Monday, January 12, 2009

Kebiadaban Israel

Saat ini kita melihat betapa Hukum Internasional tak berfungsi atas kebiadaban Israel terhadap Palestina. Lebih dari itu ini perang agama. Sedih rasanya mendengar para kepala negara menyatakan bahwa ini bukan persoalan agama, ini persoalan kemanusiaan, diplomatis. Ini persoalan agama, didalamnya ada kemanusiaan, perempuan, anak, darah dan nyawa. Alquran telah mengingatkan, persoalannya kita bebal tak menjadikannya sebagai pedoman. Jadi terlihat ketidakmengertian kita.

Bagaimana Hukum Pidana Internasional bicara tentang ini? Tak usahlah bicara teori, teori akan bertekuk lutut pada kekuatan, pada kekuasaan. Tapi biar jelas, seharusnya alurnya begini.

Sebelum terbentuknya ICC (International Criminal Court), Dewan Keamanan PBB dapat membentuk peradilan adhoc (seperti yang terjadi pada Rwanda dan Yuguslavia (ICTR dan ICTY). Setelah terbentuknya ICC maka Dewan Keamanan PBB merekomendasikan kasus yang masuk dalam kategori kejahatan Internasional pada ICC. Persoalannya ada Amerika Serikat dalam Dewan Keamanan PBB yang mempunyai hak veto yang sangat-sangat kecil kemungkinannya untuk menyetujui. Kejahatan Internasional yang masuk dalam yurisdiksi kriminal ICC adalah: kejahatan terhadap kemanusiaan, genosida, kejahatan perang dan agresi. Apakah kasus Israel menyerang Palestina masuk yurisdiksi kriminal tersebut, semua bisa melihat dan menjawabnya saya kira. Itu cara panjang menuju peradilan.

Cara singkat menghentikan perang adalah dengan mengeluarkan resolusi untuk gencatan senjata. Resolusi ini sudah keluar setelah sebelumnya berlangsung alot karena Amerika yang memveto. Kita bisa bayangkan, mereka rapat di ruangan sejuk dengan minuman dan kenyamanan sementara di Gaza darah sedang dipaksa keluar dari tubuh oleh peluru-peluru keji Israel. Tragis. PBB yang sangat lucu.

Resolusi yang sudah dibuat ternyata tak menghentikan kebiadaban Israel. Anda bisa klik cari di google, Israel adalah pelanggar terbanyak resolusi, hebat, PBBpun takluk di bawah Israel. Eksistensi PBB patut dipikir ulang, sulit untuk tetap dipertahankan keberadaannya. Tak usahlah bicara HAM dan Demokrasi, di Palestina semua kekanak-kanakan Amerika Serikat terlihat. Kegagapan mereka tentang HAM dan Demokrasi. Mereka menunjukkan ketidakdemokratisannya dan kedunguannya tentang konsepsi HAM yang mereka buat sendiri.

Sementara saya menulis ini, nyawa tetap meregang di Gaza. Saya di warnet, nyaman. Mereka? Mereka bukan siapa-siapa, mereka saudara kita, sesuatu yang sering ter(di)lupakan oleh saya, juga jutaan muslim lainnya.

No comments: