan ana lebih moderat, berkawan baik dengan orang-orang Islam mapun yang belum Islam. Mungkin suatu saat ana akan ceritakan seorang kawan baik Hindu, Satish Chandra namanya, seorang India.

Saat ini ana berada di Jepang, pertanyaan langganan yang sering ditanyakan adalah kenapa belajar hukum di Jepang? Akhi, jawaban ana sebenarnya hanya satu, ana ingin melihat sisi lain dari dunia yang diciptakanNya. Adakah kehidupan lain di luar Indonesia? Seperti apa kehidupan itu? Bagaimana orang-orangnya? Dalam sebuah perjalanan kaki menuju apato (apartemen) di malam hari, ana dan pak Rudy, rekan dari Makasar memiliki cita-cita yang sama, melihat sisi lain dari bumi Allah. Akhi, bercita-citalah ke luar negeri. Carilah beasiswa. Taklukanlah bahasa Inggris yang centil itu. Ana bukanlah jenis Mario Teguh yang cerdas memotivasi. Ana belum sukses, bahasa Inggrisnya pun tak cihuy-cihuy amat. Tapi entah kenapa ana ingin antum bisa menginjakkan kaki di berbagai belahan dunia.           

Akhi, menjadi Fossi adalah hal yang sangat membanggakan, menyenangkan. Menemukan diri dalam kemanfaatan adalah sesuatu yang menenangkan. Dalam masa itu ana merasa menjadi orang terpilih, ilmu agama menjadi begitu mudah dipahami, mengalir deras selaras janjiNya, diberikan pada orang-orang yang kehendaki, hari-hari itu menjadi hari-hari yang begitu terasa dekat denganNya. Dan demikianlah, dari Fossi petualangan itu berlanjut pada organisasi-organisasi lain. Hingga satu waktu dalam sebuah penyampaian laporan pertanggungjawaban, ana berbisik padaNya untuk beristirahat sejenak, menjadi orang biasa nampaknya menyenangkan.

Hari berganti pekan, bulan dan tahun. Hari-hari menjadi terasa hambar. Teryata menjadi orang biasa itu tak menyenangkan, tidak asyik. Dan ternyata tak mudah untuk bisa kembali menjadi orang terpilih. Hingga detik ini ana menyisipkan do’a agar menjadi hamba yang bisa dibanggakanNya. Agar kembali dipilih.

Hari-hari ini adalah hari-hari dimana antum semua berada dalam gelimang manfaat. Maka bersyukurlah dan jangan pernah berhenti beristirahat karena sangat mudah bagiNya untuk menemukan para pengganti.