Pada suatu malam sekitar pukul 12.00, mendekati daerah Padalarang, mata saya terusik oleh dua buah tulisan di sebuah pintu tol. Saya menukar tiket tol, melajukan kendaraan dan berhenti tepat di belakang sebuah truk tronton yang sedang menepi. Turun dan mengambil satu frame tentang dua tulisan yang menabrak mata tadi. "Ini unik, ada dua contoh yang salah dalam satu tempat,"batin saya.
Persoalan penggunaan kata depan "di" dan imbuhan "di" memang menjadi hal yang paling sering salah digunakan di Indonesia (bukan diIndonesia). Dengan mudah kita bisa menemukannya di mana saja. Salah satunya di pintu tol Cipularang (Cikampek-Purwakarta-Padalarang). Terjadi salah penulisan antara di sini dengan didenda. Seharusnya di sini dan didenda, bukan disini dan di denda. "Di" pada kata di sini adalah kata depan, sementara "di" pada kata didenda adalah imbuhan. Untuk lebih mudah membedakannya kata depan di dapat diganti dengan kata depan ke. Sementara untuk imbuhan di, dapat digantikan dengan imbuhan me. Sehingga kata di sini dapat diganti dengan ke sini. Kata didenda dapat diganti dengan mendenda. Di sini tak dapat diganti dengan mesini atau mensini, kata tersebut menjadi tak bermakna. Didenda tak dapat diganti dengan kedenda (bedakan dengan kena denda, yang dalam bahasa tak baku/pergaulan sering salah menggunakan kedenda). Penggantian tersebut berlaku pada kata lainnya juga, misalnya di dapur-ke dapur, di Bandung-ke Bandung. Dirasa-merasa, disayang-menyayang dan seterusnya.
No comments:
Post a Comment