Tuesday, April 29, 2008

Bagaimana kabar Apa?

Semua keluarga, saudara, sahabat kerabat menanyakan hal yang sama? Bagaimana kabar apa? Psikis bapa tolong dijaga de. Saya mikirin psikis bapa di rutan. Sebagian besar tamu yang datang berusaha membendung air matanya. Perjuangan mereka menahan air mata membuat saya terharu. Mereka menjaga psikis apa agar tak membebani. Ada banyak pesan yang juga disampaikan pada kami anaknya menjelang pulang besuk. Salah satunya yang selalu saya ingat adalah “jangan berkecil hati, kemuliaan orangtua kalian tidak berkurang dengan penahanan ini,” saya terenyuh mendengarnya, saya lupa siapa yang mengucapkannya. Sebuah sms dari sahabat juga mampir beberapa hari ini “I have read your blog. It make me angry to this republic. How are your father now?” Sms itu dari seseorang yang mengajari saya akan togmol—istilah sunda yang kurang lebih artinya kepribadian yang blak-blakan menyebut nama orang tanpa anonim dan eufimisme –, Abdul Hamid namanya. Firman Venayaksa juga sebelumnya mengingatkan saya untuk berjiwa besar. Oji (Aji Setia karya) dari Rumah Dunia juga mengingatkan saya untuk sabar. Begitupun Pa Fitrullah dan Pak Ridwan yang secara periodik menanyakan kabar dan berdoa. Demikian juga Anis Fuad, saya merasakannya. Saya teringat sahabat saya almarhumah Uswatun Hasanah, ia pernah menulis “Sahabat itu tak mesti selalu harus terlihat, seperti bintang di malam hari, ia pun ada di siang hari, hanya saja ia tak terlihat, tapi yang pasti ia ada.” Sudah lama saya tak mengunjungi makamnya.

Doa, wejangan bahkan sekedar pertanyaan-pertanyaan seperti itulah yang membuat kami tegar. Doa menjadi hal utama dalam hal ini. Karena ini persoalan hati yang bersembunyi dibalik kewenangan. Dan yang memiliki hati adalah Allah SWT, hanya Ia yang bisa menggerakkannya. Saya percaya akan kekuatan doa. Berulang kali ia menjadi perantara keselamatan saya. Oya kembali ke pertanyaan semula, bagaimana kabar apa?

Alhamdulillah ia melihat ini sebagai musibah dan cobaan. Kita diingatkan oleh Alquran mengucapkan Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun dalam setiap musibah. Sesungguhnya segala sesuatunya dari Allah dn sesungguhnya kepada Allahlah semua akan kembali. Dua orang temannya mengirimkan buku yang sama tanpa sengaja, La Tahzan, karya Aidh Al Qorni. Ia sampai pada bab dimana tertulis bahwa kalau yang namanya takdir pasti akan dilalui, jika sesuatu bukan takdir kita, maka kita tak akan melewatinya. Apa melihat ini bagian alur cerita, skenario Allah yang harus dilaluinya, sudah ada di Lauh Mahfuznya. Ini bagian dari skenario Allah untuk apa, dan Allah akan melihat bagaimana usaha Apa untuk melewati ujianNya.

Apa pun sudah bertekad untuk mengambil sikap melawan kezoliman ini. Ia justru mengkhawatirkan kami anak-anaknya. Sehingga tiga kali ia pernah berujar dalam kesempatan yang berbeda yang intinya minta maaf “kalian jadi dicap anak-anak koruptor,” saya kaget dan terenyuh mendengarnya lalu mengcutnya spontan. “Apa jangan pernah punya fikiran gitu, saya gak berfikir seperti itu demikian juga yang lain, saya ngerti betul bagaimana kasus ini, dan gak pernah ada fikiran minder atau apa,” rupanya ia memikirkan psikis kami dan sebaliknya kami memikirkan psikisnya. Iapun menjadi lega setelah berulang-ulang kami yakinkan bagaimana kami sebenarnya. Bagi kami didikannya selama ini melekat kuat. Kalau memang salah ya harus dihukum, Nabipun mewasiatkan demikian “kalau Fatimah binti Muhammad mencuri, niscaya kupotong tangannya.” Kalau Apa salah, saya salah maka harus dihukum. Tapi ini kan tidak. Paling tidak saya bisa mengatakan itu karena saya tahu persis kasus posisinya. Maka dalam persidangan nanti kita akan buktikan itu dan terus memperjuangkannya. Meskipun terus terang saya khawatir dengan aparat penegak hukum sekarang. Saya orang hukum dan tahu persis bagaimana kondisi hukum sekarang ini. Tapi hal ini juga bisa menjadi harapan karena kredibilitas dan integritas aparat penegak hukum diuji disini. Mudah-mudahan semuanya bisa melihat jernih persoalan ini, sementara kejaksaan melalui aspidsus telah membuat kesalahan bahkan kejahatan, dalam kriminologi ini disebut occupational crime. Dan sejauh ini ia telah mendapatkan hukumannya dari masyarakat.

No comments: