Saturday, December 24, 2011

‎"Takkan Kubiarkan Sayapmu Terhempas"

Tulisan ini milik Pak Acep Purqon. Selamat menikmati.

(Belajar dari merpati from diary menempa jiwa menyemai cinta)

by Acep Purqon


Boleh dibilang guru pertama yang menyadarkanku akan arti cinta adalah
merpati.

Banyak pelajaran berharga yang kuperoleh selama berinteraksi dengan binatang.
sambil kucoba ingat momen indah dengan kilas balik ke negeri pandanwangi.
Masa kecilku lebih banyak kuhabiskan bersama binatang dan tumbuhan. Aku
pelihara puluhan merpati, ratusan ayam (puyuh, petelor, kampung, kalkun),
domba, kelinci, berbagai jenis ikan, burung hantu, kutilang, kucing,
bebek, kakaktua dsb lengkap dengan berbagai jenis tumbuhan percobaanku
untuk membuat mereka nyaman hidup. Tentu tak ketinggalan elang yang sering
nemplok di bahu,tangan, atau sepedaku sekedar lambang kegagahanku masa
kecil. Semuanya dibiarkan lepas tanpa kandang. Karena prinsip pertamaku
semuanya harus jinak, dan kubenci orang yang membuat burung di sangkar.

Pelajaran cinta pertama justru kuterima dari sepasang merpati. Sebutlah si
Dasar untuk yang jantan dan si Ucu untuk yang betina.
Suatu hari si Ucu betina ini hilang, sehingga si Dasar jantan murung sekali.
Kunamai Dasar karena dia unggulanku untuk lomba kecepatan terbang dengan
teknik terbang rendahnya, sementara si Ucu karena lucu dengan badannya
yang supermungil.

Kukerahkan semua analisisku terutama keterkaitan hilangnya si Ucu dengan
perjodohannya. harus kuakui perjodohan mereka termasuk sumber olokan dalam
perlombaan karena bagai langit dan bumi. Si Dasar adalah pejantan
unggulan, dia mewakili kegagahan dan keperkasaan dengan bentuk badan besar
menjulang sangat mencolok dibanding 50-an merpatiku yang lain. sementara
si Ucu berjenis kotok jenis yang paling tidak disukai pemelihara merpati
karena berbadan kecil, harga murah, kampungan, sukar diurus, gampang
kabur, gampang nyasar ikut rombongan lain , mata gelap, dsb. Sehingga
perjodohannya diperkirakan akan melahirkan keturunan yang tidak unggul.
Sempat kusesali perjodohannya, namun si Dasar sepertinya menerima apa
adanya dan dia bangga sekali dengan si Ucu. si Ucu yang sering dilecehkan
di komunitas merpati malah mendapat posisi terhormat dan terangkat
wibawanya dengan jadi betinanya si Dasar.

mungkinkah si Ucu kabur karena merpati kotok gampang "kebandang"/ ketarik
ikut rombongan merpati lain? Ataukah dia mulai merasa minder? Dimanakah
dia sekarang? Rentetan pertanyaan seolah sedang menari-nari di otakku.

Seharian sampai keesokan lusanya si Ucu tak kunjung datang. Dan si Dasar
pun mematung murung nyaris tak bergairah hidup.
Baiklah, saya harus membuat keputusan penting untuk kelanjutan hidupnya.
Saya jodohkan dengan betina baru yang lebih unggul segalanya dari si Ucu.

Menjodohkan merpati adalah perkerjaan sangat gampang. Cukup diperlukan 3-7
hari dengan menyatukannya di sebuah rumah yang ditentukan dan diisolasi
sebagai rumah tetapnya, lalu tiap pagi dimandikan dan dijemur bersama
tentunya makan bersama pula. Udah deh, seminggu kemudian menjadi
perkawinan sempurna.

Namun, pengalaman tersebut sirna oleh sikap si Dasar yang nyaris tak
bergeming disatukan dengan betina baru yang serba unggul ini. Tak ada
tanda-tanda perubahan ke arah suka kepada betina baru ini meski sudah
sampai hari ke tiga. Yang ada adalah ekspresi diam atau tiba-tiba bergerak
gelisah seperti ingin pergi ke suatu tempat.

Ok deh saya nyerah, hari berikutnya saya lepaskan si Dasar dan saya ikuti
kemanapun dia mau. Beberapa hari ini tugasku hanya ingin berdua menemani
si Dasar, mungkin dia butuh teman curhat atau nyari seseorang yang bisa
memecahkan problemnya. Pada hari ke-8, kuamati lebih seksama gerakan tiap
jamnya, dan ternyata dia selalu menuju satu tempat dan murung disitu
seolah ingin menunjukkan sesuatu kepadaku dengan rasa pasrah. Mungkin dia
pasrah melihat tuannya yang dungu yang tak mampu membaca pikiran dan
keinginannya. Penasaran dengan apa yang ada, maka aku coba bongkar apapun
yang ada disitu, dan .... astagfirullah. .
rupanya ada seekor merpati lemas dalam keadaan setengah terkubur dengan
mata tertutup. Mataku terbelalak, rupanya si Ucu, betinanya si dasar.
astagfirullah 8 hari tanpa makan dan minum mungkin manusia sudah mati.

