Tuesday, November 10, 2009

Perempuan Penjual Ketoprak

Aisyah, hari ini (11/11/09) abi makan ketoprak di depan kampus Undip Pleburan Semarang. Belum waktunya makan siang memang, tapi perut abi mulai lapar. Penjualnya perempuan dengan seorang anak lelaki usia 7 tahun di sampingnya. Abi memesan satu piring, anaknya mulai merengek minta dibelikan susu indomilk botol plastik. Perempuan itu tampak sedikit repot meminta anaknya bersabar sambil cekatan meracik ketoprak pesanan abi. Ketoprak selesai, dan ia beranjak ke warung sebelah menyusul anaknya yang telah ada di warung. Dibelikannya susu. Susu seperti itu harganya kurang lebih dua ribuan, lebih dikit. Ketoprak yang abi makan seharga empat ribu. Si anak serta merta tenang. Ibu tadi masih muda Aisyah, belum kepala tiga, mungkin duapuluh enam. Memakai jin biru dan kaos biru langit tangan panjang. Baju anaknya pun terurus, tidak seperti gelandangan di pinggir jalan.

Abi menyadari betapa hebatnya perempuan. Dan berbagai pertanyaan muncul. Kemana suaminya? Alangkah hebatnya ia, bekerja sambil mengurus anak. Betapa mandirinya ia, seharusnya mental bangsa kita seperti itu. Mudah-mudahan dalam beberapa tahun ia menjadi enterpreuner, memiliki beberapa orang karyawan dalam bisnis ketopraknya. Ia membantu suaminya dalam memenuhi perekonomian keluarga.

Lalu abi teringat ibumu. Ia juga perempuan yang dahsyat Aisyah. Bangun pagi, masak, mandiin mbak Syifa, lalu dirimu, mengantar mbakmu ke sekolah. Mbakmu itu keras kepala Aisyah mungkin turunan dari kami berdua. Kalau yang lain nulis ia malah makan, dan banyak lagi hal lainnya. Ibumu sabar dalam mendidik meski menguras energi. Lalu pulang, mengondisikan kalian tidur siang, bangun asar siap-siap mandi sore hingga malam menjelang. Tiap hari seperti itu, tidakkah itu dahsyat. Oya satu lagi Aisyah, ibumu juga akhirnya memutuskan berjualan baju anak, antar keluarga dan teman-temannya saja. Itu ia lakukan dalam rangka membantu abi menafkahi kalian. Pernah ia berkata "sebenernya pengen jualan di alun-alun ahad pagi, tapi ibu jaga perasaan abi, sebab Abi kan dosen," katanya. Abi bilang tak apa-apa,nanti abi antar, tapi sebenarnya ada juga perasaan rikuh, eh tapi ini antar kita aja ya, ibumu tak perlu tahu. Ibumu memang punya cita-cita usaha perlengkapan bayi dan anak.

Maaf Abi tak hadirkan foto penjual ketoprak itu. Abi dan ibumu bertukar telepon genggam. N 73 yang biasa abi pakai ada di ibu untuk keperluan kalian, buat film, foto dll. Hati-hati di Serang, jaga ibu dan mbakmu ya. I love U.

2 comments:

eryprihartono said...

bagus banget mas nilai keseharian yang menyentuh, aku izin copas yaa, thanks sebelumnya

Ferry Fathurokhman said...

Iya mas, silahkan, sama-sama.