Ini adalah pertengahan Jabal Nur. Sebuah gunung batu di Mekkah dimana terdapat Goa Hira. Sebuah goa tempat Muhammad SAW berkontemplasi, berkhalwat, merenung, sebelum menjadi Nabi. Muhammad SAW mendapatkan wahyu pertama di gunung ini. 5 ayat pertama dari surat Al Alaq, orang umum menyebutnya iqra. Nabi Muhammad SAW mendapat wahyu saat ia berusia 40 tahun.
Saya bermukim di sebuah hotel di Misfalah. Masjidil Haram bisa ditempuh dengan berjalan kaki selama 30 menit dari Misfalah. Dari Misfalah, Jabal Nur bisa dicapai dengan menggunakan taksi dengan tarif 10 riyal per orang, dengan waktu tempuh kira kira 2o menit perjalanan bermobil. Saya berlima menuju gunung ini, patungan masing-masing 10 riyal, jadi semuanya 50 riyal. 1 riyal saat itu setara dengan Rp 2.700 rupiah.
Waktu tempuh dari kaki gunung ke puncak adalah satu jam ukuran anak muda. Jika middle age, kurang lebih dua jam dengan istirahat. Di kaki gunung banyak kios menjual teh susu, poster dan roll film fuji dan kodak. Saya beli satu roll fuji, harganya 10 riyal.
Di pertengahan gunung ada sebuat dataran yang dijadikan shelter, nah foto saya di atas adalah shelter yang dimaksud. Ada sebuah warung yang menjual teh susu (teh celup lipton, yang dicampurkan dengan susu kental manis dan air panas), dan makanan ringan. Ada karpet hijau dibentang untuk menikmati minuman. Dari sini pemandangan kota Mekkah bisa terlihat. Ada beberapa kambing juga yang menaiki gunung, makan sisa-sisa makanan pengunjung. Tapi ia tak mengambil jalur manusia, ia buat jalur sendiri, trekking. Kambingnya besar dan kekar.
Di 2/3 gunung saya dikagetkan dengan adanya unta! Bagaimana naiknya! Unta itu dihias dan dijadikan objek bagi pengunjung yang ingin berfoto bersamanya. Harganya sama 10 riyal. Tapi kalo bawa kamera sendiri gratis. Asal izin saja. Pak Amin meminta saya mengambil satu frame berpose dekat unta. Saya ambil satu. cekrek.
Di puncak ada dataran untuk beristirahat. Ada toilet kayu persegi seperti yang ada dalam film Young Guns (Billy The Kid). Bau pesing menyeruak keluar dari kotak kayu itu. Merusak suasana. Kembali saya dikagetkan oleh satu box freezer putih (mirip penyimpan daging) di puncak gunung yang dipakai untuk mendinginkan minuman ringan semisal pepsi (pepsi jadi minuman kegemaran disini, mengalahkan coca cola, kapitalis tlah merambah kota kelahiran nabi). Minuman itu didinginkan oleh batu es yang disimpan dalam freezer. Bagaimana ngangkatnya!
Goa Hira terletak di lereng gunung, dari puncak kita turun lagi sekitar 20 meter. Curam berbahaya, tak ada pagar pembatas, di depan kita itu ngejeblag jurang blong begitu saja dengan pemandangan Kota Mekkah. Orang berdesakan, berhimpitan, antri bergiliran menuju Goa Hira. Goanya sendiri sebetulnya hanya celah batu yang menjadikan sebuah tempat (celah) untuk berteduh, terlindung dari hujan dengan kapasitas muat 3 orang dewasa. Lantainya telah diganti dengan tegel keramik putih. Saya mengetahuinya dari poster di puncak gunung. Kami memutuskan tak meneruskan ke Goa. Di puncak gunung, saya mencoba membayangkan ketika nabi datang ke gunung ini. Gunung yang sama. Seorang diri. Mendaki dengan bekal, merenungi kejahiliyahan warganya. Dari atas gunung ini seluruh Mekkah bisa terlihat. Duh Gusti, jadikan aku orang yang selalu merindukan nabi.
No comments:
Post a Comment