Saya segera memastikannya, dan alhamdulillah dia masih hidup, sambil saya
perhatikan dengan lirikan sudut pandang mataku nampak ekspresi kegembiraan
luar biasa dari si Dasar.
Si Dasar segera naik ke pundakku, begitu kebiasaaanya kalau lagi gembira
atau sekedar minta makanan dengan manjanya. Dia yang selalu mimpin merpati
yang lain untuk tidak takut makan langsung di tanganku.
Mungkin rasa cinta yang besar membuat si Ucu coba bertahan hidup di lorong
tsb, mungkin juga si Dasar mencoba menyemangati dan memberikannya harapan.
Kuamati seperti bekas muntahan makanan disekitarnya. (merpati biasanya
suka saling ngasih makan bahkan saat mereka bercumbu, tentunya berbeda
saat ngasih makan anak-anaknya) .

Subhanallah, dengan segenap kemampuannya, dengan segala keterbatasannya si
Dasar mencoba tidak menyerah untuk membantu betinanya yang terperangkap
dan terkubur di sela-sela tanah. Kisah dramatis macam apa yang hendak
Allah pertontonkan padaku? Si Dasar yang otaknya saja ngak nyampe sebesar
ujung kuku kelingkingku, rupanya punya rasa cinta yang jauh melebihi
ukuran badannya. Lama aku termenung.

Manusia yang suka menganggap jelek instink binatang mungkin mengambil
jalan pintas dengan menerima betina baru yang super segalanya dan
membiarkan si Ucu sekarat karena toh lagipula mustahil bisa menolongnya,
tak mungkin bisa menggeser barang yang menghimpitnya. Namun tidak demikian
dengan pikiran si Dasar. Dengan sedikit mikir dia percaya manusia bisa
diperbantukan.

Menakjubkan, 8 hari nyaris terkubur tanpa makan. Dalam keadaan sekarat
mereka mencoba saling menghidupkan semangat. Rasa cinta yang tulus
nampaknya menjadi sumber energi terbesar untuk tetap mencoba bertahan
hidup.

saya tahu si Dasar tidak bisa bilang langsung terima kasihnya dengan
ucapan. Namun dari ekspresi gerak tubuhnya nampak sekali ingin bilang kata
itu andai dia bisa. Dia bolak-balik antara naik pundak, memanjat kepalaku
dan lalu mengitari si Ucu isterinya dan tak ingin jauh-jauh dari posisi si
Ucu. Seolah memastikan dan ingin berteriak kepadaku dan seluruh komunitas
merpati, "isteriku masih hidup...isteriku masih hidup.."

Setelah saya treatment 3 hari untuk recovery tubuh si Ucu dengan treatment
kehangatan dan isolasi. Nampak hari-hari berikutnya adalah hari-hari
kebahagiaan buat pasangan si Dasar-Ucu.
perlahan tapi pasti tubuh si Ucu mulai bisa bergerak dan sudah mulai
belajar mengepak-ngepakan sayapnya. Belajar terbang dari nol lagi. Dengan
gerakan memutarnya si Dasar mengitari si Ucu seolah memberi semangat, ayo
isteriku, kamu pasti bisa. Meski dia juga siap menerima nasib barangkali
sayap isteriku memang sudah patah.
Sebagaimana pertama langit kuarungi bersamamu. ku ingin jejak terakhir
lukisan di langit juga bersamamu.

Hari-hari berikutnya si Ucu tambah bugar dan secara dramatis si Ucu sudah
bisa mengepakkan kedua sayapnya, dan mulai terbanglah mereka berdua
keangkasa tinggi dengan pluit nyaringnya bagai saat pertama mereka berdua
terbang.

Mungkin benar ungkapan merpati tidak pernah ingkar janji.
bahkan setelah saya jodohkan beberapa hari dengan betina lain si Dasar
lebih memilih mencari lokasi pasangannya dengan berjuang sekuat tenaga
atau meminta bantuan tenaga manusia demi menyelamatkan pasangannya dengan
menunggunya dengan penyelamatan yang sangat dramatis.

Saya yakin, banyak berinteraksi dengan binatang akan membangkitkan nilai
kemanusiaan yang hakiki. Kadang tidak mudah berkomunikasi dengan bahasa
mereka. Namun cinta adalah bahasa yang universal. Saya cukup bersedih
melihat anak sekarang kurang berinteraksi dengan binatang dan alam.
Bagaimana mungkin mengapresiasi cinta pada pohon beton. padahal ilmu dari
dunia binatang sangat berlimpah.

Hari itu Allah mengajariku makna cinta dari merpati dan saat si Dasar dan
si Ucu hinggap di kedua pundakku setelah terbang dari langit seolah si
Dasar berbisik lirih ke telingaku dan terucap janji manis "meski dengan
segala keterbatasan kemampuanku, takkan kubiarkan sayapmu terhempas... "

No comments: